2

1584 Words
Kini infus Adara sudah habis, infus yang ada ditangannya sedang dilepas oleh Abraham. Abraham memang sudah kembali lagi setelah tadi ia selesai mengemasi baju. Kini mereka semua menuju ke Bandara untuk terbang langsung ke Bandung. Adara masih sangat lemas, ia pun dituntun oleh Abraham. Alisa dan Alex juga masih terlihat sangat kacau pada saat ini. Sementara Saga sekarang sudah ada di rumah Adara, ia membersamai anaknya yang sudah tak bernyawa. Rasanya sakit sekali kehilangan Arga. Ia bertanya-tanya kenapa pada Tuhan. Kenapa harus Arga yang Tuhan ambil? Kenapa tidak orang lain saja, ia masih belum ada kenangan banyak bersama Arga. Kenapa Arga harus sudah diambil oleh Tuhan untuk disisi Tuhan? "Saga, astaga Arga, cucu Oma." ujar Mama Saga yang datang dan ia melihat Arga yang sudah tidak bernyawa itu. Ia menangis karena bahkan ia sama sekali belum pernah bermain dengan cucunya yang satu itu. "Saga, kamu yang kuat ya Nak. Tuhan lebih sayang sama Arga makanya Tuhan minta Arga buat pergi dulu." ujar Papanya kepada Saga, membuatkan. "Pah, Arga sama Saga belum lama ketemu. Kenapa harus Arga Pah. Saga sayang banget sama Arga. Saga memang ga ada gunanya jadi Papa Arga. Bahkan gara-gara Saga, Arga meninggal Pah." tangis Saga yang membuat siapa saja akan ikut menangis karena tangisan Saga tersebut. "Saga kamu harus sabar dan kuat ya." ujar Papanya tersebut saat ini. Sementara itu Anya juga datang bersama dengan Alga. Alga memang sudah bangun dari komanya beberapa hari yang lalu. Anya tak pernah menyangka bahwa Arga akan meninggal. Ia menjadi merasa bersalah karena dengan tidak sengaja dirinya merupakan pembunuh dari Arga. Ia yang selama ini menyembunyikan handphone Saga dan jadi tidak bisa dihubungi Adara. Ga, ga papa Anya. Ini cuman kebetulan aja, Lo ga salah. Ini udah takdir dari Tuhan. Lagi pula kemarin itu cuman kebetulan aja gua nyembunyiin handphone Saga. Lagi pula juga gua ngelakuin itu supaya Bian cepat sembuh. Gua cuman mau egois sekali itu aja. Batin Anya kepada dirinya sendiri. "Aku ga nyangka ternyata Arga pergi sangat cepat. Saga pasti sangat terpukul sekali karena kehilangan Arga." ujar Alga kepada Anya tersebut. Mereka berdua sudah ada di rumah Adara. Anya pun hanya mengangguk. Alga kini masuk ke dalam, sementara Anya belum siap untuk masuk ke dalam. Faktanya ia masih merasa bersalah karena kepergian dari Arga itu. Saat ini ia sudah akan masuk ke dalam, tapi ia di cegah oleh Sultan dan Zean. Sultan dan Zean menarik Anya pergi dari sana menuju ke taman belakang. "Duh kalian berdua ngapain sih? Kalian ga liat kita semua lagi berduka jadi kalian jangan cari-cari masalah deh." ujar Anya kepada mereka berdua. "Anya, tanpa kita nyari-nyari pun masalahnya itu udah keliatan sendiri. Masalanya ada di Lo. Mana handphone Saga? Gua tau Lo yang nyembunyiin handphone Saga sampai sekarang. Lo ga punya hati ya Nya!" ujar Sultan. "Lo tadi bilang apa? Kita semua disini lagi berduka? Ya! Kita semua lagi berduka dan duka kita itu Lo penyebabnya. Lo yang bunuh Arga. Lo yang udah bunuh Arga Anya. Kenapa sih Lo harus ngelakuin ini semua? Kenapa Lo ga biarin aja Saga bahagia sama Adara dan Arga?" tanya Zean pada Anya. Anya saat ini diam tak berkutik. Ia bingung bagaimana bisa dua orang ini tahu jika yang menyembunyikan handphone dari Saga selama ini adalah Anya. Anya sekarang bingung harus bagaimana, omongan mereka benar semua. Ia rasanya ingin memaki dirinya sendiri karena sudah bertindak bodoh kemarin. "Gua emang yang nyembunyiin handphone dari Saga, tapi gua ga bermaksud buat membunuh Arga. Sama sekali ga ada niatan gua buat bunuh Arga. Ini kebetulan aja. Gua ga salah, karena ini udah takdir dari Tuhan. Memang umur Arga cuman segitu." ujar Anya masih mengelak saja. "Wah pshyco ini orang. Ga nyangka ya gua Nya, Lo tuh jahat tapi ternyata Lo seribu kali lipat lebih jahat. Gua mau Lo bilang ke Kak Alga tentang ini. Selain ke Kak Alga Lo juga harus bilang dan minta maaf ke Adara dan Saga. Semua ini Lo penyebab utamanya." ujar Sultan yang diangguki oleh Zean. "Ngapain gua harus ngomong sama mereka? Gua ga salah." ujar Anya. "Okay kalo Lo ga ngomong sendiri biar rekaman ini yang berbicara. Lo pasti tahu kan baik Kak Alga mau pun Saga paling ga suka kalo denger sesuatu dari orang lain? Mereka bakalan lebih benci lo kalo denger ini bukan dari lo. Sekarang Lo tinggal pilih." ujar Sultan sembari memperlihatkan handphonenya yang sedari tadi memang sedang merekam pembicaraan antara mereka bertiga. Anya tidak menyangka bahwa selama pembicaraan tadi itu direkam oleh mereka berdua. Ia pun tak punya pilihan lain, ia harus mengatakan ini sendiri kepada Alga dan Saga. Karena akan lebih menakutkan jika mereka mengetahui dari orang lain atau rekaman itulah. "Okay, gua bakalan ngomong tapi gua butuh waktu." ujar Anya itu. "Kita kasih waktu sampai besok setelah pemakaman dari Arga. Kalo melebihi itu Lo bakalan tahu akibatnya." ujar Zean yang langsung pergi dari sana bersama Sultan. Mereka berdua kini meninggalkan Anya sendiri. Mereka meninggalkan Anya uang kini sangat ketakutan dan merasa bersalah. Adara, Abraham, Alisa dan Alex sudah sampai di Bandung. Mereka dijemput oleh Leo. Kini mereka menuju ke rumah Adara. Sampai saat ini Adara masih saja menangis. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Arga telah tiada. Rasanya baru kemarin ia menimang-nimang Arga sebagai bayi kecil tapi kenapa hari ini Tuhan sudah mengambil Arga dari dirinya? Kenapa Tuhan begitu tega kepada dirinya? Dirinya selama ini membesarkan Arga tanpa figur Saga yang seharusnya menjadi figur seorang ayah. Ia sudah berusaha sebanyak ini tapi kenapa Tuhan mengambil Arga dengan begitu cepat? Mobil Adara sudah sampai di rumahnya, kini dirinya masuk dan saat ia melihat ada Saga disana ia langsung menarik Saga untuk pergi dari sana. "Minggir kamu pembunuh, jangan dekat-dekat sama Arga." teriak Adara. Saga semakin hancur sekarang, ia melihat Adara sembari menangis. Ia memohon kepada Adara untuk memaafkan dirinya. Namun ini akan sulit. "Adara kamu tenang, Arga ga akan suka kalo Mamanya kayak gini." ujar Abraham memegang tangan Adara sembari membisikkan kata-kata tadi. "Kenapa harus Arga, kenapa harus Arga yang pergi. Kenapa ga kamu aja Saga. Kenapa ga kamu yang gantiin Arga buat pergi." ujar Adara yang saat ini ia menangis dengan keras. Semua orang paham rasa sakit yang dialami oleh Adara. Rasa sakit yang dimulai sudah sejak delapan tahun yang lalu. Bukan waktu yang sebentar dan tidak bisa dilupakan dalam sekejap karena bahkan sekarang rasa sakit itu kian bertambah. Seperti ada pupuk dalam rasa sakit. Malam itu Adara tidur di dekat jenazah Arga. Disana juga ada Saga juga. Abraham kini belum tidur dan ia menyelimuti Adara agar tidak kedinginan. "Kamu bisa tidur Abraham, kamu bilang sama Bibi aja nanti kamu akan diberikan kamar." ujar Alex kepada Abraham tersebut. Namun Abraham tidak mau, ia tetap akan disana. Ia benar-benar tak menyangka bahwa keluarga ini sangat rumit. Entah yang pasti ini rumit meskipun Abraham belum tahu juga. "Kalo kamu capek bisa keatas aja ya Abraham." ujar Alex tersebut. "Alex, saya boleh bertanya?" tanya Abraham kepada Alex saat mereka duduk di luar. Abraham tau bahwa Alex tidak bisa tidur pada malam ini. Alex kini mengangguk menunggu pertanyaan yang akan di tanyakan Abraham. "Sebenarnya ada apa antara Adara dan Saga?" tanya Abraham tersebut. "Sebelumnya maaf sudah lancang bertanya, tapi saya hanya ingin tahu. Mungkin nanti akan bermanfaat untuk penyembuhan Adara." ujar Abraham. "Baik, saya akan bercerita. Adara dan Alex itu dulu terjebak dalam suatu hal yang tidak diinginkan dan akhirnya menghasilkan Arga. Akan tetapi selama enam atau tujuh tahun lamanya Arga tidak tahu bahwa ia sudah punya anak karena teman-temannya menyembunyikan hal itu. Kebetulan Kakak dari Saga yang bernama Alga, koma dan dia memiliki anak bernama Bian dari pacarnya yang bernama Anya." ujar Alex berhenti bercerita sebentar dia. "Karena Alga koma akhirnya Saga yang jadi Papa dari Bian, tapi tidak ada pernikahan antara mereka. Nah setahun yang lalu Arga tahu bahwa dia memiliki anak yaitu Arga. Adara membawa pergi Arga ke Bali agar tidak ditemukan oleh Saga. Tapi Saga menemukannya dan selama setahun ia bermain dengan Arga tanpa sepengetahuan Adara hingga akhirnya mereka ketahuan." tambah Alex yang kini sudah berkaca-kaca matanya tersebut. "Maaf Alex, jika ingin berhenti tidak apa-apa. Saya mengerti." ujar Abra. "Tidak apa, akan saya lanjutkan. Akhirnya Adara membiarkan Saga bermain dengan Arga sampai akhirnya Saga pulang ke Bandung karena Bian sakit. Tapi tanpa sepengetahuan Saga, disana Arga juga sakit bahkan lebih parah dari Bian. Penyakit Arga membutuhkan donor sum-sum tulang belakang tapi sampai akhir hayat Arga, Saga tidak datang mendonorkan. Maka dari itu Adara menganggap bahwa Saga itu pembunuh." ujar Alex untuk terakhir kali. Abraham tampak mengangguk, tenryata memang serumit itu. Semua orang yang ada disini menyesal dengan penyesalan mereka masing-masing. Semua orang disini juga menangis dengan segala rasa sakit yang mereka alami. Mereka semua memiliki penyesalan dan kesedihan masing-masing. Kini mereka berdua yang tidak bisa tidur itu pun akhirnya hanya mengobrol saja. Sesekali mereka melihat ke dalam untuk melihat semuanya. Sampai saat ini Alex melihat Saga terbangun dan ia menatap sendu Arga. "Gua mau ngomong sama Lo. Ini penting.” ujar Alex kepada Saga tersebut saat ini. Saga akhirnya mengikuti Alex ke depan, disana masih ada Abraham juga. Saga tampak terlihat sangat kacau saat ini. Matanya masih penuh air mata. "Kenapa Lo ga pernah angkat telfon Adara? Dia udah nyoba nelfon Lo berkali-kali bahkan kirim SMS tapi Lo ga pernah baca dan ga pernah angkat. Kalo aja Lo baca atau angkat semuanya ga akan kayak gini. Lo ga akan kehilangan Arga secepat ini." ujar Alex membuat Saga tampak terkejut. Kini ia menatap ke arah Alex dengan pandangan meminta penjelasan lebih lanjut. Ia benar-benar tidak tahu mengenai hal yang baru saja dibicarakan oleh Alex kepada dirinya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD