"Ugh ... kepalaku." Marc berjuang untuk membuka mata. Hal pertama yang dilihat adalah sebuah ruangan berdinding putih dengan pencahayaan terang benderang. Dia siuman di atas sebuah kursi besi. Tangan dan kakinya tidak lagi terikat. "Di mana ini?" Segera saja Marc menjelajahi seisi ruangan. Dia melihat ada kamera di dua sudut langit-langit. Pintunya sangat tebal dan tidak ada handle sama sekali, yang berarti pintu tersebut hanya bisa dibuka dari luar. Marc menendang pintu itu karena kesal. "Buka pintunya, sialan!" Entah berapa lama lelaki itu menggedor pintu. Karena tidak ada hasil sama sekali akhirnya dia menghempaskan diri di tempat tidur kecil yang tersedia. Pikirnya, mungkin dengan bersikap tenang akan ada orang yang muncul atau setidaknya berkomunikasi. Sementara di penthouse Leo

