BAB 2

1016 Words
Cari Gracelia dan aku lalu kematian menghampiri kami. Itu membuatku bergidik, bahkan memikirkan seseorang menyakiti malaikat kecilku. Kami tidak punya banyak barang untuk dibawa, hanya ada satu ransel besar dan satu ransel kecil, kami sering membawa makanan ringan dan membeli apa yang kami butuhkan di mana pun kami tinggal. Dia melompat dari seberang ruangan, melayang di udara dengan gerakan yang lancar dan mendarat dengan lembut di lenganku, dia meletakkan tangannya yang lembut di wajahku, bertanya - tanya di mana selanjutnya? Aku mengangkat bahu. "Entahlah Celia, tapi kali ini aku baru saja membeli mobil untuk kita, lebih hangat di dalam mobil daripada berlari, dan lebih mudah bagi kita berdua," kataku sambil menggelitiknya. Dia tertawa dan mengangguk dan kami bergegas keluar. Aku menemukan mobil yang aku beli malam sebelumnya, sebuah Volkswagen Scirocco putih berkilau. Dia terkesiap dan aku tertawa. "Hangat, kan?" dia tertawa dan melesat ke sisi lain, dalam sedetik dia sudah berada di dalam, mengenakan sabuk pengaman dan siap untuk pergi. Aku melihat sekeliling dan mengutuk pelan. "Cel!" kataku, masuk ke kursi pengemudi dan melihat ke belakang. "Masih ada manusia di sekitar sini, lho. Hati - hati dengan kecepatan vampir dan apa pun itu." Celia tertawa kecil dan mengangguk. Kami berkendara sekitar sepuluh menit, dan sekarang kami berada cukup jauh dari Seatle, itu membuatku lebih tenang, lebih lega dari sebelumnya. Jika ada vampir di sana, kami sudah lama pergi dengan mobil baru ini. "Mike!" teriak Celia, aku berbalik sepersekian detik kemudian. Lampu putih melaju ke arah kami. Tidak ada kesempatan untuk menghindari kecelakaan itu, kami akan tertabrak, mobil kami akan terbalik, dan kami bisa mati. Jadi aku membalikkan tubuhku, melemparkan diri dari kursi pengemudi dan ke belakang tempat dimana Celia duduk. Melingkarkan lenganku di sekelilingnya, menarik jaketku ke dalam untuk menutupinya dari kaca dan aku memeluknya erat - erat. Aku merasakan dampak yang luar biasa. Ban berdecit dan klakson yang menggelegar menjerit di telingaku begitu juga dengan jeritan Celia. Aku merasakan tubuhku terbanting ke dasbor, Celia berpegangan erat dan pecahan kaca mengiris wajah dan lenganku saat kami terpelanting dan keluar dari kaca depan. Perutku bergejolak sesaat sebelum tubuhku melengkung dalam kekaburan tak terkendali di udara, Aku mendengar deritan logam dari mobil saat itu melayang di udara dan menghantam tanah lagi. Aku akhirnya menyentuh tanah dan kepalaku terbanting ke beton seperti dihantam, aku berguling - guling di lantai seperti boneka kain sampai aku berhenti. Aku sadar pikiranku hanya tertuju pada Celia. Dia menangis di pelukanku, dia terus menangis, tapi dia masih hidup. Dan aku pingsan. Saat aku berbaring, pikiranku melayang tanpa tujuan. Lalu pelan - pelan kesadaranku menjauh dari mataku, tapi aku merasa kepalaku seperti dihantam oleh gelombang panas yang membuat wajahku terasa begitu panas, wajahku hampir terbakar tetapi belum cukup sampai di sana. Aku tidak bisa menemukan jalan kembali cukup jauh untuk membuka mata. Dan kemudian aku tahu aku sudah mati. Karena aku mendengar seorang malaikat menyebut namaku. Michael! Panggilan itu... seolah - olah tidak benar - benar diucapkan tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas di pikiranku, itu suara orang lain, bukan aku. Bukan aku yang memikirkan namaku dibisikkan, tidak ada imajinasi yang bisa menciptakan suara yang begitu indah. Tapi aku tahu suara itu, itu...itu Keiza, sahabatku. Aku bisa mendengar Keiza? "K-Keiza..." Michael! Tolong Michael! Kemudian aku menyadari itu bukan Keiza, itu Celia, dia mengirimkan telepatinya kepada diriku, rasa dingin yang menjalar di pipiku yang memar adalah tangannya. Kelopak mataku terbuka, dan aku terlonjak. Mengirimkan rasa sakit yang luar biasa ke leher dan bahuku, Celia memelukku erat - erat. Aku mencoba mengabaikan rasa sakit yang kualami sendiri dan memeriksanya, bahkan tidak sedikit terdapat luka atau goresan. "Michael!" dia menangis di bahuku. Mata cokelat kecilnya, penuh dengan air mata. "Tidak apa - apa, kamu baik - baik saja. Kamu akan baik - baik saja!" Aku bersikeras untuk berdiri, meski kakiku gemetar, aku bisa merasakan bahuku patah, aku tahu itu. Aku berbalik dan menurunkannya dari pelukanku, dan lalu meraih lenganku dan mendorongnya kembali ke tempatnya, Aku menggigit bibirku dan menghela nafas. Tuhan, ini begitu sakit, aku bahkan mendengar retakan. Kemudian aku melihat ke jalan beraspal itu, aku melihat mobil yang kami kendarai. Mobil yang indah itu kini menjadi potongan logam dan kaca yang bengkok dan pecah di sisi jalan. Dan mobil lainnya—sebuah bagasi, sebenarnya—masih ada di sana, tegak lurus tetapi dengan penyok raksasa di bagian depan. . . . "Michael...aku tidak mencium bau manusia," Celia berkata satu langkah di depanku. Aku mengendus. "Tapi aku mencium bau vampir," aku berkata, aku bisa mencium bau mereka. Kemudian pintu mobil ke bagasi dipukul dari dalam dan langsung terlepas dari engselnya, menabrak pohon di barisan pohon. Sesosok keluar dari pintu dan berjalan ke arah kami. Seorang pria, mengenakan jeans hitam dan jaket kulit hitam, kulitnya pucat seperti mayat, matanya semerah darah. Dia menyeringai padaku. Aku tidak mengenal pria itu, tetapi aku tahu dari mana asalnya. Vrykólakas. Sosok lain keluar dari pintu penumpang, seorang wanita, dengan rambut merah tua diikat menjadi ekor kuda, matanya berwarna merah anggur gelap, tubuhnya ramping tinggi. Tiba - tiba aku mendengar langkah kaki dan lalu aku mengambil Celia ke dalam pelukanku, di sekitar kami sosok berjubah, anggota baru dari Vrykólakas berjalan keluar dari pepohonan, seperti yang mereka lakukan pada hari yang menyedihkan ketika teman dan keluargaku meninggal. Kemudian dari depan, sesosok vampire yang lebih kecil berjalan ke depan. Tubuhnya lebih kecil dari yang lainnya. Dia berjalan dengan anggun, begitu elegan meskipun aku tahu sifat sebenarnya dari vampir ini. "Lihatlah, Pemimpin Vrykólakas yang baru," Vampir laki - laki yang menabrak kami berkata. Pemimpin itu menurunkan kerudungnya. Aku menatapnya, rambut pirang itu sampai ke bahunya, mata gelap yang haus darah itu. Aku tahu dia. "Ive?" Ive masih hidup. Entah bagaimana dia bisa selamata dari pertempuran. Aku yakin Jean sudah menghabisinya setelah dia membunuh Elan. Meskipun Jean terbunuh tak lama setelah itu. Dia menyeringai pada kami saat dia mendekat. Penjaga Vrykólakas mengelilinginya dalam formasi berbentuk berlian, apa mereka bermaksud melindungi pemimpin baru mereka? Yah, dia mungkin yang paling menyeramkan dari mereka semua, bahkan sebelum pertempuran. Dia berhenti beberapa meter jauhnya, Gracelia menempel padaku, dan aku memeluknya erat - erat. Mereka tidak akan menyentuhnya. . . . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD