Peter My Brotha

1539 Words
Kata orang hidup ini banyak kejutan, kejutan tak terduga mau jodoh pekerjaan ataupun hal hal lainnya, semua udah di atur yang kuasa, setelah usia cella menginjak 19 tahun hidupnya bagaikan roller coaster, banyak hal sulit yang harus ia hadapi sendirian. "Jangan, jangan lakukan ini kak, please!" Cella terus memohon agar pria baik itu tidak merenggut kesuciannya, namun sayangnya semua hanyalah angin semata, kegadisannya di ambil paksa saat malam, menjelang usianya yang ke 19 tahun Setelah dua bulan berlalu ia mendapati dirinya tengah berbadan dua, bayi yang hadir di waktu yang salah, dan membuatnya galau tidak tahu harus bagaimana. Namanya Marcella Frederica Chen, anak yatim piatu yang diangkat anak oleh keluarga kaya raya bernama Arnold Sutopo, Cella panggilannya, ia di pungut atau diangkat anak oleh keluarga ini sejak ia berumur 3 tahun, keluarga Chen dan keluarga Sutopo adalah sahabat karib rasa saudara. Sementara keluarga Sutopo memiliki seorang anak laki laki bernama Peter Arnold Sutopo, tahun ini adalah tahun ke 16 Cella tinggal bersama keluarga ini, keluarga ini begitu baik padanya apalagi Peter, jangan ditanyakan lagi limpahan kasih sayang yang di berikan Peter pada Cella, ia begitu dimanjakan oleh Peter. Usia Peter dan Cella berjarak 10 tahun dan mereka sudah sangat begitu dekat bagaikan lem dan perangko kemana-mana selalu berdua, walaupun kadang seperti anjing dan kucing yang setiap hari ribut saja bawaannya. "Cella, cepet ntar kakak kesiangan!" teriak Peter dibalik pintu kamar Cella. "Iya ihhh... Bawel!" teriak Cella dari dalam kamarnya. "Ihh.. dasar siput, lama," geram Peter sambil menoyor kepala Cella. Tatkala gadis cantik itu sudah berada di hadapannya. Cella yang tidak terima dengan perlakuan Kakanya itu lantas mengerutkan batang hidungnya, lalu berkayta, "Lhaa.. Kakak apaan? Dasar beruk! nyari mulu perkara bawaannya," jawab Cella tidak mau kalah. Peter menghela nafas berat sambil berkacak pinggang. "Nih adik kurang ajar tuh gini nih." "Hei hei.. Berantem lagi berantem lagi! Heran mami sama kalian!" Eh.. ternyata ada Nyonya Arnold yang lagi sibuk di meja makan. Nyonya Arnold yang selalu sabar mendengar keributan pagi hari khas anak anak kucing ini hanya dapat menghela nafas pasrah saat keributan seperti ini terulang kembali secara rutin. "Kakak nih Mih, cari perkara aja hidupnya," ucap Cella dengan memonyongkan kedua bibirnya. "Dih kamu yang hobinya cari perkara, wlee," sahut Peter dengan menjulurkan lidahnya pada Cella. Seketika sorotan kilat tanda peperangan diantara mereka berdua kembali nampak. Namun Cella si tukang ngadu ini lebih dahulu mencuri start dari Kakaknya. "Mamih... Kakak!" teriak Cella ngadu sama Maminya. Mendengarkan teriakan anak gadisnya Nyonya Arnold pun tak tinggal diam. Dia langsung berbalik untuk membela anak gadisnya. "Peter, mulai lagi kamu!" Nyonya Adrnold langsung menjewer telinga Peter dengan tanpa ampun hingga membuatnya meringis kesakitan. Jeweran di kuping Peter jelas langsung membuat Peter minta ampun. Dan setelah mendengar kata ampun barulah Nyonya Arnold melepaskan jewerannya. "Udah sana pada berangkat, Cella nanti pulang dari kampus langsung ke butik yah ambil gaun kamu buat nanti malam," ucap Nyonya Arnold yang langsung diiyakan oleh Cella "Asiyap Mamih." Dan satu kecupan sayang mendarat di pipi Nyonya Arnold, sebelum Cella keluar dari rumah. Melihat bagaimana sayangnya Cella kepada Nyonya Arnold membuat Peter menyeringai jahil. "Kakaknya enggak Cel?" ucap Peter sambil mengarahkan pipi kirinya pada Cella. Kedua bola Cella seketika membeliak penuh tatkala mendengar ocehan Peter, tanpa ragu telapak tangannya mendorong wajah Peter untuk menjauh dari hadapannya. "Ogahh banget, cium cium jomblo burik, ntar malah ketularan burik, wlee," jawab Cella seraya berlari dari kejaran Peter. Dan tawa renyah Peter seketika terdengar menggelegar, membuat Nyonya Arnold ikut tertawa. Nyonya Arnold selalu berharap kebahagiaan ini akan terus selamanya seperti ini. Dan tidak pernah berhenti di keluarga yang sangat dia cintai. 15 menit sudah berlalu, keheningan memenuhi keduanya, Cella sibuk dengan ponselnya dan Peter berkonsetrasi mengemudi. Namun sesekali Peter melirik Cella yang duduk di sampingnya sambil mengulas senyum tipis. Entah mengapa kehadiran Cella di hidupnya serasa seperti angin segar yang selalu menyejukkan dirinya. Sehari tanpa tawa dan senyum atau tangis serta rengekan kesal Cella dunia Peter terasa begitu sepi dan hampa. Peter tidak pernah rela jika Cella terus beranjak besar. Dia bertekad akan selalu ada di sisi Cella dalam situasi apapun juga. "Bye kakakku yang burik," ucap Cella saat mobil Peter berhenti tepat di depan kampus Cella . "Kamu yah, kakak seganteng ini dikatain burik mulu, jatuh cinta baru tau rasa kamu," ketus Peter yang langsung membuat mata Cella membulat penuh. Cella sama sekali tidak menyangka bahwa si kakak angkat ini bisa ngomong seperti itu. Ya... Memang sih Cella sudah sangat tahu kalau dia itu anak angkat, jadi kalau Peter ngomong seperti itu, ya tetep gila saja, karena selama ini Cella hanya menganggp Peter itu sebagai Kakaknya Namun jika boleh jujur, sebenarnya Cella cukup terkagum-kagum juga dengan ketampanan Peter, Pria mapan, mandir, ganteng, serat kulit putih dengan hidung mancung serta bibirnya yang tipis membuat pria bertubuh kekar dengan tingginya kayak tiang listrik 193cm, membuat siapapun tentu akan sangat terpesona pada pria model beginian. Hanya yang anehnya, diumurnya Peter yang sekarang, 29 tahun dia masih betah saja menjomblo. Entah untuk alasan apa, semua orang tidak ada yang tahu dan itu yang menjadi pertanyaan semua orang, why? "Cella." Mendengar namanya di panngil Cella langsung menengok ke belakang, lalu ia mengulas senyum lebarnya. "Lola, tumben nyubuh?" Ternyata yang memanggil itu Lola, temen baiknya Cella yang lagi kesemsem sama Peter. Seketika tatapan Lola langsung liar saat melihat Peter yang sedang duduk anteng sambil mengamati adiknya. "Kak Peter nggak turun dulu kak?" tanya Lola tanpa basa basi. "Mau langsung kerja," jawab Peter singkat. Tatapan Peter kembali menatap Cella. "Cel nanti kamu kabarin pulang jam berapa, nanti Kakak jemput yah." "Hm," jawab Cella dengan menganggukkan kepalanya. Dan setelah itu Peter pun lanjut pergi meninggalkan Cella dan Lola yang masih berdiri di tempatnya "Cell, seriusan Kak Peter itu ganteng banget, nggak tahan gue liat senyumannya," bisik Lola mulai menggila saat ia mengingat dan menyebutkan nama Peter di depan Cella. "Ih... Dasar siluman rubah, nggak bisa tahan liat cowok ganteng dikit langsung jelatatan matanya," ledek Cella yang langsung membuat Lola mendengus kesal tapi juga tersenyum geli karena temannya ini memang selalu lucu baginya. Hari ini jadwal kampus padatnya minta ampun, anak design grafis memang otaknya selalu di peras udah kayak cucian abis di bilas aja, bikin pening pusing pala barbie. Cita-cita terbesar Cella adalah ia ingin segera lulus kuliah dan bebas dari dunia tugas yang selalu menumpuk serta membuatnya stress sendiri. Disaat jam terakhir, ponsel Cella berdering nyaring. Dan saat dilihat kembali ternyata itu dari Kakak tercintanya, Peter. "What's upp Brotha," ucap Cella sambil selonjoran di taman kampus saat menerima telepon dari Kakaknya. "Pulang jam berapa?" tanya Peter tanpa basa basi terlebih dahulu. "Udah pulang, nih lagi di taman kampus makan cilok, mau gak?" jawab Cello sambil nengunyah ciloknya yang menjadi makanan favorit Cella. Peter tak kuasa menahan tawanya, namun dia memilih untuk bersikap dingin dan ketus pada adiknya, katanya. "Ih, cilok aja makanannya, kawin sana sama tukang cilok... Tunggu di depan kakak otewe kampus sekarang." "Yeay... Nyolot lagi, Cella maunya kawin sama kakak aja, gimana?" jawab Cella yang mulutnya asal jeplak tidak tahu diri. "Ya udah ayo mau kapan?" Seketika wajah Cella mendadak bersemu merah. Meskipun Cella tahu mereka kini sedang terpisah jarak, namun Cella mendadak jadi salah tingkah sendiri. "Ih... Gila, udah buruan ihh jemput Cella, funus nih." "Iya iya.. dasar bawel." Dan setelah itu telepon ditutup. Namun, masih meninggalkan warna merah serta panas di wajah Cella yang tidak mampu dia tutupi, meskipun angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Tak lama kemudian Peter pun sampai di kampus Mulia Agung kampus kesayangan Cella. Pria itu membuka kaca jendela lalu menatap lekat-lekat pada Cella. Namun, tak lama dia kembali jadi sosok Kak Peter yang menyebalkan bagi Cella. "Woi, cepet naik!" ucap Peter dengan kata-katanya yang penuh provokasi. Sayangnya, Cella tidak terpengaruh sama sekali. Ia malah dengan sengaja mengoda Peter yang membuat wajah Peter kian suram. "Eh.. si ganteng udah dateng," ucap[ Cella yang membuat Peter memutar bola matanya malas. Dengan santainya Cella berjalan masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Peter. "Mau kemana sekarang?" tanya Peter saat Cella sudah duduk manis di sampingnya. "Ke butik tante Irma yah," jawab Cella seraya memainkan Mobile Legend di ponsel pintarnya. Sepanjang perjalan menuju butik di dalam mobil hanya ada suara game milik Cella, tanpa ada pembicaraan dari mereka namun sesekali Peter melihat tingkah Cella yang membuat sebuah senyuman tipis kembali tersungging di wajahnya yang tampan. 20 menit berlalu, kini mereka telah sampai di butik yang di tuju, malam ini keluarga Sutopo akan menghadiri undangan pernikahan keluarga mereka, jadinya Cella sudah dibuatkan gaun pesta mewah untuk ia pakai malam nanti. "Kak, look at me." Begitu pintu tirai ruang ganti dibuka, terlihatlah sosok gadis cantik bermata bulat dengan bulu mata yang lentik serat tinggi badan yang proposional terlihat begitu sangat menawan saat menggunakan gaun berwarna gold dengan kilauan swarovski yang bertaburan pada gaunnya. Kedua bola mata Peter tak hentinya menatap kagum pada Cella, gadis kecilnya kini sudah tumbuh besar dan sangat cantik, ada rasa gugup saat melihat aura kecantikan Cella yang polos namun sangat menarik serta begitu terlihat dewasa dengan gaun gold yang semakin membuatnya terlihat begitu bersinar terang bagaikan batu permata. "Kak, gimana? Kok malah bengong sih?" Perkataan Cella seketika membangunkan Peter dari lamunannya. Peter mengangguk pelan sambil tersenyum, lalu berkata, "Bagus banget, cantik," jawab Peter singkat saat ia terpesona oleh kecantikan yang dimiliki oleh Cella adik angkatnya ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD