0.2 Perkenalan

1879 Words
Kali ini, aku tidak salah karena sudah memberikannya kesempatan, saat aku kembali datang ke café yang menjadi tempat kami janjian kemarin, hari ini dia datang lebih awal. Aku langsung duduk setelah memberikan senyum singkat untuknya sebagai adab kesopanan. ‘’Maaf untuk yang kemarin,’’ sapanya dengan senyumnya yang menenangkan. Aku pikir, dia akan menjadi sosok pria dingin yang menyebalkan, akan sedikit senyum dan terus berbicara ketus. Namun aku melihat jika dia sosok yang cukup hangat, tapi entah mengapa hal itu justru sedikit menggangguku. ‘’Aku hanya tidak suka keterlambatan, maaf jika membuatmu tersinggung,’’ jawabku jujur. ‘’Tidak masalah, aku memahami. Kamu jelas seseorang yang profesional, aku menyukainya,’’ jawabnya yang kembali tersenyum. Taukah dia jika dia terlihat begitu manis di mataku? Ah, lupakan! Setelahnya kami selesai memesan sembari menunggu pesanan, aku melihat hamparan pohoh sakura yang tumbuh di seberang café ini karena letaknya yang cukup dekat dengan Danau Seokchon. Sekarang memasuki akhir April, ini adalah waktu yang tepat untuk melihat bunga sakura yang berguguran. Apakah aku terlambat untuk sebuah harapan? Aku ingin percaya untuk kali ini saja, aku menatap runtuhan kelopak bunga sakura yang terlihat begitu indah. Untuk pertama kalinya, aku begitu merasa damai melihat bunga sakura yang berguguran. Jika bunga sakura adalah harapan, aku hanya berharap semuanya segera berakhir. Aku lelah dengan ketidak pastian pada para pria yang sudah eomma kenalkan padaku. Aku lelah terus mencoba sedangkan dari mereka tidak ada satupun yang memasuki kriteriaku. _Apakah dengan ini, secara tidak langsung aku mengaharapkan pria ini menjadi yang terakhir? Terus menatap bunga sakura yang berguguran, sampai aku tidak sadar ketika pria ini terus memanggilku. Hingga dia menyentuh punggung tanganku untuk membuatku terdasar dari lamunan. Seketika aku memarik tanganku lalu aku menoleh ke arahnya, aku terkejut dengan makanan kita yang sudah tersaji di atas meja. ‘’Kamu begitu menyukai bunga sakura?’’ tanya Hyun Soo penasaran. ‘’Tidak terlalu, namun kali ini aku suka saat melihatnya berguguran,’’ jawabku dengan jujur. Padahal aku bukan pecinta bunga sakura seperti eomma, tapi entah mengapa kali ini aku menyukainya. ‘’Bisakah kita mulai berkenalan?’’ ucapnya membuka pembicaraan. Sebenarnya aku tidak menyukai ketika makan sembari berbicara, karena grandma akan memukulku jika aku melakukanya. Namun untuk sekarang, aku memberikan pengecualian untuknya. ‘’Aku Lee Min Ah, tapi aku lebih suka jika kamu memanggilku Rachel saja. Aku blasteran Korea-Amerika, mungkin terlihat dari warna mataku yang hazel dan rambutku yang pirang. Aku menjalankan bisnis restoran milik Eomma. Aku sudah tidak memiliki Daddy karena dia sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Selain dari restoran, kami hidup dari hasil dividen dari Samsong setiap tahunnya. Karena Daddyku mantan komisaris di sana. Usiaku 31 tahun, Eommaku memintaku untuk segera menikah karena usiaku sudah cukup tua. Itulah alasan dia memperkenalkan kita. Apakah sudah lengkap informasi tentangku?’’ ucapku dengan santai. Sedangkan dia hanya tersenyum geli. Apakah ada yang lucu? Padahal sejauh ini para pria akan menatap aneh ke arahku dengan raut muka yang masam, mereka seolah tersinggung ketika aku menjabarkan semua hal tentangku secara langsung. Tidak memberikan mereka kesempatan untuk berbasa-basi. ‘’Aku Kim Hyun Soo, usiaku 34 tahun, aku belum pernah menikah dan berencana akan menikah. Eommoni dan Abeoji juga secara kompak menekanku untuk segera menikah itu sebabnya aku menyetujui untuk berkenalan denganmu,’’ jawabnya dengan senyum tak pernah hilang dari bibirnya. ‘’Hanya itu?’’ tanyaku terkejut. Karena aku sudah menjabarkan banyak sekali hal tentangku, sedangkan dia hanya mengatakan informasi yang aku saja sudah tau. ‘’Aku ingin kita terus mengobrol maka tanyakan apa pun, aku akan menjawabnya,’’ jawab Hyun Soo sembari menyuapkan sepotong tenderloin wagyu di mulutnya. ‘’Aku tidak ingin bertanya, kamu katakan saja apa yang menurutmu perlu aku tau,’’ jawabku sedikit kesal. Aku merasa jika dia sedang memerintahku. ‘’Aku ingin kamu bertanya padaku.’’ ‘’Bukankah itu merepotkan? Kamu hanya perlu mengatakan apa pun tentangmu seperti yang aku jelaskan tadi.’’ Seketika pria ini membuatku semakin kesal. ‘’Aku hanya ingin kita terus berbincang, aku menyukai suaramu. Jika aku mengatakan segalanya tentangku seperti yang kamu lakukan maka tidak ada lagi pembicaraan di antara kita. Bukankah itu terlalu singkat untuk pertemuan pertama kita? Sepertinya kamu mudah kesal,’’ ucap Hyun Soo sembari terkekeh geli. Kini aku paham dan ucapannya memang ada benarnya juga. ‘’Apa pekerjaanmu?’’ tanyaku akhirnya. ‘’Saat ini aku membantu perusahaan agensi yang didirikan oleh Abeoji, namun di luar itu aku memiliki bisnisku sendiri di bidang ekspedisi. Namun Abeoji ingin segera pensiun dan memintaku untuk menggantikanya, sebelum itu dia memintaku untuk segera menikah. Aku tinggal sendiri di Winsle County Town House. Mungkin kamu terkejut, tetapi memang kita bertetangga. Bibi Hana adalah teman dekat Eommoni, itu sebabnya mereka memperkenalkan kita. Aku memiliki seorang adik perempuan bernama Kim Seo Rin. Apa lagi yang ingin kamu tau tentangku?’’ "Aku tidak tau jika kita bertetangga." "Aku juga tidak tau tentangmu sebelum Bibi Hana menjelaskan semuanya, aku pikir Bibi Hana tidak memiliki anak." "Aku tinggal di Michigan." "Ya, aku tau." "Jadi kamu menikah karena ingin menggantikan posisi Daddymu?" tanyaku penasaran, jika dia memanfaatkan pernikahan untuk kepentingannya saja maka jangan harap aku akan menerimanya. "Tidak, tanpa menggantikan posisi Abeoji aku masih mampu mencukupi kebutuhan istri dan anakku kelak dengan bisnis ekspedisiku. Aku hanya merasa jika usiaku sudah cukup matang untuk menikah, aku juga ingin membahagiakaan Eommoni dan Abeoji karena mereka sudah mengharapkan seorang cucu." ‘’Kamu cukup berbakti,’’ jawabku sembari menganggukkan kepala. ‘’Aku tertarik denganmu, itu sebabnya aku ingin melanjutkan perkenalan kita,’’ ucapnya to the point. ‘’Aku suka keberanianmu, karena aku benci ketidak pastian,’’ jawabku dengan serius. ‘’Lalu apa kepastianmu?’’ tanya Hyun Soo dengan ekspresinya yang kini berubah serius. ‘’Kita bisa menjalaninya dulu. Kita tidak sedang menjalani drama di mana kita akan di paksa untuk menikah dengan embel-embel perjodohan. Aku jelas ingin mengenalmu dahulu sebelum memutuskan bagaimana keputusanku nanti,’’ ucapku dengan jujur. ‘’Cukup realistis,’’ jawabnya sembari menganggukkan kepala lagi. Dia tampan dan mapan, sedikit memiliki nilai plus di mataku. ‘’Aku benci dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya, karena itu hanya akan membuang-buang waktu. Jadi, jika kamu masih ada urusan yang belum terselesaikan dengan mantan kekasihmu maka sebaiknya kamu selesaikan sekarang juga,’’ ucapku dengan menatapnya serius. ‘’Aku bukan jenis pria yang terjebak masa lalu.’’ ‘’Bagus kalau begitu,’’ jawabku dengan tersenyum tipis. ‘’Aku akan memanggilmu Rachel,’’ ucapnya tiba-tiba. ‘’Aku suka mendengarnya. Aku tumbuh besar di Amerika. Maka aku lebih kental belajar budaya barat dari pada tanah kelahiranku, maaf untuk itu,’’ jawabku dengan jujur. ‘’Ya, aku bisa melihatnya. Tapi tidak masalah,’’ jawabnya sembari mengangkat bahu. ‘’Jika Ibumu tipe orang yang kuno, menginginkan seorang menantu yang begitu menjunjung tinggi budaya yang kolot, memintaku untuk menjadi ibu rumah tangga, membatasi karirku, maka maaf saja. Aku lebih baik mundur sekarang juga sebelum kita lebih banyak membuang-buang waktu,’’ ucapku yang membuatnya tersenyum lebar. ‘’Sebelum Bibi Hana memutuskan untuk mengenalkan kita, aku yakin dia lebih mengenal bagaimana Eommoni sebenarnya,’’ jawabnya yang membuatku sedikit lega. ‘’Semoga saja seperti itu,’’ gumamku yang membuatnya kembali tersenyum. ‘’Kamu wanita ambisius. Itu sebabnya kamu tidak membutuhkan seorang pria?’’ tanya Hyun Soo yang membuatku mengerutkan kening. ‘’Mengapa kamu berpikir seperti itu?’’ tanyaku heran. ‘’Bibi Hana yang mengatakannya. Dia khawatir pada kamu yang terlalu mandiri, yang tidak membutuhkan bantuan orang lain. Bahkan tidak membutuhkan sosok pendamping dalam hidupmu. Apa kamu memiliki trauma sebelumnya dengan pria?’’ tanya Hyun Soo dengan intonasi yang terlihat sangat serius. ‘’Aku tidak pernah trauma, namun entah mengapa tidak pernah ada sorang pria yang membuatku tertarik. Aku realistis dengan menginginkan sosok pria yang lebih dari pada aku, tapi yang aku temukan mereka terlihat lemah, tidak becus dan pecundang. Itu yang membuatku tidak menginginkan mereka. Bukan berpikir untuk matrealistis, aku hanya berpikir realistis. Aku berjuang dalam karirku untuk hidup yang cukup dan lebih baik, maka aku bukan wanita bodoh yang akan memilik pasangan hidup yang hanya akan membuatku menderita, terlebih tidak bekerja keras, tidak ambisius dalam mencapai tujuannya. Bagiku, itu hanyalah seorang pecundang,’’ jawabku dengan jujur. Entah mengapa, dia tidak merasa tersinggung sama sekali. Hyun Soo terlihat menyunggingkan senyum manisnya. ‘’Apa kamu berpikir jika aku bukan bagian dari para pria yang kamu sebut pecundang itu?’’ tanya Hyun Soo sembari terkekeh. ‘’Tidak juga, kamu bisa menjadi seperti salah satu dari mereka. Aku hanya melihat kerja kerasmu dengan kamu yang memiliki usaha sendiri, padahal jelas tau jika kamu akan memiliki singgasana Ayahmu, tapi kamu tetap ingin memiliki usahamu sendiri, aku salut,’’ jawabku jujur. ‘’Hanya itu nilai lebihku?’’ tanya Hyun Soo. ‘’Sejauh ini hanya itu,’’ jawabku. ‘’Kamu tidak melihat jika aku tampan dan cocok bersanding di sampingmu?’’ Hyun Soo menyunggingkan senyum manis yang entah mengapa sedikit membuatku terpesona. ‘’Aku bertemu lebih banyak pria tampan di luar sana yang lebih dari pada kamu,’’ jawabku yang membuatnya mengerutkan kening. Apakah sekarang dia sudah tersinggung? Awalnya, aku berpikir jika pria Korea akan lebih mengutakan kesan manis, mereka tumbuh tinggi namun kurang kekar di mataku. Aku jelas memiliki kriteria idealku sendiri, aku jelas lebih suka pada pria Amerika. Namun melihat Hyun Soo, sedikit mematahkan pemikiranku. Dia pria yang tinggi, gagah, aku juga bisa melihat tubuhnya yang terlihat berotot besar di balik jas mahal yang dikenakannya. Namun aku tidak mungkin mengakui itu di hadapannya. Bisa besar kepala, enak saja! ‘’Selama kamu tinggal di Amerika, apakah kamu memiliki kekasih?’’ tanya Hyun Soo terlihat penasaran. ‘’Ya, beberapa. Tapi itu saat aku remaja. Aku sudah lama tidak menjalin hubungan dengan siapa pun.’’ ‘’Bagaimana dengan….’’ Hyun Soo terlihat berpikir sebelum melanjutkan ucapannya. ‘’Aku memang dididik secara terhormat, tapi aku juga pernah melakukannya seperti remaja kebanyakan. Bagaimana denganmu?’’ tanyaku yang melihatnya sedikit tidak nyaman. Apakah dia berharap aku masih virgin ? Haruskah dia merasa menyesal sekarang? ‘’Aku juga pernah melakukannya, namun tidak sering,’’ jawabnya. Dengan refleks aku tersenyum sinis. Pria dan kelakuannya! Ternyata dia sama saja. ‘’Baiklah aku tidak akan menanyakan lebih jauh tentang hal itu. Aku tidak akan menyesali karena kamu juga pernah melakukannya. Tapi perlu kamu ingat, aku hanya melakukannya sekali saat ulang tahunku yang ke 17 tahun. Aku bukan penggila atau penggemar seks, aku melakukanya hanya karena tidak ingin mendapatkan cemoohan dari teman-temanku yang masih aku sesali hingga sekarang. Jadi, jangan berharap apa pun padaku sebelum kita menikah.’’ Aku tidak ingin menjalani hubungan kosong hanya untuk saling memuaskan hasrat masing-masing. Aku mau melakukan serangkaian proses merepotkan hanya untuk mengabulkan keinginan eomma yang ingin melihatku cepat menikah, tapi jika yang dicari Hyun Soo hanyalah kepuasan semata, maka maaf saja aku lebih baik menyelesaikan semuanya di sini sekarang juga. “Maaf jika masa laluku membuatmu menyesal. Tetapi tujuanku untuk menuju hubungan yang serius. Aku juga tidak ingin bermain-main seperti muda dulu. Usia kita sudah bukan lagi untuk itu. Jadi bisakah kita berkomitmen sekarang untuk menjalin hubungan mulai hari ini dan telah bersedia menerima masa lalu masing-masing?’’ Hyun Soo terlihat sangat senang, apakah dia benar-benar tertarik denganku? ‘’Aku memberikan waktu kita satu bulan sebagai perkenalan. Jika dalam satu bulan ini kita memiliki kecocokan, maka tidak masalah untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.’’ ‘’Baiklah aku setuju,’’ jawab Hyun Soo sembari menjulurkan tangannya yang membuatku bingung. ‘’Kita resmi berpacaran,’’ ucapnya sembari tersenyum lebar. Aku hanya membalasnya dengan memutar bola mataku tetapi tanganku dengan tanpa di rencana juga membalas jabatan tangannya. Aku lelah mencari pria yang cocok menjadi pendampingku, aku harap pria ini menjadi pilihan yang tepat dan yang terakhir. "Kita belum berpacaran, tapi masih tahap perkenalan," jawabku dengan tersenyum manis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD