BAB 14

1013 Words
Kami berlari melintasi hutan, kakiku berderak di dedaunan yang kering saat aku meluncur di antara batang - batang pohon yang terdistorsi, menggeram sebagai tanggapan atas kekhawatiran dan kemarahanku. Yang lain berlari di sisiku, menatapku. Ava menempelkan ponsel di telinganya saat dia juga berlari dengan kecepatan seratus mil per jam melintasi setiap pepohonan. "Betul sekali." dia memberi tahu siapa saja yang mengangkat telepon di mansion. "Michael sedang mencari ingatannya, kita akan mencoba mengejarnya sebelum serigala itu melarikan diri." dia memberitahu mereka sebelum dia menutup telepon. Aku menggali keluar ingatanku agar dapat menuntun kami pada serigala itu, ingatanku melintasi ruang dan waktu ketika aku mencoba menemukan ingatan yang dimiliki serigala muda itu. Brandon Frankie. Aku melihat sekilas sesuatu, puncak gunung sana aku menyadari bahwa dia sedang berlari. Aku menggeram untuk mendapatkan perhatian teman - temanku sebelum berpencar menjadi dua kelompok menuju puncak gunung, tempat yang pernah kudengar dari Eric bertahun - tahun yang lalu, ketika dia menyebutkan tentang berburu. Brandon ada di dekat sana. Yang lain mengikutiku sampai kami tepat di depan danau yang luas, dan di kejauhan mata supernatural kami yang luar biasa kami bisa melihat serigala abu - abu pucat, melarikan diri ke arah yang berlawanan. Brandon Frankie! Berhenti! Ini aku, Michael! Aku mencoba mengirim telepatiku padanya tapi dia terlalu jauh. Aku tahu jika telepatiku tidak mencapainya sekarang maka dia akan melarikan diri tanpa menyadari siapa yang mengikutinya ini. Tapi seketika kami membuat koneksi, aku merasa pikiranku terhubung dengannya seperti yang telah dilakukan dengan anggota kawananku sebelumnya. Sudah lama aku tidak merasakan telepati seperti ini dengan yang lain begitu lama sehingga pengalaman yang kurasakan ini membuatku terpesona. "Dia berhenti." kata Nesha dan dia benar. Brandon telah berhenti. Aku bisa melihatnya menatap lurus ke arahku, ekspresi kaget, senang dan juga sedih di wajah serigalanya. Aku melakukan yang terbaik untuk tersenyum dalam bentuk serigala, untuk meyakinkannya dan aku tahu, hanya dengan membaca telepati yang di kirimkannya dia telah melihat senyumku. Michael? Suara Brandon ada di kepalaku dan itu membuatku merinding. Aku sudah tidak merasakan ini dalam waktu yang lama, suaranya lebih dalam dari yang aku ingat, lebih dewasa. Brandon. Aku membalasnya. Jangan takut dengan orang - orang ini, kamu tahu Jasmine dan Ava, dan yang lain adalah teman. Percaya padaku. Turun ke sini. Kami membutuhkanmu. Tidak lama kemudian kami semua duduk, menunggu di sekitar danau sementara dia berjalan kembali ke kami. Aku mundur bertahap dan berganti pakaian dan kemudian aku mendengar langkah kakinya dan aku melihat dia sudah kembali ke dalam bentuk manusianya. Brandon Frankie berjalan keluar dari balik pohon. Anak laki - laki yang aku ingat dalam ingatanku, adalah anak pendek yang takut bahkan melihat serigala, telah menghilang dan sekarang telah berganti menjadi seorang pria. Brandon baru berusia enam belas tahun tetapi karena transformasi manusia serigala, dia tampak sekitar dua puluh tahun. Dia kurus tapi berotot, perutnya berotot bergelombang kuat menuju daddanya. Bisepnya hampir sebesar milikku. Hampir. Dia masih memiliki mata yang sama, cokelat tua yang menyatu dengan pupil matanya. Rambutnya tampak seperti bulu kucing lembut di kepalanya, dan ditata dengan mengagumkan untuk mengatakan bahwa dia baru saja mundur. Wajahnya juga berubah, tidak terlalu bulat, lebih bersudut dan maskulin tetapi bibirnya penuh, bukan sesuatu yang sering terlihat pada pria maskulin. Dia menyeringai pada kami dan memamerkan gigi putih mutiaranya. "Michael." Dia memanggilku dan aku tertawa ketika aku bergegas menuju anak itu dan menariknya ke dalam pelukan yang lembut dan hangat. Kami semua bersatu kembali dengan Brandon, dan itu sangat luar biasa bagiku bertemu kawananku yang masih hidup. Aku ingin mengetahui kabar yang lain dan aku juga ingin bercerita tentang apa yang telah aku alami. Karena Brandon adalah yang paling mirip denganku dan tidak hanya dengan membaca ingatannya tetapi juga dengan berbagi dengan pengetahuan dan pengalaman, ini juga memungkinkan dia untuk terhubung denganku dan belajar sedikit tentang The Sanctum. Kami membawa Bradon kembali ke The Sanctum, di mana dia belajar lebih banyak tentang kami, siapa kami, apa yang kami lakukan dan apa tujuan kami. "Kamu punya pilihan untuk sekarang, manusia serigala." Marianne berbicara kepada Bradon. Aku tertawa mengetahui Brandon membenci kenyataan bahwa Marianne memanggilnya manusia serigala dan bukan Bradon, namanya. "Aku punya nama." dia memberitahunya dan Marianne hanya mengangguk. "Hm. Terserah." Marianne menjawab, "Bagaimanapun, kamu harus memutuskan. Kamu dapat pergi meninggalkan kami tetapi aku akan memperingatkanmu jika kamu mengungkapkan lokasi kami kepada siapa pun, aku janji aku akan merobek ususmu dengan gigiku..." "Marianne bahkan tidak bercanda." Aku bergumam. "Atau kamu bisa tinggal di sini dan menjadi bagian dari pasukan, bagian dari perlawanan. Tentukan pilihanmu dengan bijak.” "Tentu saja aku akan tinggal." Kata Brandon dan aku tertawa dan menepuk punggungnya. "Tapi... kupikir aku bisa membantu kalian?" "Kami tidak mencari bantuan dengan strategi, Nak." Kata Marianne. "Kamu mungkin tidak...tapi kamu mungkin membutuhkan delapan belas serigala lagi yang mungkin mau bergabung dengan The Sanctum?" kata Brandon dan kami berbalik untuk menatapnya. "Delapan belas serigala?" aku bertanya, "Siapa?" Brandon menunjukkan seringai kemenangan padaku. "Aku bertemu satu kawanan, di suatu tempat di Kanada. Aku pikir itu akan membutuhkan beberapa waktu untuk meyakinkan mereka tetapi aku yakin jika mereka akan membantu kita. Bagaimana menurutmu?" Aku menyeringai dan menatap Jasmine, Ava, dan siapa saja dari mereka yang menatapku. "Kapan kita berangkat?" . . . Gracelia Cedric membanting pintu kamarnya di depan wajahku dan itu mengenai hidungku. "Aduh! Si*lan Celia!" teriakku sambil memukulkan tanganku ke pintu. "Kata - katamu!" Esme dan Jasmine berteriak dari suatu tempat di rumah, mereka bisa mendengarku berteriak tapi tidak bisa melihatku di mana mengatakannya. Aku membuka pintu Gracelia dan berjalan masuk dan dia berbalik dan cemberut padaku saat dia dengan kejam menyisir rambut bonekanya, menghanc*rkannya. Aku berjalan mendekat dan merosot ke ujung tempat tidurnya lalu aku mengulurkan tangan untuk menariknya ke dalam pelukan tetapi, dengan kecepatan vampir, dia melesat ke seberang ruangan dan duduk di kursi goyang milik ibunya. "Celia." Aku menghela nafas, menatapnya. Dia menatapku melalui helaian rambutnya yang gelap dan basah. Dia baru saja mandi karena itu rambutnya tercium bau strawberry. "Celia, kau tahu kan kalau aku tidak mau pergi." Aku memberitahunya. Ketika kami semua kembali dari pencarian kami, dia sangat senang aku pulang. Dia benci ketika kami tidak bersama. . . . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD