BAB 19

1471 Words
Sudut Pandang Ive Aku menatap gadis manusia yang sebelumnya hidup bahagia di kastil ini di bawah kepemimpinan Danio. Tapi sekarang di depanku gadis manusia ini gemetaran ketakutan, aku menjilat bibirku dan mengambil langkah. Butuh waktu kurang dari satu detik bagiku untuk meraih gadis manusia itu di tanganku. Dia tidak menyadari apa yang terjadi padanya sampai semuanya terlambat. Dia masih berdiri menatapku, Ratu Vrykólakas, dari semua Vampir, dia masih bertanya - tanya mengapa dia dipanggil tetapi hal berikutnya yang dia tahu ... dia sekarat. Aku telah membawanya dalam pelukanku. Cengkeramanku pada lengannya begitu erat sehingga membuat lengan kecilnya patah meskipun sebelum tangisan kesakitan bisa keluar dari bibir yang sudah pucat itu, aku telah membiarkan lenganku memutarnya sampai dia menjauh dariku, menggerakkan rambutnya ke sisi berlawanan dari bahunya dan aku bersandar kepalaku ke dalam rongga tenggorokannya, dan aku memakan makan malamku. Darah hangatnya memenuhi tenggorokanku saat gigiku merobek kulitnya. Rasanya tak tertahankan, rasa mansi yang tak tertandingi. Tidak ada yang bisa menghentikan aku begitu satu tetes darah melewati bibirku. Jeritannya yang tinggi dan menyakitkan tidak bisa menghentikanku. Denyut nadinya yang cepat berhenti, tidak bisa menghentikanku. Tangannya yang lemah yang mencakar – cakar lantai dan tubuhku tidak bisa menghentikanku. Itu tidak berguna. Kukunya patah dan dia berteriak lagi tetapi dia sudah tiada sebelum dia bisa menyelesaikan teriakannya. Aku telah menjadi pemburu, dan pemburu selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan ya aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Seorang pemburu harus menjadi pemberani dan kuat untuk makhluk yang diburunya. Semakin kuat pemburu maka semakin banyak mangsa yang akan di dapatkan oleh si pemburu itu. Aku melepaskan tubuhnya yang tak bernyawa dan lututnya tertekuk di bawahnya. Dia ambruk di kakiku dan berbaring telentang, tubuhnya terlentang diam, wajahnya dan tubuhnya indah tapi sayangnya tidak ada kehidupan lagi di dalam tubuh itu. Aku telah menggigit tenggorokannya dengan sangat kejam. Aku mengangkat tanganku dan perlahan menggunakan jari telunjukku untuk menyeka tetesan darah dari bibirku yang mengalir di atas daguku. Waktunya makan adalah salah satu hal paling menyenangkan yang pernah dialami vampir murni dalam kehidupan abadi mereka. Mungkin hal yang paling menyenangkan. Aku memiliki sedikit akses di ingatanku sebelum aku berbalik, meskipun aku ingat sensasi yang tak terlukiskan yang merupakan perburuan pertamaku. Kejutan tentang betapa berbedanya rasa darah bagiku. Sebelumnya cairan itu tidak artinya bagiku, tapi kini rasanya seperti sebuah narkob*… membuatku ketagihan lagi, dan lagi. Aku menghela nafas dan mengambil langkah di atas gadis itu. Darah menetes dari mulutku, itu menodai jari - jariku dan menutupi jubahku. Seolah – olah aku selesai berguling – guling di atas darah. Aku berjalan melintasi aula, ke mana pun aku pergi, aku menginjak darah manusia. Aku menarik napas dalam - dalam dan udara bahkan beraroma amisnya darah. Aku melihat sekeliling dan tersenyum. Aku bahkan tidak bisa melihat lantai marmerku yang indah lagi, karena banyaknya tumpukan sampah dan genangan darah. Aku punya, sesuatu yang… Membebani pikiranku. Aku memutuskan jika aku perlu mandi, jadi aku menanggalkan jubah dan pakaian dalamku dan aku berdiri tanpa pakaian di tengah banyaknya tumpukan sampah, bermandikan darah manusia itu adalah sesuatu yang sangat lezat. Aku mengambil langkah dan darah memercik ke kakiku. Aku berjalan sejenak, hanya memastikan sekali lagi bahwa tidak ada manusia yang masih bernafas. Tidak. Aku telah meminum semua habis semua darah mereka namun merasa tenggorokanku masih terasa kering. Tiba - tiba aku mendengar langkah kaki mendekat dengan cepat jadi aku membalikkan tubuhku dengan tepat ketika pintu terbuka dan seorang penjaga berkerudung berhenti tiba - tiba di tangga, dia merasa kesulitan karena setiap lantai yang ingin dia injak ternodai oleh darah. Dia tersentak menatapku dan aku bisa melihat tubuhnya gemetar. Aku langsung mengerti sensasinya. Berada di sekitar sumber darah manusia itu sulit, lebih sulit ketika haus. Bahkan sekarang, setelah makan, aku bisa berbaring di atas darah dan makan selama berjam - jam. "R-r-r- ratuku." katanya, memutar kepalanya ke samping sehingga dia tidak akan menatap darah. "Hm?" Aku bertanya, dengan santai. Dia kemudian melihat kembali ke arahku dan melihat aku berdiri tanpa pakaian di depannya dan dia membalikkan tubuhnya dan aku tersenyum. "Jangan berpaling dariku. Apakah melihat tubuh tanpa pakaian membuatmu cemas?” Aku terkekeh dan dia menggelengkan kepalanya. "T-Tidak Ratuku. Tapi... kamu masih anak -anak." katanya dan aku menemukan suasana hatiku yang bahagia hampir seketika hilang. Aku menggeram padanya, menunjukkan kuasaku. "Anak - anak!" Aku membentaknya dengan geraman dalam suaraku. "Apakah kamu ingin aku merobek tenggorokanmu dengan gigiku?" tanyaku, berjalan ke depan, suara percikan darah membuatnya gila. "Aku tidak bermaksud menghina. Ratuku. Tapi kamu masih sangat muda. Tubuhmu seperti anak kecil." katanya. Aku marah. Aku ingin dia mati. Godaan untuk mengayunkan dan menjernihkan kepalanya sangat besar. Meskipun kata – kata yang diucapkannya adalah kebenaran. Aku berubah menjadi vampir pada usia manusia tiga belas tahun. Aku telah hidup begitu lama selama berabad – abad dengan tubuh yang tidak akan menjadi dewasa. Tapi meskipun tubuhku tidak dewasa, itu sama sekali tidak menghentikanku untuk menikmati hal – hal dewasa. Tetapi fakta bahwa dia mengingatkanku secara blak - blakan tentang penampilanku yang seperti anak - anak membuat aku sangat marah. Jadi aku berbalik dan mengulurkan tanganku. Penjaga lain yang berdiri diam di seberang ruangan melompat ke arahku dan membungkusku dengan jubah hitam panjang berhias permata. Aku tidak memakainya sepenuhnya. Mengapa aku memakai jubahku untuk orang - orang seperti b******n seperti penjaga ini? Aku berdiri dengan jubah yang tergantung di atas bahuku. Dad* dan tubuhku masih terlihat. Tapi dia berbalik dan hanya menatap mataku. Dia berlutut dan menundukkan kepalanya. "Saya minta maaf, Yang Mulia." dia berkata, "Maafkan aku." "Laporan apa yang kamu bawa kemari, sebelum kamu menghancurkan kedamaianku?" Aku bertanya. "Yang Mulia. Kami mendapat kabar dari mereka. Kami... kami telah menemukan The Sanctum. Kami telah menemukan anak itu." Aku mendapati diriku menyeringai, dan darah yang menodai gigi dan mulutku menetes ke bawah, melewati bibirku dan dari daguku. "Akhirnya." . . . Sudut Pandang Michael Saat ini siang hari meskipun tidak ada sinar matahari yang muncul dari sela – sela pohon di hutan, burung berkicau dan langit hanya memiliki warna abu - abu. Hari ini adalah hari yang membosankan dan tak bernyawa, sepertinya cuaca hari ini sangat cocok dengan emosi yang kurasakan akhir - akhir ini sehingga aku, untuk sesaat, curiga jika ada sebuah kekuatan supranatural yang sedang terjadi, tetapi aku segera menepis pikiran itu. Maksudku vampir, manusia serigala, dan vampire hybrid ada tetapi jika suasana hati yang memengaruhi cuaca, itu benar - benar konyol. Kami saat ini sedang dalam perjalanan pulang. Bukan ke The Sanctum, tempat yang sering disebut sebagai rumah, tapi Vancouver adalah rumahku, tempat tinggal dulu. Di sana sebagian besar rumah kami dan hari ini segelintir dari kami akan kembali untuk mengadakan pertemuan dengan Dewan Ditidaht , untuk memberi tahu mereka tentang The Sanctum di situasi saat ini, dan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka seperti karena kami akan segera pergi berperang dengan Ive dan kelompok Vrykólakas-nya. Pertama – tama kami akan mampir di rumah Connor ayah dari Kezia, jadi kami bisa bertemu kembali dengannya, memberi tahu dia situasi saat ini dan juga agar Gracelia melihat kakek dari pihak ibunya untuk terakhir kalinya, jelas dia tidak tahu ini akan menjadi yang terakhir. Sebenarnya aku berharap tidak, tetapi jika kami kalah, jika aku mati dan Vrykólakas menang, Gracelia sama saja sudah mati. Setelah itu kami semua menuju reservasi tempat di mana kami kemungkinan besar akan bertemu dengan Dewan dan ayahku, yang belum pernah kulihat sejak sebelum pertempuran terakhir kami melawan Vrykólakas. Aku memejamkan mata sejenak dan mulai memikirkan seperti apa pertemuan ini nantinya. Seperti apa rasanya ketika kita melihat Connor, ketika dia menemukan bahwa Gracelia dan aku tidak dalam pelarian atau mati, tetapi bahwa kami telah bersatu kembali dengan Cedric dan bahwa kami adalah bagian dari pasukan yang akan melawan Vrykólakas. Dia kemungkinan besar akan bahagia tanpa menyadari bahaya yang sebenarnya. Bagaimana rasanya menjelaskan semuanya kepada Dewan dan ayahku, bisakah aku melakukannya? Aku harus mengucapkan selamat tinggal untuk ayahku. Aku tidak bisa membayangkan diriku mengucapkan selamat tinggal pada Connor, tetapi kenyataan bahwa hari ini aku akan mengucapkan selamat tinggal pada ayahku membuat perutku bergejolak. Mungkin hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengannya. Aku tidak akan menangis, tidak. Aku ingat dulu sekali ketika ibu meninggal dan Ruth dan Rachel pergi, Ayah menoleh padaku dan berkata. "Hanya tinggal kita berdua sekarang, Mike. Hanya kamu dan ayahmu." dia berkata, "Ibumu sudah meninggal, kedua saudara perempuanmu telah meninggalkan kota. Kamu dan ayah juga sama - sama tahu bahwa penyakit diabetesku semakin parah. Dokter di rumah sakit mengatakan kira – kira aku hanya memiliki waktu dua bulan saja sebelum aku kehilangan kakiku. Dan kamu, nak, perlu untuk tumbuh dewasa. Kamu harus menjadi pria di rumah ini sekarang. Kamu harus kuat, dan menjagaku, ayahmu. Maafkan aku tidak bisa menjagamu, aku berharap aku bisa memelukmu ketika kamu menangis, tapi aku tak bisa. Kamu harus kuat, kamu tidak bisa membiarkan siapa pun melihatmu menangis. Kamu tidak boleh menangis sekarang, kamu mendengarku?" . . . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD