Kalau cinta ya katakan cinta, toh kalau memang jodohnya kan gak akan kemana.
Saat ini Cella tengah menimang-nimang ponsel di tangannya, rasa hati ingin menelepon Peter tapi gengsi setinggi langit.
Hah.. Cella mendesah dalam lamunannya, malam dimana mereka menghabiskan malam panas bersama__ buka___ malam dimana Peter merenggut mahkota sucinya, masih saja terngiang-ngiang dengan jelas di otaknya.
"Kamu kenapa lagi?" suara Mami mengejutkan Cella, ia terperanjat lalu menoleh kearah Mami.
Mami tersenyum kearah Cella, ia lantas mengusap rambut Cella dengan lembut. "Kenapa sayang? Cerita sini sama mami."
Mendengar pertanyaan Mami Cella hanya dapat tersenyum, "Mami.. Cella cuman mau bilang, makasih banyak, mami papi udah sayang banget sama Cella, selalu jagain Cella, selalu melimpahi Cella dengan kebahagiaan, Cella nggak tau kalau nggak ada kalian, apa jadinya hidup Cella ini."
"Cella, justru kami yang berterimakasih sama kamu, kalau nggak ada kamu sepi rumah ini, kakak mu Peter itu, kamu kan tau sendiri.. makanya mami suka bilang kalau kalian nggak ribut aja sehari, sepi rumah ini." balas Mami yang masih betah mengusap lembut rambut Cella yang wangi strawberry.
Mendengar jawaban mami, seketika hati Cella jadi begitu terasa berat, sangat berat, mengingat apa yang sudah terjadi antara dirinya dan juga Peter jelas ia bagaikan seoarang penghianat di rumah ini.
Ia bagaikan penghianat yang menghianati kepercayaan keluarga ini.
"Cella, sampai kapanpun mami sama papi sama kak Peter akan selalu menyayangi kamu, apapun yang terjadi di masa depan nanti." ucap Mami yang seketika membuat Cella tak kuasa menahan air mata yang akhirnya jatuh mengalir membasahi kedua pipinya.
"Mami.. Cella sayang Mami." kata Cella sembari memeluk tubuh Mami dengan sangat erat.
**
Pagi ini Cella berangkat ke kampus agak siangan, arsanya malas sekali untuk pergi ke kampus, apalagi ada ujian statistik, Cella paling payah kalau untuk urusan hitung berhitung.
Drrttt...
Dering ponsel Cella berbunyi nyaring, tangan Cella merayap rayap diatas nakas mencari ponselnya yang ia letakan disana.
Kak Peter, calling you..
"Hmm..apaan?" jawab Cella saat teleponnya sudah tersambung.
"Belum bangun juga jam segini, ke kampus jam berapa kamu?" suaranya khas, sok galak tapi jatuhnya bukan bikin takut tapi malah jadi nyebelin.
"Entaran, masih jam 10an kak, ganggu aja ih!" kata cella dengan malas.
"Kamu tuh emang kebo ya! Mau jadi istri kakak gimana kalau kemua kebo kayak gini!"
"Dih.. siapa juga yang mau jadi istri kamu? Udah ah! bhayyy!
Tuttt.. tuttt.
"Ishhhhhh!! Nyebelin nyebelin! Kak Peter nyebelin!" seru Cella sambil menendang-nendang angin dengan kesal.
Ia pun berusaha untuk kembali tidur, tapi yang terjadi....
Kampret! Malah nggak bisa tidur lagi!
Dan cewek bertubuh langsing ini terpaksa bangun lalu mandi dan turun ke bawah untuk sarapan.
Cella melangkah dengan wajah yang ditekuk lupa kalau mami papi masih ada dibawah menunggunya sarapan.
"Bangun tidur kok ditekuk gitu mukanya? Kenapa sayang?" tanya mami yang lantas merentangkan kedua tangannya bersiap untuk menyambut Cella masuk kedalam pelukannya.
Cella pun langsung masuk kedalam pelukan mami, bersandar dengan manja sama mami, "Kak Peter mih, kak Peter nyebelin, masa Cella di gebrak-gebrak suruh bangun, padahal kan ke kampus masih jam 10, lagian kak Peter masih disana, ngapain coba?"
Mami dengan sabar mendengarkan celotehan kesal putri kesayangan mereka sembari mengusap lembut rambutnya yang panjang terurai.
"Ya namanya juag Kak Peter, kalau nggak jail sama usil ya bukan kakak kamu namanya, kita liat aja kalau dia sudah menikah dan berkeluarga apa sikapnya masih tetap seperti itu? Iya nggak Mih?"
Deghhh..
Kata-kata yang keluar dari mulut papi sukses membuat jantung Cella seakan berhenti berdetak, ada perasaan aneh yang seolah tidak rela jika Peter harus menikah dengan orang lain, terlebih dengan apa yang sudah terjadi diantara mereka berdua, tapi..
"Cella? Kok melamun lagi sih? Kenapa sayang? nggak rela ya kalau ditinggal kakaknya nikah?" tanya mami dengan suaranya yang lembut.
Cella terperanjat kaget mendengar suara mami, "Eng.. enggak mih.. Cella laper mau makan dulu." kata Cella dengan terbata-bata.
Ia pun lantas beranjak berdiri dari pangkuan mami lalu melangkah berjalan menuju tempat duduknya.
Ping...
Kak Pitt : Cel, mau kakak bawain apa dari sini?
Cella membaca pesan yang dikirimkan Peter untuknya, ia pun segera membalasnya.
"Apa aja kak, bebas."
Ping..
Kak Pitt : Cel, kakak kangen..
Mendapatkan pesan demikian Cella menarik nafas panjang 'sabar'
Ping..
Kak Pitt : Cel, kok gak dibales?
Pesan Peter kembali ia abaikan.
Ping..
Kak Pitt : Cel..
Ping
Kak Pitt : My Heart
Ping
Kak Pitt : Sarange
Ping
Kak Pitt : Wo ai ni
Ping
Kak Pitt : Aishiteru
Ishh! Kak Pitt ini ngapain ini? gumam Cella dalam hati.
-Kak.. please deh! Mau sampai kapanpun kita gak akan bisa bersama!- send to Kak Pitt.
Ping..
Kak Pitt : ?
-Kita kakak adik kak, sadar!- send to Kak Pitt.
Ping..
Kak Pitt : Akhir tahun kita nikah, fix!
Astaga! Kak Pitt ini!
Cella melemparkan begitu saja ponsel miliknya diatas meja, dan hal itu tentu saja mengejutkan mami dan papi.
"Cella, kamu kenapa?" tanya mami dengan nada suaranya yang jelas terkejut saat melihat Cella uring-uringan seperti itu.
"Nggak papa mih, maaf Cella lagi banyak yang mau diurusin, masalah kampus, mih pih, Cella naik duluan ya." ucap Cella yang kemudian bangkit berdiri dan langsung mengayunkan langkahnya untuk kembali kedalam kamarnya.
Rasa hatinya masih begitu dongkol saat melihat bagaimana Peter terus mengirimkannya pesan yang jelas-jelas itu nggak akan mungkin terjadi diantara mereka, cukup hanya sebatas adik kakak dan nggak lebih!
Cella menutup rapat pintu kamarnya, tubuhnya meluruh di lantai, ia mememuluk kedua kakinya yang ia lipat dengan punggung yang bersandar di pintu kamarnya.
"Cella juga mau sama Kak Pitt, tapi kita nggak mungkin bersama Kak, nggak mungkin Cella mengkhianati mami papi." lirih Cella.
Sementara itu, Peter sedang menimang ponsel yang ada ditangannya, menanti dan menanti balasan pesan dari Cella yang ternyata tak juga datang.
"Napa lu bro?" Nino teman karib sekaligus rekan bisnisnya menepuk bahu Peter yang sedari tadi tenggelam dalam lamunannya.
"Apa sih lu?" balas Peter dengan menarik nafas panjang.
"Napa?" tanya Nino lagi.
"Enggak, cuman.. lagi kangen ama adek gua aja." jawab Peter dengan tersenyum kecil.
"Cella? Makin cantik aja adek lu, lulus kuliah buat gua ya?" goda Nino yang sialnya malah kena timpuk Peter pakai buku yang ada di tangannya itu.
"Anjir.. sakit woii!"
"Jangan macem-macem lu!" balas Peter dengan cueknya.
"Napa? Lu suka ama adek lu itu?" goda Nino lagi.
"Kepo lu! Ayo kerja!" kata Peter sembari bangkit berdiri dan berjalan mendahului Nino.