Game 7

2040 Words
“Jangan sungkan-sungkan untuk bertanya kepada orang-orang yang ada di guild ini. Aku yakin, kalau mereka akan menyambutmu dengan sangat ramah. Hanya menunggu dirimu untuk membuka dirimu saja, aku yakin mereka akan paham dengan dirimu yang sebenarnya.” Ucap Vira kepada Fanzy tentang bagaimana caranya dia harus bersikap diantara orang-orang ini. Namun, rasa gugup benar-benar tak bisa disembunyikan oleh Fanzy saat ini. Tetap saja, meskipun bagaimanapun cara dia menyembunyikannya, dia tetap tak bisa menyembunyikan bagaimana jati dirinya yang sesungguhnya. Tentang seorang anak baru yang masih tak memiliki pengalaman untuk bertemu dengan orang-orang yang banyak di sana. Vira pun akhirnya membuka pintu dari rumah tersebut, memperlihatkan sesuatu kalau mereka seperti berada di dalam sebuah bar sekarang. Sebuah bar dimana mereka semua saling berkumpul untuk melakukan hal-hal bersama dengan berdiskusi dan juga sibuk-sibuk sendiri dengan masing-masing. Dan saat Vira datang bersama dengan Fanzy membuka pintu tersebut, tatapan tajam langsung muncul ke arahnya. Sebuah tatapan yang menyatakan kalau mungkin, seseorang yang akan mengobrak-abrik sekaligus mengacak-acak jalannya tim akan datang di hadapan mereka saat ini. Fanzy saja tidak berani mengucapkan kata-kata selamat datang kepada timnya sendiri sekarang ini. “Halo semuanya, selamat datang. Aku sedang bersama Fanzy sekarang, sosok yang akan menjadi pemain terakhir dari permainan sekaligus skuad terakhir dari game kita. Ini juga berarti menandakan kalau kita akan memulai permainan yang sesungguhnya. Tidakkah kalian senang atas itu semua?” Sambut Vira dengan penuh canda tawa kegirangan, namun reaksinya tidak sama seperti yang dia bayangkan. Mereka semua diam, hanya menatap ke arah Fanzy dengan tatapan yang sinis penuh dengan kebencian. Padahal Fanzy belum melakukan apa-apa sekarang, tapi kenapa dia bisa merasakan hawa membunuh yang sangat tajam masuk menusuk ke dalam dadanya saat ini? “Jadi, apakah ini anak baru yang baru saja kau jemput Vir?” ucap salah seseorang yang duduk di tengah-tengah ruangan menunduk dengan mukanya yang tertutup oleh tudung. Dia nampak misterius membuat Fanzy merasa menjadi sedikit gentar. Tudung jaketnya yang menutup kepalanya benar-benar membuatnya terasa seperti seorang lelaki yang terlahir dari bayangan untuk menangkap bayangan yang lainnya di dalam ruangan yang super besar ini. Hanya saja tak tahu kapan bayangan itu akan datang untuk mencabik-cabik tubuhnya menjadi beberapa keping bagian yang utuh. “Kalau dilihat dari penampilannya sih, dia terlihat seperti pemain yang lemah. Apa kau yakin tidak salah orang?” tanyanya kembali. Kata-katanya yang sangat menyebalkan Bagi Fanzy dan cukup membuatnya tersinggung. Karena untuk urusan penampilan, Fanzy sangat sensitif terhadap anggapan orang kepadanya Dia mencoba memeriksa badannya. Baunya tidak tercium pekat. Hanya saja Dia memakai sebuah kaos biasa dengan sarung tangan bau peking. Yah sebenarnya anggapan orang itu tidak sepenuhnya salah, tapi Dia merasa kalau itu adalah tindakan yang tidak etis saat berkomentar buruk kepada seseorang ketika baru pertama kali bertemu. Bukankah seperti itu? Lagipula, dia tidak jatuh ke dalam dunia game ini dengan kondisi yang seperti itu. Dia jatuh dengan kondisi yang jauh lebih buruk daripada itu semua. Apakah dia diberi opsi untuk memilih bagaimana cara untuk memakai pakaian bagus nan trendi untuk dia gunakan nantinya? Tidak bukan? Fanzy masih tak habis pikir dengan orang ini sekarang. “Hentikan ucapanmu Bozzi! Dia juga sama-sama player asal Indonesia seperti kita. Dia juga bisa melihat UI di matanya, benarkan Fan?” mendengar wanita cantik seperti Vira memanggil nama di dalam game memang terasa canggung dan menjemukkan, Namun bagaimana lagi. Zox mengatakan kalau semuanya hanya boleh mengenal satu sama lain menggunakan nama di dalam game mereka. Tanpa Fanzy ketahui apa alasannya. Jika saja dia bisa memilih nama in-game ku lagi, mungkin dia akan memilih sesuatu yang lebih keren. Seperti Canonhead, BiggieBulls, atau mungkin Knifer. Ah tidak... semua nama-nama itu sama noraknya seperti Fanzy Fanzy mengangguk-ngangguk, menunjukkan HUDnya seperti yang Vira ajarkan padanya sebelumnya. Aku masih tak percaya dan merasa sangat lemah saat melihat statistik kemampuanku. “Lihat, Dia bisa melakukannya juga, sama seperti kita!” Vira menggeser-geser HUD ku. Sampai menemukan sebuah kolom berisi biodata. Beberapa jam berada di dunia virtual ini, Fanzy baru sadar kalau ada kolom seperti itu. Fanzy pun tidak pernah menulis apapun di sana jika memang itu adalah biodata. Banyak sekali informasi yang terdapat di sana. Seperti tanggal lahir, golongan darah, novel favorit, sampai kehidupan masa kecilnya. Fanzy tidak tahu bagaimana mungkin semua informasi ini dapat mereka dapatkan. Fanzy merasa keamanan dan juga kehidupan privasinya seakan-akan dilanggar dengan semua sistem yang mengikat ini. Namun Vira sepertinya tidak berusaha mengorek-ngorek informasi Fanzy lebih dalam. Karena dia menghargai apa yang menjadi milik Fanzy. Bahkan ia mencoba memalingkan mukanya saat ada tulisan-tulisan yang sangat panjang. Fanzy menghargai sikap Vira itu. Hingga akhirnya Vira memperbesar salah satu kolom berisi Nationality atau kebangsaannya kepada orang tadi, “Lihat. Ini adalah bukti kalau dia adalah salah satu bagian dari kita. Sebaiknya kau meminta maaf kepadanya Bozzi!” Kata “Indonesia” terpampang dengan sangat jelas terbingkai neon biru di sana. Beserta dengan bendera merah putih yang berkibar. Para pengembang Game ini memang sangat niat dalam membangunnya. Karena biasanya para Developer tidak akan membuatkan bendera kepada negara-negara asia seperti Indonesia ini. “Apakah kau memang perlu permintaan maaf dariku?” ucapnya sambil mencoba berdiri. Dia membuka tudungnya memperlihatkan seorang pria dengan rambut putih lurus dan juga sebuah bekas luka tepat di bawah wajahnya. Aku yakin bekas luka itu hanyalah akesoris seperti yang juga dilakukan banyak orang saat membuat karakter mereka. Tapi tidak... jika dia mampu membuat karakternya sendiri, mengapa karakterku di sini tetap sama seperti diriku di dunia nyata? “Ehhmmm... aku rasa tidak perlu. Memang wajar bagimu untuk menganggapku dekil seperti tadi. Aku juga menyadarinya” jawabku dengan sungkan. Sebagai orang baru, aku tidak seharusnya bersikap angkuh kepada yang lain. aku juga merasa perlu menjalani banyak pengetahuan dari mereka semua. “Dekil, Apa seseorang tadi mengatakan Dekil?” ucap seseorang dengan sangat lantang dari balik pintu yang ia buka dengan kakinya. Pria itu bertubuh sangat kekar dengan otot-otot di lengannya yang memancing perhatian. Namun hal yang paling menjadi sorotan utamaku adalah bahu bagian atasnya yang berkilau bak sebuah besi dan juga permata yang disambungkan. Namun aku lama-lama sadar, kalau dia adalah manusia Cyborg “Recks. Sepertinya kau harus mengajari adikmu itu sopan santun. Dia sedang tidak bersikap ramah sama sekali hari ini!” Lapor Vira kepada Pria itu. Aku benar-benar tidak mengira kalau mereka berdua adalah kakak beradik. Tampang fisik mereka benar-benar jauh berbeda. Aku semakin iri dengan mereka. Jika saja aku bisa mengubah penampilanku, mungkin aku akan menjadi manusia setengah kadal yang bergerak dengan sangat lincah saat berada di rawa-rawa. “Bozzi, walaupun kau memiliki nama itu tapi bukan berarti kau adalah pemimpin di sini. Kau harus mengikuti semua aturan yang sudah berjalan dan berusaha tidak melanggarnya. Apakah kata-kata peraturan sangat sulit kau pahami sampai-sampai kau harus melanggar semua aturan itu” Ucap Recks kepada Bozzi sambil mengangkat pedangnya untuk ia taruh ke meja. Walaupun pedang itu sangatlah besar, namun dia sama sekali tidak terlihat kelelahan saat mengangkatnya. Walaupun belum melihat statusnya secara langsung, Fanzy bisa melihat kalau Strength nya berada di tingkat paling maksimum. Jika dia mengangkatnya, mungkin dia akan langsung terkapar lemas tak berdaya. “Apa kau percaya dengan ucapan wanita ini? Aku tidak melanggar aturan apa pun. Aku hanya berkata kalau penampilannya terlihat sangat buruk. Apakah kata-kata seperti itu masih bisa kau katakan sebagai pelanggaran peraturan? Aku sudah tidak habis pikir lagi denganmu Recks!” “Vira tidak mungkin lapor padaku jika kau tidak melakukan sesuatu yang tidak pantas kepadanya. Kau sebaiknya memperbaiki kelakuanmu itu kepadaku. Bagaimana kita bisa menang turnamen nanti jika kau saja masih belum bisa memperbaiki kelakuanmu?!” balas Recks dengan amarah yang meledak-ledak. Mereka saling bertatap-tatapan dengan serius sampai-sampai Fanzy tidak berani mengganggu mereka. Recks memegang sebuah pisau di pinggang kanannya sementara Bozzi memegang sebuah piring bekas ia makan. Fanzy merasa jika mereka tidak segera dihentikan, maka kelompok ini akan menjadi masalah. Namun Fanzy menengok ke arah Vira. Biasanya saat seseorang melihat sebuah pertikaian, mereka akan bergidik cemas ataupun ketakutan, tapi tidak dengan Vira, dia benar-benar bertindak biasa saja saat ini. “Sudah, tak usah khawatir. Keseharian mereka berdua memang begini. Bahkan jika satu hari tak ada konflik seperti ini, maka markas ini akan terasa sepi” Sahut Vira kepadaku. Meskipun begitu, tetap saja aku merasa tidak enak dengan Bozzi maupun Recks “Ehhhmm... kawan-kawan. Bukan bermaksud untuk mengganggu kalian. Tapi bukankah lebih baik jika kalian tenang dulu? Karena sungguh. Aku benar-benar tidak tersinggung dengan ucapan Bozzi saat aku pertama kali datang kesini. Aku anggap itu hanya sebuah kewajaran. Jadi lebih baik, bolehkan aku bertanya di mana kamar mandi terdekat?” tanyanya mencoba mencairkan suasana. Namun Bozzi dan Recks masih saling berhadapan muka. Hingga akhirnya mereka sama-sama menunjuk ke sebuah ruangan bagian selatan “ITU DISANA, LEBIH BAIK KAU CEPAT MANDI DAN BERGANTI BAJU KARENA BAUMU SUDAH TIDAK ENAK” ucap mereka berbarengan dan sangat kompak. Aku pun langsung berjalan memindik-mindik mencoba menghindari mereka dan pergi ke ruangan itu. Sementara Vira menutup mulutnya dengan tangan mencoba untuk menahan tawa atas perbuatan dua saudara itu. Jika memang kejadian seperti ini akan sangat sering terjadi. Fanzy tidak tahu apa bisa nyaman tinggal di sini atau tidak. Tidak ada penanda di pintu itu. Namun bau busuk sudah bisa tercium menyengat di sana. Fanzy tidak tahu dari mana asal dari bau ini. Apa mungkin tubuhnya sudah sangat bau sampai-sampai dia tidak tahan menciumnya lagi atau mungkin juga kamar ini membunuh indra penciumannya perlahan-lahan. Fanzy sudah tidak tahan lagi, dia harus masuk ke dalam kamar ini dan memeriksanya sendiri. “Siapa yang menyuruhmu untuk masuk kemari?” nada seorang wanita dengan lirih bergerak ke kuping kanan Fanzy dengan pelan. Dia tidak tahu kenapa badannya merinding hanya dengan mendengar suaranya, semua bulu kuduk miliknya berdiri tak karuan. Hampir seperti melihat hantu di tengah-tengah kuburan. Fanzy pun berusaha menengok, pelan-pelan, karena dia tidak siap dengan apa yang akan dia saksikan sehabis ini “OH TIDAK JANGAN. AKU ANAK BARU DISINI!” teriakku dengan sangat histeris. Saat Fanzy menengok ke kanan, dia melihat sebuah kapak yang sangat besar mengarah tepat di atas kepalanya. Dia bisa saja mengayunkan kapak itu dan membelah lehernya dengan sangat cepat. Kapak itu juga terlihat sangat tajam dan berat. Tak hanya itu saja, wajahnya yang pucat dengan rambut menutupi sebagian muka membuat Fanzy benar-benar merasa kalau dia adalah seorang hantu. Fanzy merasa kalau nyawanya bisa dicabut kapan saja saat itu. “Oh maaf. Namaku adalah Naver, pro player pemain game MOBA, setidaknya itulah yang masih aku ingat. Senang berkenalan denganmu anak baru.” Dengan seketika mukanya berubah dengan ceria, walaupun masih terlihat menakutkan. Fanzy merasa raut memasang muka menyerahkan lebih cocok baginya bila mati saat itu juga dan berakhir ikhlas untuk melakukan apa yang wanita itu mau. Lagipula Fanzy juga berpikir dengan keras, siapa juga yang berak di dalam kamar mandi tanpa menutupnya dengan rapat-rapat tanpa takut untuk seseorang datang tanpa izin ke dalam kamarnya? Apa memang, wanita yang sedang dia temui sekarang itu adalah wanita yang benar-benar waras? Atau apakah memang mungkin tidak ada sesuatu yang waras di dalam guild ini? “Maaf, jika aku mengganggu kenyamananmu saat buang air besar. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk melakukannya. Aku saja masuk kemari hanya untuk mandi dan membersihkan badanku. Tak kurang dan tak lebih. Jadi, kumohon sekali lagi untuk maafkan aku sebesar-besarnya!” Fanzy bertekuk lutut kepada Naver, meminta permohonan maaf kepadanya dengan sangat bersungguh-sungguh saat itu. Tapi tiba-tiba, seseorang datang membuka pintu kamar mandi sekarang. Dengan posisi melihat Fanzy berada di hadapan Naver yang tengah bertekuk lutut. Secara sekilas, pemandangan itu akan membuat seseorang menjadi salah paham dengan apa yang terjadi di situasi itu sekarang. “Maaf, jika aku mengganggu kalian. Sepertinya, aku telah salah masuk kamar sekarang ini.” Sosok yang membuka pintu itu adalah sosok yang menggunakan jaket khas pemotor untuk menggunakan sepedanya. Dia benar-benar terlihat seperti sangat syok melihat pemandangan tadi. Naver yang melihatnya, dengan refleks berlari dan juga mencoba untuk menjelaskan tentang sesuatu yang terjadi kepada dirinya dan juga Fanzy kepada orang-orang itu agar tidak terjadi kesalah pahaman. “Sion! Tidak! Maafkan aku! Aku merasa kalau kau salah paham akan sesuatu!” Saat Naver berteriak dan berlari, dia tak sadar. Kalau semua orang telah berkumpul di ruang tamu bar itu sekarang. Mereka mungkin akan melakukan sebuah pertemuan, dilihat dari jumlah anggota yang sudah lengkap sekarang. Dan Naver, mungkin telah mempermalukan dirinya sendiri saat ini juga. “Oh tidak, aku benar-benar orang yang sangat bodoh”.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD