Two ; ‘Learn About Their Called Source Code’

1659 Words
Rasa sakit yang ada dikepalanya seketika terasa saat kedua kakinya menginjakkan suatu ruangan yang dipenuhi oleh penampilan suatu layar berukuran dimulai dari terkecil hingga sangat lebar bahkan kelebarannya memenuhi permukaan dinding ruangan. Sepasang netra miliknya memperhatikan, suatu kata yang dipenuhi berbagai abjad dengan warna yang membedakan suatu letak baris dimana abjad yang membentuk kata menjadi kalimat itu berada. Baris kata tersebut bergerak dengan sangat cepat seiring kesepuluh jemari puluhan orang yang berada di ruangan tersebut menggerakkan jemarinya untuk menari diatas keyboard suatu komputer yang berada di hadapannya. Kedua kakinya memulai melangkah, menyusuri ruangan tersebut sembari memperhatikan bagaimana pekerjaan yang harus dia lakukan di dalam ruangan itu. Dia sedikit berharap akan bekerja dengan terduduk rapi di suatu kursi dan hanya memperhatikan mereka tanpa melakukan apapun, lebih tepatnya dia mengharapkan pekerjaannya hanya mengawasi para pekerja yang ada di ruangan saja. Hei, berharap untuk mendapatkan pekerjaan yang sangat santai untuk dirinya tidak salah, bukan? “Aku kepala pengurus bagan mereka.” Kalimat tersebut menginterupsi indra pendengarannya sesaat setelah dia menggerakkan tangannya untuk menggusak surai hitam legam miliknya. Kedua belah bibirnya membulat kecil, sepasang netranya memperhatikan seseorang pria tua yang memiliki surai telah memutih keseluruhan dengan tangan yang memegang kuat suatu tongkat dilengkapi ukiran tertentu yang menjadi pegangan tangannya. Dia menyimpan kembali kedua tangannya yang sebelumnya terentang dengan tujuan untuk membantu pria tua bersurai putih terduduk pada suatu kursi terdekat dari jarak mereka berdiri, pria tua itu menolaknya karena itulah dia mengembalikan posisi tangannya seperti semula. Keduanya memposisikan pandangan indra penglihatan mereka pada fokus layar yang terpasang lebar hingga menutupi keseluruhan dinding ruangan. Dia memperhatikan pria tua itu melalui kedua sudut matanya, indra pendengarannya dapat mendengar dengan baik kalimat yang diucapkan oleh pria tua tersebut yang menjadi perintah kepada para pekerja yang memiliki kepengurusan lebih rendah dari dirinya. Dengan Gerakan cepat nan spontan, seakan mereka telah melatih diri untuk sigap menerima keseluruhan perintah yang diberikan kepada mereka, layaknya sebuah robot, mereka menarikan kesepuluh jemari mereka untuk memproses suatu data kepentingan analisa yang diperintahkan. Guratan wajah yang memperlihatkan mimik santainya, dia memperhatikan sepanjang pergerakan mereka hingga terhenti saat salah satu dari mereka yang hanya terdiam ditempatnya sebelum bergerak melangkah mendekati dirinya, lebih tepatnya orang itu berjalan mendekati pria tua di sebelahnya. Kedua pasang kelopak matanya berkedip sekali sesaat setelah melihat tongkat kayu yang menjadi pembantu dalam berdirinya pria tua itu terarah pada pipi orang yang kini di hadapannya. Jemarinya terulur mengambil satu gigi yang terlepas dari tempatnya, tidak hanya gigi, satu tablet obat berukuran kecil berwarna putih juga terlepas dari persembunyiannya diantara deretan gigi yang terpasang rapi. Dia masih mempertahankan emosi santai yang tersirat pada guratan wajahnya ketika pria tua itu membicarakan peraturan, satu alisnya tertarik ke atas ketika salah satu kalimat berhasil menghilangkan guratan wajah santainya itu. Kedua belah bibirnya bergerak mengucapkan kalimat yang membuat kedua orang tersebut mengalihkan perhatian kepadanya, “kau penderita pseudologia fantastica ya? Hm, atau namanya mythomania? Sebentar aku melupakan perbedaan keduanya, tunggu sepertinya tidak ada perbedaan yang signifikan, atau bisa kusebut sebagai mythomaniac, ya? Sepertinya aku harus bertanya kepadanya tentang itu. Yang terpenting, apakah kau menderita salah satu dari ketiga kata itu?” Sepasang netranya memperhatikan layar yang berukuran lebih kecil, layar tersebut memperlihatkan sebuah artikel yang membicarakan suatu pengertian, gejala, maupun hal lainnya mengenai tiga kata yang dia ucapkan detik sebelumnya. Dia melakukan sebuah tepukan, hanya satu kali, sebelum mengatakan bahwa pengertian itulah yang dia ingin jelaskan. Ketiga kata yang disebutkan olehnya memiliki sebuah maksud yang sama dengan pembicaraan yang mengarah pada pertanyaan tentang seseorang yang berada di hadapannya itu memiliki permasalahan dalam kejiwaan dimana dirinya menyukai kebiasaan membohongi orang lain. Ada perbedaan diantara kedua kata yang memiliki arti sama dengan satu kata yang memiliki perbedaan di satu abjad. “Apa kau menyadarinya?” Sebuah kalimat pertanyaan yang terucap dari kedua belah bibir pria tersebut untuk menanyakan tentang kesadaran diri dalam membohonginya. Pertanyaan yang tentu saja akan menjadi suatu pilihan yang penuh dengan kebimbangan, seperti jika orang itu mengakui dirinya menyadari dengan penuh bahwa dia berbohong maka dia sama saja mencari akhir untuk kariernya, sedangkan jika dia mengatakan dengan sebuah kalimat pertanyaan dimana dirinya kembali bertanya apakah itu kebenarannya yang diucapkan olehnya sebelumnya maupun kalimat bahwa dia tidak menyadarinya tentu saja, orang itu akan berada pada suatu ruangan yang ditujukan pembangunannya untuk mengisolasi seseorang yang memiliki kecenderungan itu maupun kecenderungan gangguan yang lainnya. Pria tua itu menghela napasnya pelan sebelum menggerakan tangannya memukul kepala orang yang menjadi salah satu pekerjanya menggunakan tempatnya. Sangat kontradiktif, dua kata yang menjadi pemikiran dalam benak mereka saat indra pendengarannya terinterupsi oleh berbagai penjelasan yang diucapkan oleh orang tersebut. Ruangan isolasi bagi mereka, pria tua mengucapkan perintah yang menjadi keputusan hukuman yang diberikan padanya. Dia melambaikan tangannya kecil sebagai salam perpisahan yang dilakukannya pada seseorang yang kini hanya pasrah karena tarikan dua orang berbadan tegap. Padahal dirinya menginginkan lebih dari keputusan seperti ini. Sebenarnya kesalahan yang diperbuat hanyalah kesalahan kecil yang mampu ditutupi dengan baik oleh rekan lainnya, kesalahan dimana dirinya melupakan satu pemograman kata saja yang mengakibatkan kefatalan hasil data yang diinginkan oleh pria yang memiliki status sebagai kepala bagan mereka. Perfeksionisme, mungkin motto hidupnya itu sehingga dia tidak menginginkan kesalahan apapun terjadi di kehidupannya juga kehidupan orang lain yang memungkinkan mempengaruhi dirinya. Dia menguap kecil sebelum menanggapi panggilan dari pria tua itu yang kini membicarakan suatu kode pemograman yang berada di hadapan mereka. “Aku mempelajari keseluruhannya.” Pria tua itu menaikkan satu alisnya, “jadi seberapa hebatnya kau dalam mengoperasikannya.” “Tidak begitu hebat, aku sering kali memilih untuk membolos. Namun aku mengerti apa yang ingin kalian lakukan dari pemograman itu. Setidaknya aku mendapatkan grade A disetiap mata kuliah praktikum yang berhubungan dengan teknologi.” “Kalau begitu pelajari ulang saja, anggap untuk menghilangkan perasaan bosanmu.” “Melelahkan, pasti. Tidak mau, aku memilih untuk pulang saja daripada menjadi pekerja system.” “Kesalahanmu. Aku mengharapkan perfeksionisme dirimu.” “William yang salah karena menjadikanku sebagai salah satu pekerjamu.” “Oh, bocah itu yang memutuskannya?” “Tidak juga, sih. Tapi, kau memanggilnya ‘bocah’? Yah, kau pantas menyebutnya bocah sih. Kau lebih tua darinya, dari yang kulihat.” Tangannya terulur mengusap lengannya yang terkena pukulan dari tongkat kayu pria tua tersebut, kemudian kedua kakinya melangkah menuju suatu ruangan yang memiliki berbagai komputer yang memperlihatkan berbagai bahasa pemograman tertentu. Dia mengendikkan bahunya acuh saat si pria tua yang bersamanya menyuruhnya untuk terduduk di satu kursi. Sepuluh jemarinya menari diatas keyboard, menjalankan berbagai pemograman tertentu yang tersedia di hadapannya, “oh, kau ingin aku menyerang menggunakan serangan exploit atau melakukan penyerangan pada website mereka?”  Satu kata yang menjadi jawaban dari perkataannya membuat dirinya segera melakukannya. Pria tua itu memperhatikan berbagai bentuk pemograman menggunakan bahasa tingkat tinggi untuk melakukan serangan exploit yang diperintahkannya. Jemari tangan kirinya yang tidak menyentuh maupun menyanggah tongkat kayu kini bergerak menekan suatu hologram yang terdapat pada suatu hologram yang biasa digunakan untuk menyampaikan informasi. Sepasang netranya memperhatikan rangkaian kalimat yang bertuliskan informasi mengenai seseorang yang bersamanya, remaja itu memiliki nama Araldo Azkio Elvin nama yang sangat baik untuk kalangan remaja berumur dua puluh satu tahun sepertinya. Pria tua itu mendekatkan wajahnya pada hologram, saat melihat suatu kalimat yang tercetak pada bagian bawah suatu tampilan hologram tentang informasi Araldo yang dimiliki organisasi. Hai, Kakek yang seharusnya telah pension dari pekerjaan tetapi menolaknya padahal mendapatkan uang dari itu. Aku menyerahkan Araldo Azkio Elvin kepadamu, ya? Dia memiliki riwayat pendidikan mempelajari teknik informatika. Sudah dapat dipastikan dia memiliki ilmu tentang pemograman, bukan? Jika tidak, ya sangat mudah. Kau mengajarinya. Sekian, terima kasih. Araldo memperhatikan pria tua itu dalam diamnya, dia telah menyelesaikan perintahnya. Jari telunjuk dengan kulit berkerut yang dimiliknya meleburkan tampilan hologram setelah menyentuh suatu tombol tertentu yang terdapat dalam hologram tersebut. Kemudian, mereka melakukan pembicaraan tentang kegiatan yang dilakukan oleh Araldo. Dia terdiam beberapa saat sebelum memulai menggerakkan kedua belah bibirnya, bermaksud memberikan berbagai kata yang tersusun dari berbagai abjad yang membentuk kalimat jawaban sesuai dengan yang terjadi. Pembicaraan yang mereka lakukan terlihat dan terdengar seperti seorang pria yang memiliki tugas sebagai human resources development bersama dengan seorang remaja yang menginginkan pekerjaan. Akan tetapi bagi seorang Araldo Azkio Elvin, pembicaraan mereka layaknya seorang mahasiswa yang memiliki pekerjaan sebagai asisten dosen yang mendengarkan dirinya yang sedang mempresentasikan hasil pemograman tugas yang dia lakukan sebagai penilaian tugas praktikum. Araldo hanya menganggukkan kepalanya perlahan saat mendenarkan kalimat yang diucapkan oleh pria tua di hadapannya tentang kemampuan bahasa pemograman yang dikuasai olehnya, dia mengambil sikap santai dan menerima berbagai kalimat kritik yang diucapkan pria tua tersebut. “Jadi, apa yang Kakek Delo Marga Gavin inginkan?” Pria tua itu, Delo Marga Gavin memperhatikan Araldo yang kini menunjukkan layar hologram yang tersambung dengan komputer utama, sebuah komputer yang menjadi pengendali utama keseluruhan program komputer yang tersedia dan tersambung dengan komputer utama melalui nirkabel. Hologram tersebut memperlihatkan pria tua yang memperkenalkan dirinya sebagai kepala bagan divisi ruangan yang dia masuki pertama kalinya, Delo Marga Gavin, nama dari pria tua tersebut menduduki suatu peringkat pertama dalam komunikasi antar program computing juga memiliki suatu status terpandang sebagai ketua dari divisi yang menaungi dan bertanggung jawab berbagai peralatan teknologi, virus, serta hal yang berhubungan dengan pemograman. Sepertinya Araldo Azkio Elvin mendapatkan informasi tentang Delo Marga Gavin disaat dirinya melakukan tugasnya untuk melakukan penyerangan exploitasi tadi. Yah, Araldo memang menyempatkan dirinya untuk mengetahui informasi pria tua yang berada di hadapannya. Dia berpikir bahwa seluruh ketua pada divisi telah memiliki informasi tentang dirinya maupun kedua saudaranya, jadi wajar saja jika dia mencari tahu sendiri sebelum ketua yang menaungi divisinya nanti memperkenalkan dirinya, bukan? Yah, dia cukup mengetahui bahwa tindakannya tidak sopan kepada pria tua yang telah berumur kepala tujuh itu. Sepasang netra milik Araldo dapat melihat mimik penuh ketenangan yang diperlihatkan guratan wajah dari Delo, dia hanya diam ketika mendengar secara penuh kalimat yang diucapkan oleh Delo sebagai kalimat jawaban dari pertanyannya. Kalimat yang memungkinkan dirinya berada dalam situasi yang sedikit menyebalkan. “Virus yang sangat menakjubkan merupakan virus yang dapat memanipulasi pemikiran orang lain, aku menginginkannya. Apa kamu mengerti maksudku, Araldo Azkio Elvin?” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD