Menceritakan Kejadian

1001 Words
Semua yang terjadi bukanlah kebetulan melainkan sudah waktunya. ****   Gadis tadi masih mengatur nafasnya, lelah berlari dari kejaran para laki-laki bertubuh besar. Untungnya dia bertemu dengan laki-laki yang membantunya sehingga ia bisa lolos.   "Kita mampir ke supermarket dulu ya. Membeli minum untukmu sepertinya kamu sangat kelelahan," ucap laki-laki itu membelokkan mobilnya ke supermarket.   "Ayo turun, kita beli minum Dan makan dulu untukmu," ucap laki-laki itu. Gadis itu langsung menggeleng keras saat di ajak turun, dia tidak mau turun dan bertemu laki-laki tadi. Wajahnya menyiratkan ketakutan yang mendalam membuat laki-laki itu pun iba melihatnya .   "Yasudah kamu tunggu disini dulu, Saya akan membeli makanan untuk kamu," Laki-laki itu pun turun sendiri untuk membeli beberapa makanan. Sedangkan gadis itu selalu menengok ke jendela memastikan laki-laki tadi tidak berada di sekelilingnya.   Beberapa saat kemudian laki-laki yang tadi pun kembali membawa plastik yang berisi makanan di tangannya. Laki-laki itu kemudian menyodorkan plastik tersebut ke gadis manis itu.   "Nih, kamu makan dulu sudah saya belikan minuman dan roti untuk kamu makan," laki-laki itu mengelus kepala gadis itu lalu menyalakan mobilnya.   "Makasih om," ucapnya lirih tanpa berani menatapnya.   Laki-laki itu tersenyum, "sama-sama. Makanlah yang banyak, tidak perlu takut lagi kau aman disini," ucap laki-laki itu sambil mengemudikan mobilnya. Laki-laki itu tidak menanyakan lebih kepada anak kecil itu, ia membiarkan gadis kecil itu menyantap makanannya. Membawa gadis itu ke rumahnya supaya aman. Setelah itu, ia baru akan menanyakan lebih lanjut dimana orang tua anak itu, kenapa bisa anak sekecil itu lolos dari jangkauan orag tuanya. Teledor sekali mereka!   "Nama om siapa?" tanya gadis itu sambil meminum s**u di tangan kirinya dan roti di tangan kanannya.   "Nama Om Devan," jawab Devan tersenyum ke arah gadis itu.   "Oh."   "Kalau nama kamu siapa?" tanya Devan gantian.   "Danisya."   "Danisya? Nama yang cantik seperti orangnya," puji Devan.   "Makasih." Gadis itu memang cuek jika bersama orang asing, dia masih takut, takut dengan laki-laki asing seperti laki-laki yang mengejarnya tadi. Devan memilih diam membiarkan gadis itu makan. Dia tahu anak itu pasti masih trauma dengan kejadian tadi.   Mobil Devan masuk ke pekarang rumah besar mengklaksokan mobilnya agar ada yang membuka pagar besi yang menjulang tinggi itu. Beberapa saat kemudian gerbang terbuka secara otomatis seperti biasanya. Rumahnya memang terkesan elit, semua di buat otomatis agar tidak menyulitkan para pekerja di rumahnya sehingga para pekerja di rumahnya hanya mengawasi jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.   Mobil sudah terpakir rapi di dalam. Ia menengok ke arah gadis yang berada di sampingnya ini, ternyata gadis itu tertidur pulas, dengan makanan yang berada di tangannya. Devan memutuskan untuk mengangkat gadis itu dan membawanya ke dalam. Sampai di rumah istrinya sudah menunggu di depan pintu, ia terkejut melihat Devan yang menggendong seorang anak kecil. Tapi, Devan memberikan isyarat untuk diam. Setelah itu dia membawa Danisya masuk ke kamar kosong yang tersedia di rumah itu. Istrinya masih setia mengikuti sang suami sampai meletakkan anak itu di kasur.   "Mas itu anak siapa, Mas?!" Tanya istrinya yang bernama Nadine. Devan menutup pintu tersebut agar gadis itu tidak terganggu dengan pembicaraannya.   "Shut!!! Ayo," Devan menggandeng Nadine berjalan menuju kamarnya.   "Kamu bawa anak siapa itu, Mas!" tanya Nadine lagi saat mereka sudah berada di kamar.   "Tenang sayang, dia gadis yang baik. Tadi, aku menemukannya di jalan dia di kejar-kejar oleh penjahat yang berbadan besar, Lalu aku langsung membawanya untuk masuk ke Mobil," jelas laki-laki tersebut sambil melepaskan ikatan dasinya.   "Hah? Lalu dimana orang tuanya?" tanya Nadine bingung.   "Aku belum sempat menanyakannya, gadis itu terlihat sangat ketakutan tadi, makanya aku tidak bertanya lebih selain namanya yaitu Danisya. Selebihnya aku membiarkan gadis itu makan hingga tertidur," jelasnya menceritakan anak tersebut.   "Lalu, dimana orang tuanya? Bagaimana kalau mereka mencarinya dan menuduh Kita penculik," ucap Istrinya gusar. Wanita itu selalu panikan, selalu berfikir sesuatu yang belum tentu terjadi.   "Sayang santai aja, setelah anak itu bangun Kita tanyakan dimana orang tuanya. Sekarang biarkan saja anak itu beristirahat terlebih dahulu," ucap Devan mengelus kepala istrinya sayang.   "Tapi-"   "Lebih baik kamu siapin aku air buat mandi setelah itu Kita makan malam bersama ya," ucap Devan lembut. Istrinya pun mengalah dan menuruti ucapan suaminya. Ia menyediakan air untuk mandi suaminya lalu menyiapkan pakaiannya. Setelah itu dia ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk keluarganya. ***   Mereka malam ini sedang berkumpul untuk makan malam bersama. Anak Devan dan Nadine yang bernama Charlottesville Nicholas bingung melihat gadis kecil yang berada di depannya ini.   "Siapa kamu?" tanya Charlottesville dengan gadis itu.   "Charlotte Kenalkan dia Danisya, dan Danisya ini anak om Charlotte," ucap Devan memperkenalkan mereka berdua.   "Charlotte," laki-laki berusia 8 tahun itu pun menyodorkan tangannya ke Charlotte.   "Lot?" tanya Danisya pelan susah menyebutkan Nana Charlotte.   "Panggil saja aku Nichole," kata Charlotte yang melihat Danisya sulit menyebutkan namanya. Devan dan Nadine tersenyum melihat keduanya yang akur.   "Yasudah Ayo Kita makan dulu," ucap Nadine mengambilkan piring lalu mengisi makanan untuknya. Lalu, Mengambilkan makanan untuk Charlote dan memberikannya. Danisya yang melihat anak tersebut yang bahagia diperlakukan oleh ibunya.   "Danisya mau makan apa sayang?" tanya Nadine kepada Danisya yang masih melamun.   "Danisya?" panggilnya lagi.   "Iya, Ma? Eh. Maaf tante. Aku tidak bermaksud ikut Daniel memanggil, Ma," ucap Danisya merasa bersalah, dia tidak fokus saking seriusnya melihat Daniel memanggil Nadine Mama.   "Tidak apa, Danisya, jika kamu ingin memanggil aku, Mama," ucap Nadine lembut.   "Benarkah?" tanya Danisya dengan Mata berbinar.   "Ya ... Sekarang Danisya mau makan apa?" tanya Nadine lagi.   "Danisya mau makan Udang dan sayur, Ma," ucap Danisya menunjuk ke lauk pauk yang ada di depannya. Saat Nadine Dan Devan sibuk dengan makanannya tanpa sadar seringai licik muncul di bibir gadis itu, Charlotte menyadarinya. Saat kemudian, Danisya menatapnya penuh perhatian Lalu dia mengalihkan pandangannyan ke makanan lagi.   Suara di meja makan itu hanya hening, hanya terdengar dentingan sendok dan piring yang saling beradu. Sampai mereka pun selesai makan. Devan menyuruh Nadine mengantarkan Charlotte ke kamarnya. Setelah itu mereka membahas siapa Danisya ini.   "Sudah diantar ke kamarnya?" tanya Devan keistrinya.   "Sudah, ku juga sudah memberikannya obat tadi sebelum tidur," anak mereka Charlotte masih kecil sudah menderita jantung yang lemah.   "Nichole sakit ya om?" tanya Danisya.   "Iya sayang, Nichole tidak boleh kelelahan jadi dia harus selalu istirahat yang cukup," ucap Devan dan Danisya pun menggangguk.   "Sekarang Danisya cerita kenapa orang-orang tadi bisa kejar Danisya," kata Devan. Nadine duduk di samping suaminya dengan Danisya yang berada di depan mereka. Kemudian gadis itu menceritakan kenapa bisa ia dikejar oleh laki-laki tadi.   "Jadi...." *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD