Orlando langsung bangkit berdiri. Dia lalu memegangi kepalanya karena pusing yang berdenyut-denyut akibat dia langsung berdiri begitu bangun, tidak memilih untuk duduk atau mengadaptasi cahaya sebelumnya. Lantas pria itu menoleh kesana-kemari mencari gawainya yang entah ada dimana. Saat ia melihat gawainya tergeletak di karpet, ia langsung mengambilnya. Dia merutuki dirinya saat melihat ada puluhan panggilan tak terjawab dari adiknya. Bisa-bisanya ia tidak sadar ada bantal sofa yang tersisa di sofa yang ditidurinya sampai-sampai dia melewatkan waktu yang seharusnya dia pakai untuk menjemput adiknya itu. Ia yakin Orin pasti akan menyuguhinya dengan wajah cemberut dan kemudian adik bungsunya itu akan mendiamkannya untuk beberapa hari. Orlando meringis membayangkan akan sesulit apa dia memb

