INFORMASI

1399 Words
My Teacher My Wife akan publish di w***********d karena cerita ini ditolak oleh Dreame Innovel. Buat temen-temen yang masih nungguin ceritanya, boleh baca di app w***********d ya, di akun TaciFey dengan judul dan cover yang sama. Makasih semuanya... Senja hampir menjadi magrib, tapi Diego belum juga sampai rumah, membuat Nandira khawatir. Seharusnya jika kepala sekolah men-skors mereka, Diego sudah pulang sejak pagi. Namun Nandira belum mendapat kabar dari putranya, nomor Diego tidak bisa dihubungi, bahkan sosial media anak itu tidak aktif sejak kemarin. Sampai akhirnya Nandira mendapatkan notifikasi dari following-nya di instolgram. Anugrah_terindah sedang melakukan siaran langsung. Tau jika Anugrah merupakan salah satu teman karib Diego, Nandira segera menonton siaran itu untuk menanyakan di mana Diego. *** Sementara itu di sebuah angkringan, Diego dan kawan-kawan berada di sana. Benar saja, si Anu itu ternyata sedang melakukan siaran langsung untuk mengabari fans-fansnya. "Halo guys, balik lagi dengan gue, Anugrah terindah yang pernah kau miliki~" Ya, itu lah slogan yang dipakai Anu untuk membius para fansnya. Baru beberapa menit melakukan siaran langsung, penontonnya sudah banyak, dan sekarang cowok itu tampak sedang menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Sementara itu di sisi kiri, tampak Diego yang sedang menggambar di atas meja angkringan menggunakan spidol. Dia menggambar wajah seseorang di meja itu tanpa izin dari pemiliknya. Mungkin sebentar lagi dia bakal dimarahin, atau lebih buruknya diusir dan di-banned karena telah merusak harta benda angkringan. Dia memang jago banget untuk hal itu. Anu masih aktif menjawab pertanyaan para fans-nya. "Kenapa baru live, dah mau magrib nih?" "Sorry banget, nih. Biasalah pelajar, harus sekolah biar pinter," jawab Anu. Di belakangnya Bayu menimpali, "Pembohong kelas kakap." "Ye, sirik aja lu," balas Anu, menjauhkan kamera dari Bayu. Sementara Conan memperhatikan Anu yang tidak berhenti berbicara. Dia kehilangan teman-teman halusnya karena ulah cowok itu. Sekarang mereka sedang asyik bersama Anu. "Kenapa lu, Nan, tiba-tiba diem, mana temen-temen lu?" tanya Demian yang menyadari tingkah laku Conan. "Tuh," jawab Conan, menunjuk ke sekitar Anu. Demian bergidik ngeri, padahal dia cuma bercanda bertanya seperti itu. Tak disangka Conan bersungguh-sungguh. Tapi kalau dipikir lagi, tak heran setan berkeliaran waktu magrib. "Gue cabut duluan, lah. Dah mau magrib," ucap Demian. "Yo, ati-ati," kata Bayu. Demian sempat melewati Diego yang sudah hampir selesai menggambar. "Cabut ya gue." "Yo." "Lu gambar siapa?" tanya Anas, menyadari Diego sudah selesai. "Wanita cantik," jawabnya. Anas memperhatikan baik-baik gambar itu. "Emak Lo?" tanyanya. Diego membatu sejenak, tiba-tiba dia teringat tentang ibunya. "Lo suka sama emak gua?" tanyanya. Anas melongo. "Hahaha, becanda, ntar Lo dibunuh sama bokap gue," ucap Diego sambil menepuk pundak Anas. "Gue tau emak gue memang cantik, tapi ini sedikit lebih cantik," sambungnya. Beralih ke sisi Anugrah, tiba-tiba ia mendapat permintaan bergabung. Nandira_Kirana meminta bergabung. "Nandira Kirana?" Anu menggaruk tengkuknya, "Go, ni emak Lo?" "Hah?" Mereka tertegun. "Sejak kapan emak gue jadi fans Lo?" protes Diego. "Mana gue tau. Biasalah orang ganteng, fansnya dari berbagai kalangan." Anu malah balik narsis. "Anjir seru, bakal ada yang dimarahin, nih," ucap Bayu, mengundang yang lain ikut mendekati Diego. Permintaan bergabung pun disetujui. Anu memasukkan Diego ke frame, dan teman-teman yang lain ikut masuk dari belakang. Kini Nandira bisa berbicara dan bertatapan daring dengan Diego dan teman-temannya. "Diego, pulang." Mereka menahan tawa. "I-iya, otw, bentar lagi," balas Diego. "Sekarang," kata Nandira. "Iya, iya, ini lagi jalan," ucap Diego sambil meminta Anu untuk menjauhkan kamera darinya. "Bohong, kamu kira mama gak liat." "Aduh, mampus gue, mana yang nonton banyak banget lagi. Matiin, matiin!" Anu menjauhkan ponselnya dari Diego, mereka masih asyik menertawakan cowok itu. Tak hanya mereka, bahkan komentar di live sudah penuh dengan "wkwkwkwk" dan cibiran yang tertuju ke Diego. Bukannya segera mengakhiri live, Anu malah sengaja membiarkannya dan mengutarakan cibiran itu pada Diego. "Diego, pulang sayang, udah mau magrib." "Pulang Diego, jangan main terus." "Jangan jadi Bang Toyib, Go." "Hahahaha." Puas sekali mereka menertawakan dan mempermainkan Diego yang sedang jatuh cinta hari ini. Kemudian, siapa sangka jika pemilik angkringan itu sedang sakit gigi. Sejak tadi suara bocah-bocah di luar sana membuat kepalanya pening. "Dah, dah, balik, balik!" kata Diego, sebelum akhirnya terdengar suara panci yang dilempar dan jatuh di dekat mereka. Trankk! Cowok-cowok itu terkejut. "Balik sono! Berisik amet lu pada! Gak tau ape orang lagi saket gigi!" Mereka sempat terpaku pada posisi masing-masing, sampai akhirnya seseorang berani membuka suara. "Ya nggak tau, orang mpok nggak ngasih tau," jawab Bayu. Beruntung wanita itu adalah bibinya, jadi mungkin tidak akan marah-marah lagi. Namun ternyata malah semakin dahsyat. Mpok Elisabet kembali melempar panci, ember, teko, sutil, dan semua yang ada di dekatnya demi untuk mengusir bujang-bujang itu. "Gyaa! Iye, iye, Mpok, Bayu pegi, Bayu pegi," ucap Bayu berusaha untuk mendamaikan suasana. Namun gigi yang sakit itu tidak mau berdamai sekarang. "Pegi sono lu! Jangan dateng sampe gigi gue sembuh," kata Mpok Elisabet ketika bujang-bujang itu tancap gas. Mpok Elisabet berjalan untuk memungut kembali barang pecah belahnya, lalu dia melihat gambar wanita di salah satu meja. Emosi yang sebelumnya sudah hampir reda kini kembali, membuat dadanya naik turun dengan sangat cepat. "Siapa yang nyoret-nyoret meja gue!!!" teriaknya panjang. Di jalan, cowok-cowok itu tertawa terbahak-bahak. Tak disangka hari ini mereka sangat kacau. "Anjir, sial bener gue hari ini," ucap Bayu, menyamai laju motornya dengan Diego. "Hahaha, udah di-skors, gak bisa ketemu ibu cantik, kena amuk Mpok Elisabet, mana tadi live-nya masih jalan lagi," tukas Anu. "Apalagi gue, dibikin malu di depan publik," tambah Diego. "Hahaha." "Beruntung banget Demian udah balik duluan," komentar Conan. "Dah, dah, balik, dah mau adzan," ucap Diego. "Besok di mana?" tanya Bayu. "Ntar ngobrol di grup aja." Mereka pun kembali ke habitat masing-masing. Sebelum pulang, Diego harus nganterin Anas dulu ke kosannya. *** Diego sampai di rumah tepat waktu, walaupun sangat mepet untuk solat magrib berjamaah dengan ayah, ibu, dan saudara kembarnya. Dia berusaha menyempatkannya, meski harus mandi dengan terburu-buru. Hingga akhirnya dia benar-benar sempat. Setelah makan malam dan shalat isya, Diego merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Entah mengapa rautnya tampak muram. Saat makan malam tadi, dia merasa ada yang kurang. Biasanya akan ada sedikit perbincangan tentang dirinya, meskipun itu bukan hal yang patut dibanggakan. Namun malam ini tidak ada sama sekali, hanya ada perbincangan untuk Kenzo. Seolah papanya tidak ingin berbicara dengannya lagi. "Tadi aku udah minta rekomendasi universitas di Belanda sama Om Gilang." "Oh, ya? Bagus dong. Udah dapet?" tanya Glen. "Belum," jawab Kenzo. "Kamu pilih aja mana yang kamu mau." "Kalo gak di Belanda, boleh?" tanya Kenzo. Glen menghentikan sejenak kegiatannya. "Memangnya kamu mau ke mana?" "Mungkin, Washington." Diego menarik napas dalam, lalu menghembuskannya. "Mungkin Washington," ucap Diego, mencibir bagaimana cara Kenzo menjawab tadi. "Dia pikir itu mudah?" Entah mengapa dia tampak kesal dengan pembicaraan tadi. Bukan karena tidak ada topik pembicaraan tentangnya, tapi sungguh karena Kenzo. Namun, bukankah biasanya topik pembicaraan tentang Kenzo memang seperti itu? Lalu kenapa Diego hanya kesal malam ini? Benar, sesungguhnya dia memang kesal karena tidak ada sedikitpun topik tentangnya malam ini. Terlebih lagi karena papanya seolah tidak ingin berbicara dengannya. Diego ingat saat kejayaannya dulu bersama teman-temannya. Saat di mana mereka memenangkan turnamen nasional futsal, papanya sangat bangga padanya. Yah, itu sudah pasti. Apa menurutnya itu kenangan yang paling indah? Itu pertama kalinya tim mereka terbentuk. SALONPAS, Sekumpulan Orang Pencinta Penjas. Namun sekarang tim itu hanya menjadi sebuah geng yang selalu buat onar di sekolah. Mengapa hal itu bisa terjadi? Diego ingat, mereka mundur setelah Pak Legi pensiun karena guru penjas yang baru meminta Diego untuk membuat tim baru dengan para junior. Tentu saja Diego menolak, dia tidak akan pernah meninggalkan teman-temannya. Mereka berjuang bersama-sama saat masih di permukaan, Diego tidak punya alasan untuk meninggalkan mereka setelah sampai di puncak. Embusan napas kembali terdengar. Diego bangkit dari posisi rebahan, dia meraih gitar di samping tempat tidur lantas memetiknya, menyanyikan lagu yang sering ia dengar. Aku tercipta olehnya~ Untuk selalu cintai kamu~ Beri aku kesempatan~ Tuk bahagiakan dirimu~ -Angga Candra, Sampai Tutup Usia- Diego menghentikan nyanyiannya ketika terdengar suara ketukan. "Masuk." Pintu dibuka, muncullah seseorang yang tidak pernah Diego sangka akan berkunjung ke kamarnya. "Gue kira mama. Tumben Lo ke kamar gue? Mau ngapain?" tanya Diego pada kembarannya. Seperti biasa dengan tatapan datarnya, yang tampak seperti manusia tanpa ruh, Kenzo mendekati Diego. "Guru magang baru di sekolah," ucap Kenzo. Diego tau jika yang Kenzo maksud adalah Bu Anggun. "Kenapa?" tanyanya. "Gue suka sama dia," kata Kenzo, membuat Diego membesarkan bola matanya. ~~~~~ Baca selanjutnya di W A T T P A D

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD