Mas Yana egois

538 Words
*Siang hari “ Bunda, Abang berangkat sekolah ya..?” pamit Fariz setengah berlari ke arahku yang berada di dapur. “ Ya, nak. Hati-hati di jalan ya, belajar yang benar, dengar kata-kata bu guru, dan jangan nakal ya. “ nasihat yang slalu ku katakan padanya saat dia akan berangkat sekolah. “ Oke bunda. Assalamualaikum “ “ Waalaikumsallam” jawabku sambil memeluk dan mengusap kepalanya lembut. Tidak lama setelah Fariz berangkat sekolah bersama kakeknya, Mas Yana pulang. “ Aduuh..... kebiasaan banget sih kalau pulang kerja pasti berantakan rumah. Gak bisa beberes tah kamu, dari pagi ngapain aja rumah masih berantakan ? tidur aja kali ya kerjaan kamu dari pagi ? aku kerja dari pagi capek, kamu enak-enakan nyantai tidur aja di rumah.” “ enak aja kamu bilang aku tidur aja, mas gak tau anak kamu yang bungsu lagi aktif-aktifnya, dari pagi ngacak aja kerjaannya, sudah aku beresin Cuma 5 menit bertahannya, setelah itu dia ngacak lagi, kamu fikir aku gak capek di rumah ? ngurusin anak-anak, masak, nyuci, nyuci piring, beresin rumah berulang kali, nyuapin faiq, mandiin faiq, belum lagi fariz mau sekolah, kamu kira enak aku di rumah ? kalau bisa milih juga aku mendingan kerja dari pada di rumah, Mas.” Jelas ku panjang lebar “ Alah alesan kamu aja itu semua, buktinya rumah aja masih berantakan, piring kotor masih ada, cucian belum di jemur.” Mas Yana tetap mencari alasan untuk menyalahkanku. “ kamu pikir aku robot bisa mengerjakan semuanya dengan cepat ? kamu aja berangkat kerja jam 7 pagi tadi, ini jam 10 sudah pulang lagi kamu pikir aku selama 3 jam bisa kelarin semuanya? Bersyukur mas, kamu gak perlu bayar pembantu lagi karna aku mau ngurusin semuanya, jadi kamu gak usah terlalu nuntut aku buat pekerjaan rumah, yang penting anak-anak ke urus rumah juga masih keurus walaupun mungkin sore baru kelarnya.” Emosiku meningkat mendengar alasan Mas Yana. Mas Yana memang type laki-laki yang tidak mau kalah kalau berdebat, sebenarnya aku tidak mau melawan atau membantahnya, tapi aku sudah tidak lagi bisa menahan emosi yang sudah 10 tahun aku tahan. Ya, “ memang selama 10 tahun ini aku hanya diam dan menurut padanya, tapi sekarang tidak lagi, Mas. Aku sudah terlalu lama tertekan batin denganmu karna sifat dan kelakuan kamu yang egois, tidak mau kalah dan merasa paling benar itu.” Ucapku dalam hati. “ Ya kan emang semua itu tugas kamu sebagai seorang istri, ngapain lagi aku harus bayar pembantu kalau ada kamu sebagai istri, buat apa aku jadiin kamu istri kalau aku harus membayar pembantu lagi.” Deg!! Bagai di sambar petir di siang hari, aku membeku mendengar perkataan Mas Yana. Jadi selama ini dia nikahin aku Cuma untuk mengurusi semua kebutuhan dan keperluannya? Artinya tidak ada cinta di hati nya untukku. Lalu apa artinya anak-anak kami ini ? apa semua yang dia lakukan selama 10 tahun ini adalah kepalsuan ? dan banyak lagi pertanyaan dalam hatiku tentang semua ini, biarlah hanya aku yang tau semua ini, dan akan aku cari tahu sendiri semuanya tentang Mas Yana. “ Heeh... kok malah ngelamun cepat ambilkan aku makan!” lamunanku terbuyar saat Mas Yana menepuk pundakku. Aku hanya mengangguk mengiyakan tanpa berkata apapun, lalu ku langkahkan kakiku menuju dapur untuk mengambil makan Mas Yana.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD