Chapter 2

1305 Words
Sepertinya, Rena tidak punya pilihan lagi. Satu-satunya ekskul yang diminatinya memang cuma basket, karena Adrian juga ikut ekskul basket. Tapi, sekarang Rena nggak bingung-bingung amat. Karena kabarnya sih, sudah ada ekskul fotografi di sekolahnya yang baru dibuka tahun ini. Kemarin, Raka juga sudah menyarankannya, bukan? Jadi Rena pikir tidak masalah. Lagian kan, Rena punya kamera yang selalu dibawanya ke mana-mana itu. Jadi, Rena nggak perlu ribet-ribet pake kamera sekolah bergantian dengan teman-temannya. Ia juga bisa meminjamkan kameranya kepada teman-temannya. "Rena!" Rena tersentak saat mendengar panggilan dari arah luar kelas, di sana berdiri orang yang baru diketahuinya sejak kemarin adalah orang yang paling iseng di dunia yaitu Eli. Eli berdiri dengan seseorang yang nggak lain dan nggak bukan adalah Adrian. Mata Rena sontak membulat, ia pun dengan langkah lebar menghampiri Eli. "Ada apaan sih, Li?" tanya Rena, ia memelototi Eli. Kenapa Eli sampai membawa Adrian ke kelasnya? Untuk apa? Pasti karena kemarin Eli meminjam kameranya, dan ia menemukan banyak foto Adrian di sana. "Ini nih, yang fotonya ada di kamera lo kan? Kemaren gue liat, di kamera lo banyak banget foto dia. Kebetulan, gue kenal dan namanya Adrian! Kita tetanggaan." ucap Eli, sambil menahan tawanya dengan susah payah. "Eli! Apa--" "Ini sebenernya ada apaan sih Li? Lo nyusahin gue aja," ucap Adrian, yang memotong pertanyaan Rena. Ia juga bertanya-tanya sejak tadi saat Eli mengatakan bahwa ada anak perempuan di kelasnya yang menyukainya. Karena Eli kebetulan adalah tetangganya, jadi Adrian tahu pasti kelakuan iseng Eli dan kebohongannya. Maka dari itu, Adrian tidak percaya padanya. Eli juga dikenal sebagai tukang gosip. Kalian pasti tidak percaya kalau tahu terkadang Eli nimbrung ibu-ibu yang lagi beli sayur buat ngegosip kalo hari minggu pagi. "Ini loh yan, di kameranya kemaren gue liat foto lo banyak banget. Iya! Cuma foto lo, nggak ada yang lain. Ya yang lain paling cuman foto-foto pohonan nggak jelas," ucap Eli lagi. "Eh enggak kok! Ngapain juga emangnya gue fotoin lo sih? Gue aja nggak kenal lo, Eli ngarang." kata Rena, ia segera mencoba melarikan diri dan berjalan ke arah lab biologi yang kini sepertinya sedang sepi. "Untung aja, Eli gak periksain kamera gue! Kalo ketangkep basah, bisa mati berdiri gue! Aww." Rena meringis saat ia merasakan punggungnya menabrak seseorang yang ada di belakangnya, dan saat ia menoleh, terdapat Raka yang sedang memandangnya dengan senyum menyebalkan. "Ck!" Rena berdecak sebal, saat melihat Raka lagi. Kenapa sih, dari semua siswa di SMA Adhi Bangsa, Rena harus bertemu Raka lagi? Dan kenapa pula Raka selalu berada di sekitarnya? "Udah cari ekskul yang lain? Yang cocok buat lo, Rena?" tanya Raka, ia melipat kedua tangannya di d**a. Gaya Raka yang terkadang sok cool itu membuat Rena muak. Sambil menatap Raka sinis, Rena menyahutinya. "Bukan urusan kakak, udah dibilang jelas-jelas kan dua hari yang lalu?" Raka tersenyum, "Fotografi, ya kan?" tanyanya. "Ya." jawab Rena terpaksa. "Lo kenapa sih, kalo ketemu gue kayanya bawaannya kesel banget gitu?" tanya Raka, ia tersenyum geli. "Kakak itu, suka banget nyampurin urusan saya! Makanya saya nggak suka!" jawab Rena kesal. "Oh gitu ya, boleh liat kamera lo?" "Buat apa?" "Udah sini, mana?" Akhirnya, dengan terpaksa Rena memberikan kamera itu kepada Raka. Dan Raka, menerimanya dengan senang hati dan segera menyalakannya. Cowok itu tanpa basa-basi langsung menarik Rena ke sampingnya, dan mengarahkan kamera ke arah mereka berdua. "Selfie?" tanya Raka, lalu tanpa mau menunggu jawaban Rena cowok itu langsung menekan tombol. Rena terlihat sedang manyun di foto, berbeda dengan Raka yang tersenyum lebar. "Buat apa sih?" tanya Rena. "Itu lho, buat cemburuin pacar gue. Abis gue enek, dia orangnya cemburuan banget. Kalo fotonya jadi, kasih ke gue ya? Makasih." ucap Raka, lalu begitu saja pergi dari hadapannya. "Kakak kelas aneh!" ucap Rena sebal.   *   Adrian masih saja memikirkan perkataan Eli tadi, mengenai kamera milik temannya itu yang katanya sih banyak banget fotonya di sana. Tapi, kalo dipikir-pikir kayanya nggak mungkin. Lagian kan, Adrian nggak kenal dia dan kayaknya dia juga nggak kenal Adrian. "Woy yan! Tumben lo bengong! Cari pacar gih." ucap Arka, ia tersenyum jahil. "s****n lo, gue tau lo lagi jatuh cinta. Tapi tolong, jangan ledekin gue. Gue cuma mau nyari cewek bohai buat jadi pacar gue," kata Adrian. "Selera lo ketinggian, masa ganteng-ganteng jomblo sih. Mendingan gue dong berarti," "Yeh si k*****t!" "Udah lah yan, yang ada aja. Jangan nyari-nyari yang bohai, kalo dapetnya bener, lah kalo dapetnya cabe-cabean gimana?" tanya Ervan. Adrian mulai geram, kedua temannya ini kecuali Gabriel emang suka banget ledekin dia. Kalo Gabriel sih, FLAT! Jadi, kadang-kadang doang ledekin, kalo lagi mood. Tapi, ia selalu mengagumi Gabriel yang selalu detail jika mengamati apa pun. Padahal, Adrian baru saja dekat dengan Ervan dan Gabriel. Tapi rasanya mereka sudah sangat dekat sampai-sampai ketika istirahat pun mereka selalu makan bersama. "Masalahnya, yang ada itu juga nggak ada Van." kata Arka. "Udah deh ya, lagian gue nggak maksa-maksa banget kok cari pacar. Kewajiban gue kan cuma sekolah, terus belajar." "Nah, Adrian bener." sahut Gabriel. "Ah lo berdua mah emang demen banget ngedokem sama buku, ah tapi kayanya gak juga. Orang Adrian cuma minat fisika sama biologi doang." timpal Keenan. "Beda jauh juga lagian, Gabriel lebih pinter dari Adrian! Dan lebih ganteng plus kalem juga!" tambah Ervan, mereka pun tertawa. Adrian memang sering banget jadi bahan bully-an kedua temannya itu, apa lagi Arka. Tapi, ia tahu pasti teman-temannya itu punya alasan khusus. Ya paling, cuma buat bercandaan doang dan nggak ada maksud buat menjelek-jelekkan karena omongan mereka fakta. "Tapi gue dapet kabar dari Eli katanya temen sekelasnya nyimpenin foto gue di kameranya!" ucap Adrian. “Eli tetangga lo yang suka gosip itu?” tanya Ervan, Adrian mengangguk. “Foto apaan? Dia ngefoto lo diem-diem apa gimana?” tanya Arka. "Iya, ya walaupun gue belom liat karena orangnya nggak mau ngaku. Itu lho, yang suka bawa-bawa kamera. Yang orangnya kecil." Jelas Adrian, “Kalau nggak salah dia juga pingsan waktu seleksi eksul basket kemarin.” Tambahnya. "Serius lo?.” tanya Arka. "Ah, gue belom yakin juga sih yang ada di kameranya foto gue. Lagian Eli kan tukang gosip, takutnya dia bohong dan cuma pengen bikin gue kegeeran." kata Adrian. "Namanya Rena kan? Cantik sih, mungil gitu." kata Arka "Ah udah lah, gosip aja. Ntar naksir." kata Adrian, seakan senang ia mempunyai penggemar rahasia dan tidak rela bila teman-temannya membicarakan cewek itu.   *   Rena mendengus kesal karena hasil potretan kameranya hari ini benar-benar buruk, kebanyakan foto yang ia ambil hari ini cenderung tidak jelas dan tidak ada pose candid Adrian yang bagus. Rena segera buru-buru menghapus folder fotonya hari ini, namun mengingat ada foto selfienya dengan Raka ia segera mengurungkan niatnya. Tiba-tiba saja, ia teringat bahwa Raka memintanya untuk mencetak foto itu. "Gue cetak nggak ya?" tanya Rena kepada dirinya sendiri. Tanpa banyak berpikir, Rena langsung mencetak fotonya dengan Raka tadi siang. Ia hanya mencetaknya satu karena tidak mau menyimpan foto tersebut. Hanya Raka yang memerlukannya kan? "Itu siapa lagi? Kok lebih ganteng dari yang kemaren sih?" tanya Kyna, yang tiba-tiba saja ada dibelakang Rena. Rena menghela napasnya, ia malas harus menyahuti Kyna yang selalu saja ingin tahu urusannya sejak dulu. Rena juga sudah mengatakan kepada Mama dan Papa untuk memisahkan kamar mereka, namun entah kenapa ia tidak pernah dituruti keinginannya. Rena merasa jika ia terus menerus satu kamar dengan kembarannya yang menyebalkan itu, ia tidak akan pernah memiliki privasi. Buktinya. Ya saat ini. "Lo nih ya, baru juga beberapa hari lo jadi anak SMA udah pacaran aja. Sama dua orang sekaligus lagi!" ucap Kyna, dan tentu saja itu membuat Rena geram. Siapa sih, yang pacaran? "Emangnya, kalo gue foto-fotoin cowok, terus foto bareng cowok itu tandanya gue pacaran sama dia ya? Na, gue bukan cewek kayak gitu.." ucap Rena sebal. Rena memang belum pernah pacaran sama sekali, tapi bukan berarti dia nggak pernah suka sama cowok. Pernah kok, cuma Rena lebih sering memilih menyukai cowok itu dalam diam. Dari pada berkoar kalo nantinya dia tau kalau cowok itu gak suka? Gimana? Kan malu. "Yang namanya jaman SMA mah, Ren. Bakalan pacaran, gak mungkin nggak pacaran! Itu mah namanya lumutan alias nggak laku!" "Udahlah gausah urusin urusan gue sanaa." "Ye dibilangin malah ngeyel, kalo udah pacaran cerita-cerita ya! Pacaran enak lho, ditraktir terus!" Rena hanya menatap kembarannya itu sinis, lalu memilih untuk mengerjakan pr fisikanya yang lumayan banyak. Terbesit di benaknya sebuah pertanyaan. Pacaran? Emangnya ada yang mau sama gue? Ah bodo lah!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD