Part 9

1119 Words
Kampus jam 10 pagi. Cella hari ini berangkat sendirian ke kampus bawa mini chooper kuning kesayangannya, dari rumah Cella langsung menjemput Lola yang rumah nggak terlalu jauh dari rumah Cella dan biasa memang begini kalau Peter tidak bisa mengantarkannya ke kampus. "La.." panggil Cella saat ia sudah berada di depan rumah Lola. Begitu namanya dipanggil Lola pun segera mengayunkan langkahnya menghampiri Cella. "Kak Peter pergi?" tanya Lola begitu ia duduk lalu mengenakan safety beltnya. "Iya, pergi." jawabnya singkat. "Freedom dong elu hari ini?" tanya Lola lagi. "Iye.. mayanlah daripada gua diintilin mulu ama dia." jawab Cella dengan santainya sembari menyalakan mesin mobilnya. "Eh.. kalau nggak ada Kak Peter kita jalan nyok, SCBD nongkrong-nongkrong cantik ye nggak? Udah lama juga kita nggak hang out." ucap Lola yang langsung saja diiyakan oleh Cella dengan antusias. "Iye juga yak, ntar gua jemput dah." balas Cella dengan sumringah, karena hari ini adalah hari kebebasannya, lumayan beberapa hari tanpa Kak Pitt tersayang. Dan mereka terus melaju melanjutkan perjalanan menuju kampus. Di kampus sendiri nama Cella cukup terkenal, siapa sih yang nggak kenal Marcella Frederica Chen, cewek langsung dengan wajah campuran oriental-eropa, belum dengan tinggi dan bentuk tubuh yang proposional, jelas aja sekalinya dia lewat semua mata akan terbius dengan kecantikannya yang parpurna. "Cella." panggilan suara itu langsung membuat Cella dan Lola menengok kebelakang. "Eh.. Nico." sapa Cella dengan ramah. Nico adalah teman sekelas mereka, cowok yang sama-sama punya kharisma dan wajah yang tampan rupawan di kampus ini, sayangnya tidak semua cewek bisa deket sama Nico, pria berdarah biru ini cukup disegani oleh anak-anak sini. Tapi untuk Cella, dia yang berusaha untuk bisa dekat dengannya. "Cel, siang ini kalian free nggak? Kalau free.. maksi bareng yuk? Gua yang traktir." ucap Nico. Mendengar ajakan Nico, Lola yang berada disamping Cella langsung menyikut bahunya. Disikut oleh Lola, jelas Cella langsung menengok kearahnya, "Apa?" Lola memberikan isyarat 'oke' pada Cella, dan Cella langsung mengerti maksudnya. "Oh.. oke boleh, ntar beres kelas oke." jawab Cella. "Oke.. kalian nggak ada pantangan makan apa gitu? Semua makanan oke kan?" tanya Nico yang seketika membuat Cella bingung. "Eh.. enggak tuh, apa aja oke kita mah." jawab Cella dengan cengiran lebar di wajahnya. "Oke.." balas Nico yang kemudian berbalik dan berjalan mendahului mereka. Selepasnya Nico pergi, Cella memandangi wajah polos Lola yang berada di sampingnya. "Elu suka sama dia?" selidik Cella sama Lola. "Gua?? Aelah.. lu liat kali cowok modelan Nico siapa sih yang nggak mau sama dia? Gila aja lu!" jawab Lola sambil menoyor kepala Cella. "Eh.. gua kasih tau ya, kalau cowok modelan dia itu biasanya suka agak playboy gimana gitu, suka manfaatin fisiknya." balas Cella yang malah membuat Lola mencebikkan bibir bawahnya keluar mengejek perkataan Cella. "Nggak usah ngadi-ngadi deh." balas lola yang langusng cabut jalan mendahului Cella. Melihat kelakuan Lola, Cella hanya bisa menarik nafas panjang 'sabar' Cella pun lanjut berjalan menuju kelas, hari ini untungnya sih nggak banyak kelas, jadi agak santai dikit. Saat baru berjalan beberapa langkah dering ponselnya berbunyi. Ping... Kak Pitt : Cel, udah di kampus? -udah- send Kak Pitt. Ping... Kak Pitt : Pulang kampus jangan keluyuran, jangan mentang-mentang nggak ada kakak kamu jadi seenaknya sendiri. -dih.. suka-suka akulah, mau ngapain juga, lagi kerja tuh ya kerja yang bener, jangan ngurusin orang mulu, bhayy- send Kak Pitt. Setelah mengirimkan pesan untuk Peter, Cella langsung menutup layar ponselnya, mengabaikan telepon yang masuk, yang jelas itu adalah panggilan dari Peter kakaknya. "Jadi hari ini dosen kita siapa Cel?" tanya Lola, yang masih kepo dengan siapakah dosen umum hari ini. Menanggapi pertanyaan Lola, Cela hanya mengangkat kedua bahunya cuek. Lola salah tanya, dia sendiri aja nggak tau siapa dosen umum mereka hari ini. Di dalam ruangan kelas, baik Cella atau pun juga Lola sama-sama sedang asyik mengobrol bersama tanpa mempedulikan lingkungan di sekitarnya dan barulah mereka fokus ketika pintu kelas mereka terbuka dan terdengarlah derap langkah kaki yang sudah pasti itu adalah dari dosen mereka. Seorang pria bertubuh tambun, usianya sudah 50 tahun ke atas, kepalanya botak dan mengenakan kacamata tebal. Dia adalah dosen mereka yang bernama Pak Jamil, dosen yang terkenal killer dan sangat amat menyebalkan untuk para mahasiswi dan mahasiswanya di kampus ini. "Ehem, attention please! hari ini kita akan kedatangan dosen tamu yang akan memberikan kuliah singkat mengenai manajemen marketing untuk kelas ini. Jadi mohon kalian perhatikan dengan baik-baik, jika kalian ingin mendapatkan nilai A di mata pelajaran saya." ujar Pak Jamil, yang sudah sangat terbiasa bagi mereka menerima ancaman seperti itu. Baik Cella ataupun Lola dan teman-teman yang lainnya pun langsung mendesah pasrah dan lelah, sudah jadi kebiasaannya seperti itu, entah kapan Pak Jamil itu akan berubah dengan sifat mengancamnya yang selalu menyebalkan itu, entahlah... semesta tidak ada yang tahu. "Oke class, mari kita sambut petinggi dari Northern Corp. Pak Hansel Lauder." ujar Pak Jamil, yang tidak lama kemudian seorang pria bertubuh tinggi dan terlihat atletis mengenakan jas berwarna biru navy, sedang berjalan mendekat kearah nya, spontan ketampanannya dan kharismanya langsung memukau banyak pasang mata yang ada di auditorium kelas ini. "Oh, my Gosh! Malaikat tanpa sayap turun dari langit." gumam Lola, yang termasuk mkhluk yang terkagum-kagum dengan ketampanan Hansel Lauder. Cella melihat bingung, muka Lola yang cengo tanpa kedip saat melihat penampakan Hansel yang berjalan menghampiri Pak Jamil. Pak Jamil, menyambut sosok Hansel dengan sopan dan hormat. "Pak Hansel, silahkan... anda dapat memulainya saat ini juga." Membalas perkataan Pak Jamil, Hansel hanya mengangguk pelan sembari tersenyum simpul padanya. Saat Hansel mengangkat wajahnya bersiap untuk berbicara, memberikan kuliah singkatnya, saat itu, pandangan matanya bertabrakan dengan tatapan dari Cella, yang tentunya sedang melihat kearahnya. Keduanya sama-sama diam, namun beberapa detik kemudian, Cella yang terlebih dahulu mengalihkan perhatiannya kearah lain, tepatnya melihat kearah Lola. Begitupun dengan Hansel, ia pun lantas mengalihkan pandangannya pada iPad yang ia bawa. "Selamat siang, sekali lagi perkenalkan nama saya hansel Lauder dari Nothern Corp." dan setelah itu Hansel lantas memaparkan kuliah singkatnya, yang tentu saja membuat semua mahasiswa disana fokus pada apa yang dia jelaskan. Hampir dua jam lamanya kuliah singkat dari Hansel berlangsung, namun ketika berakhir, entah mengapa terasa baru satu menit yang lalu Hansel berbicara dan sekarang sudah selesai lagi. Itulah akibat dari sebegitu fokusnya semua mahasiswa mendengarkan ceramahnya yang ringan dan mudah di cerna. Selepasnya, Hansel lantas berpamitan pada semua orang disana, ia pun lantas mengayunkan langkahnya keluar dari ruang auditorium. "Cel, doi masih jomblo apa kagak ya?" bisik Lola, saat Hansel melangkah keluar. "Mana gua tau, elu cari tau aja sendiri." balas Cella dengan nada ketus sembari merapikan barangnya. Melihat Cella sudah beres beres, terbesitlah di otak Lola untuk mengajaknya main dulu sebelum pulang ke rumah, "Eh Cel, nongkrong yuk." "Kapan?" "Ntar kalau monyet berubah jadi kodok." "Anjir, haha... ayo cabut!" kata Cella yang langsung bangkit berdiri diikuti oleh Lola yang kemudian ikut bangkit berdiri juga.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD