Jadi Model

1127 Words
Mungkin bagi sebagian orang cuaca pagi hari yang cerah membangkitkan mood hati yang ceria namun tidak dengan Erga, hatinya kini sedang sakit mengingat Nada menolaknya. 5 menit hanya 5 menit saja jika dia sampai terlebih dahulu disana mungkin gadis impiannya itu sudah berada di boncengannya. Benar dugaannya, idola baru di kampus yaitu Samudra tertarik juga dengan Nada, seharusnya dia sadar dari kemarin saat Nada ditarik pergi dari hadapannya. Namun dia tidak menyangka gerakan Sam sangat cepat, dia juga udah tau tempat kos Nada, seperti saat pagi Sam lebih dulu sampai buat menjemput Nada. Erga merogoh saku celana kanannya dan mengambil benda pipih yang selalu ia bawa. Dua kali dering panggilan tersebut diangkat. "Halo Toni". *** Saat perkuliahan sedang berjalan, Mitha menyenggol lengan Nada dan Saras bergantian. "Oh My God, barusan Toni WA aku nih guys", ucapnya antusias. "Tumben Mith, ada apa?".Tanya Saras. "Dia ngajak ketemuan nih, aduh aku gak salah baca kan ya, coba deh liat", sambil memberikan hpnya pada Nada dan Saras. "Wah bener tuh, wah gak sia dia ya kamu pepet terus", guyon Nada. "Tanyain mau ketemuan dimana, terus mau apa?", saran Saras. Mitha langsung mengchat Toni lagi. Tak lama Toni pun memberi kabar. "Ketemu di depan gedung ekonomi abis kuliah ini selesai. Perlu apa nanti diomongin disana katanya. Gimana nih guys aku jawab ok aja ya". Jam perkuliahan akhirnya usai sudah, buru-buru Mitha segera menarik Nada dan Saras menuju tempat janjian dengan Toni. Mitha sungguh sangat antusias. Ternyata Toni sudah tiba disana. Toni menyapa dan dibalas dengan anggukan Nada, Saras dan Mitha. "Gimana kalau kita ngobrolnya di taman situ", ajak Toni. Ketiganya mengangguk setuju dan ikut berjalan ke arah taman yang dimaksud. "Jadi gini Mitha, ada satu hal yang perlu aku diskusikan sama kamu", ujar Toni tanpa basa basi. "Ngomong aja kali, serius amat", jawab Mitha. "Aku punya temen nih, temen aku punya online shop pakaian. Nah kebetulan dia mau launching produk terbarunya, kebetulan dia yang desain dan jahit sendiri bajunya. Nah temenku itu minta bantuan aku buat fotoin produknya sekalian minta dicariin model juga. Nah gak tau kenapa aku ingetnya kamu Mitha", jelas Toni dengan padat dan jelas. Mitha tentu saja tak menyangka bahwa Toni akan mengatakan hal ini, terutama baris terakhir, "Nah gak tau kenapa aku ingetnya kamu Mitha" sumpah bikin berbunga-bunga rasanya. Mitha bertemu dengan Toni semester lalu saat dia ketinggalan map berisi makalah yang akan dikumpulkan ke dosen siang nanti. Meskipun ada soft copy ya, namun butuh waktu buat ngeprint dan jilid ulang, mana tempat foto copy nya rame dan harus antri panjang buat dilayani. Alamat nilainya C kalau tidak bisa mengumpulkan tepat waktu. Tidak disangka ada seseorang yang mengembalikan makalah tersebut, katanya tertinggal di perpus. Dia adalah Toni, dia bisa menemukan Mitha dengan bantuan temen yang kuliah di fakultas ekonomi juga yaitu Erga. Dari sanalah Mitha jatuh hati sama Toni. "Aku mau Toni", jawab Mitha tanpa pikir panjang. "Tapi ini gak dibayar lho", lirih Toni sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Emm... gak papa deh, soalnya dulu kamu pernah nolongin aku jadi sekarang ganti aku yang nolongin kamu". "Bukan gitu maksudku Mith, aku juga gak dibayar, dia termasuk new comer kalau bayar fotografer dan model profesional gak kuat harganya". Sambil meringis kuda. "Tapi nanti kalau udah selesai sebagai ucapan terima kasih nanti kalian aku traktir deh gimana". "Iya santai aja Toni" gak dibayar juga gak papa yang penting bisa deket sama Toni, barangkali bisa jadian. "Oh ya Saras dan Nada juga bisa ikutan bantuin kan?". "Lho tak kira Mitha doang, Aduh mana bisa aku foto begituan aku bukan model kali" tolak Saras. "Iya aku juga", kata Nada. "Tenang aja, nanti bisa diarahin kok, palingan cuma berdiri terus muter, gampang kan, please". "Coba dulu aja dong Ras, Nad. Ini juga bukan ajang Indonesian Top Model, yang harus Perfect. Bantuin ya please", rengek Mitha. Awas ya kalau sampai gak mau ucap Mitha dalam hati sambil mengkode kedua temannya. Akhirnya Nada dan Saras mengangguk setuju, mau gimana lagi. Susah nolak temen yang lagi bucin. "Ya udah kalau gitu kita ke kantin yuk aku traktir", ajak Toni antusias. *** Entah sudah berapa kali panggilan tidak dijawab oleh Nada. Sam menuju kelas kuliah yang habis dipakai ternyata sudah kosong. Kemarin dia sudah bilang kalau habis kuliah mau makan bareng tapi Nada kok pergi dulu sih. "Mungkin lapar kali, coba cari di kantin". Sam melangkahkan kakinya yang panjang ke kantin sambil mencari kebenaran seseorang yang ia harap dapat ditemukan disini. Dan benar saja ada orangnya, namun... Mata Sam terbelalak, tangannya mengepal menahan emosi. Dilihatnya beberapa orang sedang menikmati makanan di meja panjang dekat pojokan. Seperti biasa Nada memang bersama kedua sahabatnya Saras dan Mitha namun yang tidak biasa ada Erga disana meskipun ada beberapa cowok lagi yang Sam gak kenal. Baru tadi pagi dia bilang ke Nada agar jangan dekat dekat dengan Erga eh sekarang malah makan bareng, ketawa ketiwi lagi. Sam mengambil teh dalam botol dan duduk di seberang meja yang diduduki Nada. Karena posisinya memunggungi maka Nada dan kedua sahabatnya tidak tau keberadaan Sam. Sebaliknya, posisi Erga tepat berhadapan dengan Sam. Sam diam, hanya sibuk minum teh botolnya. Mendengar Nada sedang membahas hal apa yang dia juga tidak mengerti sambil tertawa dengan teman lainnya, Sam hanya bisa menunggu. Tanpa menyela atau menginterupsi. Tak sengaja tas Nada yang berada di sampingnya jatuh kebelakang, spontan dia mengambil tas dan ketika mendongak kagetnya setengah mati ada orang yang dikenalnya duduk diseberang kursinya. Sam hanya tersenyum, melihat Nada baru menyadari keberadaannya. Apa boleh buat Nada belum menjadi miliknya jadi dia sadar dia tidak boleh egois, tidak boleh mengekang, bahkan tidak boleh melarang Nada pergi dengan laki-laki lain. Untungnya ini rame-rame bukan berdua, so masih bisa termaafkan lah. Gak mungkin juga lah dia marah-marah disana meskipun rasanya pengen nonjok muka Erga yang kelihatan sombong karena berhasil makan bareng Nada. "Mitha, dibelakang ada Sam, gimana nih?". Bisik Nada pada Mitha. Mitha sontak menoleh ke belakang, dan benar ada Sam disana sedang menyedot teh botolnya. "Mau pergi? Aku masih mau lama-lama nih sama Toni". "Ya udah aku ajak Saras pergi dulu aja gak papa". "Boleh". Nada pun langsung berbisik pada Saras untuk pergi dulu darisini, tapi Saras menolak katanya dia masih terlalu kenyang dan gak mau jalan. Sebenarnya Saras ogah karena tau itu ada Sam di belakangnya. Entah mengapa dia masih tidak suka dengan orang yang bernama Samudra itu. Melihat Nada bisik-bisik tetangga, oh bukan bisik-bisik sahabat maksudnya Erga pun bertanya "Kenapa Nad?". "Emmm... Mau ke toilet", Nada menjawab asal. "Mau aku anter?", Tanya Erga lagi. "Gak.. gak usah aku sendiri bisa, aku duluan ya", tas yang di pangkuannya langsung disampirkan ke pundaknya berbalik menuju pintu keluar kantin. Tak lama setelah Nada berjalan Sam pun ikut berdiri dari duduknya, tak lupa lirikan matanya pada Erga seolah bertelepati "Jangan ganggu Nada", sambil nyengir dan ikut berjalan keluar kantin. "Nada tunggu".
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD