Part 02 Siapa Dia???

1035 Words
Kalfi memasuki ruang meeting dengan diikuti oleh Rey dan Maria di belakangnya. Untuk meeting kali ini dengan perusahaan C.A, Kalfi memilih perusahaannya untuk dia jadikan tempat meeting. Bukan tanpa alasan dia memilih di perusahaan. Salah satu alasan yang mendasarinya adalah perusahaan C.A sangat memilih dalam bekerjasama. Saat dia memasuki ruangan meeting, semua sudah hadir. Baik dari perwakilan C.A Corporation dan dari perusahaannya. Seperti biasa, dia selalu menjadi tempat sorot mata untuk memandang. Pandangan yang penuh kekaguman yang terpancar di wajah orang-orang yang megikuti meeting penting antara perusahaannya dan perusahaan C.A. Kalfi duduk di tempat duduk yang sudah disiapkan untuknya. Dia menatap satu-persatu yang mengikuti meeting. “Perwakilan dari C.A Corporation apa sudah datang?” tanya Kalfi pada Rey. “Sepertinya belum, Tuan. Yang ada di ruangan ini karyawan kita semua.” Rey memberikan data-data yang diperlukan Kalfi untuk meeting kali ini. Kalfi tersenyum miring menatap data-data penting tentang perusahaan C.A Corporation. Dengan data-data itu Kalfi akan membuat tunduk perusahaan C.A Corporation. Perusahaan yang terkenal dan tidak bisa ditembus dalam sistem keamanannya. Tiba-tiba terdengar langkah kaki memasuki ruangan  saat pintu terbuka. Seorang wanita yang terlihat berantakan memasuki ruangan meeting dengan diikuti satu orang wanita dan satu orang pria. Semua mata menatap heran karena wanita itu masuk ke ruangan dengan gayanya yang santai dan masa bodoh dengan sekitarnya. “Maaf, kami telat datang. Ada sedikit kendala tadi,” ucap salah satu perwakilan dari perusahaan C.A. Kalfi yang mendengarnya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Tidak masalah. Silahkan duduk,” Kalfi mempersilahkan duduk. Mereka bertiga pun duduk di kursi yang sudah disiapkan. Meeting pun dimulai. Klafi mendengarkan perusahaannya menawarkan produk yang akan mereka ajukan kepada perusahaan C.A.  Kalfi terlihat antusias dengan peluncuran produk itu nantinya. Saat perusahaan C.A disuruh untuk memberikan tanggapan, semua mata tertujuh pada tiga orang tersebut yang masih terlihat diam. Terlebih lagi dengan perempuan yang terlihat berantakan. “Untuk memberikan tanggapan, yntuk kali ini pimpinan perusahaan kami sendiri yang akan mengutarakannya. Nona Celomita Acserelon,” ucap salah satu perwakilan dari C.A Corporation. Semua mata menatap penasan pada dua wanita yang ada di depan mereka. Termasuk Kalfi dan Rey pun juga menunggu siapa yang akan berbicara. Dan ternyata yang berpenampilan berantakan yang berbicara. “Apa keuntungan perusahaanku kalau aku menerima kerjasama ini. Karena aku tidak ingin bekerjasama dengan perusahaan yang tidak menguntungkan untukku. Dan untuk ukuran perusahaanku, perusahaan kalian tidak ada apa-apanya. Aku menolak perusahaan kalian juga aku tidak rugi sama sekali,” ucap Celomita dengan nada dingin dan tatapan muka yang terlihat datar dan tanpa ekspresi. Kalfi yang mendengar perkataan Celomita, dia mengepalkan tangannya menahan geram. Karena baru pertama kali ini perusahaannya terdengar direndahkan oleh perusahaan lain. “Maksud anda apa?” teriak Kalfi dengan marah. Celomita yang mendengar teriakan dari Kalfi, dia tersenyum sinis dan berdiri dari tempat duduknya. “Batalkan kerjasama kita dengan perusahaan ini. Aku sudah tidak tertarik,” ucap Celomita berlalu pergi dari hadapan Kalfi. “Jangan pergi dulu Nona Celomita. Kartu As anda saat ini berada di tangan saya,” ucap Kalfi dengan nada dingin. Celomita berhenti tepat enam langkah dari hadapan Kalfi. Celomita membalikkan badan dan menatap Kalfi dengan tatapan dingin layaknya pandangan seorang pembunuh yang ingin menguliti orang yang ada di depannya. “Wowww... Aku sangat tertarik mendengarnya. Kalau aku boleh tahu, apa kartu As milikku. Barang kali akan aku pertimbangkan kerja sama kita,” ucap Celomita sambil melipat tangannya di depan d**a. Menatap tajam Kalfi yang berdiri di depannya. Kalfi berjalan mendekat ke arah Celomita dan membisikkan kata-kata yang membuat Celomita tersulut akan emosi. “Ternyata pemilik C.A Corporation adalah seorang Gay,” bisik Kalfi tepat di telinga Celomita. Celomita mengepalkan tangannya karena menahan geram dengan laki-laki yang ada di depannya saat ini. Celomita tidak akan membiarkan nama baik papanya tercemar dengan cerita masa lalu sang papa. Dia tidak akan membiarkan siapapun hidup tenang jika berani-berani mengungkit kisah masa lalu papanya yang mantan seorang Gay. Dia sendiri tidak pernah malu mempunyai orang tua seperti papanya. Karena berkat papanya juga dia bisa seperti sekarang ini. Entah benar ataupun tidak, dia juga tidak peduli. Karena buat Celomita, masa lalu seseorang tidak harus diungkit. Karena setiap orang mempunyai cerita sendiri. “Saya benar-benar merasa sangat tersanjung. Karena pemilik perusahaan Arfas bisa mengetahui cerita keluarga saya. Sepertinya anda dulu mempunyai cita-cita sebagai seorang detektif. Tapi, sayangnya tidak kesampaian. Mangkanya anda terlalu kepo dengan hidup saya dan keluarga saya. Anda benar-benar sangat tidak tahu malu Tuan Arsan. Demi sebuah kontrak anda sampai merendahkan harga diri anda,” ucap Celomita dengan sinis. Kalfi yang merasa harga dirinya diinjak-injak dengan wanita yang ada di depannya saat ini, dia langsung menarik wanita tersebut menuju ke ruangannya. Mata yang berubah menjadi merah karena menahan marah. Sifatnya yang awal mulanya tenang langsung berubah menjadi seorang monster yang akan menelan musuhnya hidup-hidup. Celomita mencoba melepaskan tangan Kalfi. Tapi, usahanya sia-sia. “Lepaskan aku, Tuan Arfas. Apa yang anda lakukan ini. Anda seperti pria yang tidak waras lama kelamaan. Kenapa anda sepertinya marah. Padahal aku mengatakan sebuah kenyataan. Bukan cuma omong kosong yang tidak ada buktinya.” Celomita tetap mencoba melepaskan cengkraman Kalfi. Kalfi menarik Celomita masuk kedalam ruangannya. Supaya tidak ada yang mengganggunya, dia langsung mengunci pintu ruangannya. Kalfi melepaskan cengkramannya dan menatap Celomita dengan tajam. Celomita yang mendapat tatapan seperti itu, dia memalingkan mukanya. “Kenapa kau tidak mau menatap wajahku, Nona Celomita? Apa aku terlalu tampan untuk kau tatap,” ucap Kalfi dengan raut muka mengejek. Celomita yang mendengarnya, ingin rasanya dia muntah di wajah Kalfi pada saat itu juga. “Sayang sekali Tuan Arfas. Saya tidak suka pria. Terlebih lagi pria-pria seperti anda ini yang tidak jauh-jauh dengan s**********n dan d**a montok. Terlebih lagi jika bokongnya semok,” ucap Celomita muak. Klafi yang mendengar perkataan Celomita langsung memegang kepalanya yang terasa pusing. Bagaimana mungkin image yang dia bangun selama ini Cuma dibandingkan dengan s**********n, d**a montok dan b****g semok. Benar-benar sangat keterlaluan siapapun yang mendengarnya. “Apakah dipikiranmu aku seperti itu, Nona Celomita?” tanya Kalfi dengan wajah dingin. “Yes...! Malah lebih dari itu mungkin. Saya melihat anda pun rasanya perut saya tiba-tiba terasa mual.” Celomita mendudukkan bokongnya di kursi sofa yang ada di ruangan Kalfi. Dia ingin cepat pergi dari sini dan tidak ada urusan dengan pria yang berdiri di depannya saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD