Dilelang

1094 Words
Kedua mata Leon membulat karena bukit kembar milik Alicia ini terlihat sangat menggairahkan hingga rasa-rasanya Leon ingin langsung memegang dua benda kenyal yang sangat menarik itu. Tapi kemudian, waktu Leon teringat akan apa yang diincar oleh Alicia, maka Leon segera memalingkan wajahnya. Karena Leon tidak bisa memberi apa yang diinginkan Alicia. Leon tidak ingin menduakan Saras, wanita yang sangat dia cintai itu. Karena sebelum menikah dengan Saras, Leon sudah berjanji dalam hatinya untuk tidak pernah menduakan Saras untuk wanita manapun. Walaupun saat ini Leon harus menempuh jalan menjadi penjaja cinta, tapi tidak ada emosi yang terlibat di sana, tidak ada perasaan yang terlibat di sana karena semua itu hanyalah pekerjaan nothing personal. Beda kalau Leon harus menerima Alicia sebagai istri kedua, maka mau tidak mau Leon harus melibatkan emosi, melibatkan perasaan di sana. Karena pertemuan-pertemuan yang sering ditambah dengan status suami istri yang melekat, bisa saja membuat Leon mulai mengalihkan perasaan cintanya kepada Alicia dan hal ini ditentang oleh Leon. Sejak lama Leon cuma ingin menjadikan Saras sebagai istri satu-satunya, pendamping hidup satu-satunya dalam hidupnya jadi dia tidak akan bisa menerima orang lain selain Saras. Apalagi kalau Alicia memberikan apa yang selama bertahun-tahun ini tidak mampu diberikan oleh Saras yaitu, anak. Bisa saja perasaan Leon akan terpindah kepada Alicia, kalau Alicia bisa memberi Leon anak dan bisa saja Leon pada akhirnya disuruh untuk meninggalkan Saras, sesuatu yang tidak bisa diterima oleh Leon. "Kenapa? Apakah ini tidak menarik?' tanya Alicia. Alicia memang sengaja membuka bajunya untuk memperlihatkan sesuatu di dalamnya untuk menarik hati Leon yang menolaknya. Mobil pribadinya Alicia ini memiliki kaca film yang sangat tebal sehingga walaupun saat ini dalam keadaan masih agak terang, tetapi dia yakin tidak ada satu orang pun di luar yang akan melihat apa yang sedang dia lakukan di dalam mobilnya ini kepada Leon. "Sangat menarik tapi aku tidak bisa menerimamu," tandas Leon. "Tapi mengapa?" "Karena Saras adalah satu-satunya wanita dalam hidupku. Sejak lama aku sudah berjanji padanya, pada semua orang dan juga pada hatiku, kalau aku tidak akan pernah menduakan dia. Jadi, sesulit apapun kehidupanku, aku tidak bisa menjadikan kamu sebagai istri keduaku." "Tapi Saras sudah menyetujui ini, Leon. Itu berarti dia bisa menerimanya. Iya kan?" "Mungkin dia bisa menerimanya tapi dia menerimanya dalam keterpaksaan karena tidak ada satupun wanita yang rela membagi suaminya. Iya kan? Dan aku memilih untuk tidak membagi diriku kepada siapapun." "Tapi ..." Leon tidak peduli lagi. Dia langsung keluar dari mobil ini dan segera berjalan untuk menuju ke arah rumah kos-nya. Untung saja walaupun sudah agak terlewat, tetapi rumah kosnya masih belum terlalu jauh dari posisi mobilnya Alicia. Setelah kepergian Leon, Alicia memukul-mukul dashboard mobilnya. Dia merasa kecewa karena ditolak oleh Leon. Dia pikir dia akan diterima karena itu dia memperlihatkan properti miliknya pada Leon. Sayangnya, dia tetap ditolak." Tapi sekalipun Alicia sakit hati, tapi rasa kagumnya kepada Leon semakin bertambah. Sejak awal dia sudah kagum melihat ketelatenan Leon kepada istrinya dan terutama melihat ketampanan dan atletisnya serta sejuta pesona yang dimiliki Leon. Kini, saat Leon menolaknya, Alicia semakin menjadi-jadi rasa kagumnya kepada Leon. Hanya saja, dia perlu mencari cara lain untuk bisa menikmati Leon, pria paling mempesona sepanjang hidupnya itu. ** Malam ini Leon sudah kembali berada di klub malam milik Tante Lisa. Walau bagaimanapun, buah d**a dari Alicia yang sempat diperlihatkan Alicia itu yang sangat kenyal dan sekal, membuat pemandangan itu masih terbayang-bayang di dalam ingatan Leon. Tapi karena Leon tidak bisa memberikan apa yang diinginkan oleh Alicia, maka Leon menolak. Kini, Leon berencana untuk mengalihkan hasratnya yang sudah menggebu-gebu itu, kepada pelanggan pertamanya pada malam ini. Saat ini Leon sedang menunggu di sebuah ruangan khusus bersama sekitar 15 orang lelaki yang berbadan mirip dengan Leon. Semuanya bertubuh atletis, berwajah tampan tapi tentu saja wajah dan tubuh mereka semua kalah mempesona dari Leon. Seorang pria bernama Heri menegur Leon dan mulai menyapa Leon serta mulai membanggakan dirinya sebagai salah satu andalan di klub malam ini. "Kalau kamu ingin seperti aku, kamu harus banyak belajar," kata Heri dengan sombongnya. "Iya, kak. Aku harus banyak belajar darimu, kak." Dada Heri membusung karena kebanggaannya. Dia selalu merasa yang lain lebih kurang dari padanya apalagi seorang baru seperti Leon. Beberapa saat kemudian, seorang wanita berumur tiga puluh tahunan yang bernama Tuti, yang merupakan salah satu asistennya Lisa, memanggil-manggil nama Leon. Leon segera berdiri dan mengangkat tangannya. "Aku yang namanya Leon, kak." Tuti mendatangi Leon dan menatap Leon dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Pantesan pantesan." Itulah kata-kata dari Tuti. Melihat kedatangannya dan mendengar kata-katanya, Leon langsung berkata, "kenapa aku dipanggil, kak? Apa sudah ada yang memesanku? Karena sudah setengah jam aku menunggu tapi tidak ada kejelasan, apakah tidak ada yang memesanku?" Mendengar itu Tuti tertawa terbahak-bahak. "Kamu itu, gak kayak yang lain yang belum ada pelanggan. Tahu? Kamu itu harus menunggu bukan karena tidak ada pelanggan. Tau nggak?" Kata-kata Tuti ini menarik perhatian pria-pria yang lain. "Lalu kenapa? Aku jadi bingung." "Kamu itu harus menunggu karena terlalu banyak pelanggan yang berusaha memesan kamu. Sehingga Tante Lisa terpaksa harus mengadakan lelang untuk menentukan siapa yang mendapatkan kesempatan tidur denganmu." "Lelang?" "Iya, lelang. Hal seperti ini terjadi hanya dalam waktu-waktu khusus hanya untuk orang-orang khusus hal yang seperti ini tidak selalu terjadi tetapi ada kehebohan di grup WA Tante Nepsong yang membuat kamu dicari-cari oleh para tante berduit." "Benarkah?" "Itulah yang terjadi. Kamu tahu, di dalam ruangan ini tidak ada yang pernah dilelang tapi kamu baru satu malam di tempat ini, sudah langsung membuat heboh grup Tante Nepsong. Karena kamu segera menjadi primadona bagi mereka." Heri yang mendengar kata-kata Tuti itu menjadi sangat geram. Dia menatap Leon tidak puas. "Apa sih yang dimiliki pria itu?" Kegeraman Heri tidak berlangsung lama karena Leon sudah ditarik oleh Tuti untuk meninggalkan ruangan tunggu ini. Beberapa saat kemudian, Tuti membawa Leon di depan sebuah pintu kamar. "Tante Louis sudah menunggu di dalam. Dia termasuk salah satu pelanggan kelas kakap di klub malam ini. Jadi, kamu jangan mengecewakannya. Dia sudah membelimu mahal-mahal. Mengerti?" Leon mengangguk. Kemudian Tuti segera membuka pintu kamar yang bercahaya remang-remang. Ada seorang wanita yang wajahnya tidak terlihat jelas dari pintu. Tuti berkata, "ini orangnya, Tante Louis. Silakan dimakan." "Oke." Terdengar suara merdu dari wanita yang sedang duduk itu. "Ambil tip-mu di meja itu." Tuti bergegas mengambil 3 lembar uang merah di meja samping pintu kamar. Setelah itu, dia langsung menutup pintu kamar dari luar. Untuk sejenak, kamar ini menjadi hening. "Kunci pintunya dan nyalakan lampu." Mendengar perintah itu, Leon segera membalikkan tubuhnya, mengunci pintu kamar, menyalakan lampu kemudian membalikkan tubuhnya. Saat ini, Leon sangat kaget saat bisa melihat wanita itu dengan jelas di bawah cahaya lampu yang lebih terang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD