Semuanya bermula dari benda yang bernama KOPER.
"What the hell!"pekik Ed kencang.
Koper abu-abu milik Ed yang seharusnya berisi pakaian mahal miliknya, oleh-oleh untuk para gadisnya, laptop kerja, beberapa dokumen, majalah dewasa, dan kondom miliarannya berubah isi.Menjadi miniset, celana dalam bergambar bebek, beberapa kaus oblong yang semuanya bergambar bebek, celana pendek, beberapa alat make up, dan ... boneka bebek kumal yang penuh dengan iler.
Oh, God!
Sontak Ed langsung melempar semua barang itu ke lantai. Ia memijit dahinya yang terasa pening saat ini. Dadanya bergemuruh hebat.
Bagaimana ini bisa terjadi?
"Cade!" Suara Ed melengking di akhir, membahana se-antero mansion.
Cadee yang sedang berada di ruang kerja, sebelah kamar Ed, pun sontak menghampirinya.
"Cadee!"
Teriakan itu menggelegar lagi, membuat Cadee sekarang menjadi berlari ke Ed yang merupakan atasannya dikantor.
Cadee adalah anak angkat dari Sharon dan Warner sejak kecil.Tugasnya disini sebagai sekretaris dari Ed.
Ketika sampai di depan pintu kamar Ed, Cadee langsung membelalak melihat barang-barang yang berceceran di atas lantai. Pandangannya mengarah ke koper abu-abu milik Ed yang terbuka dan kosong, lalu beralih ke arah barang-barang aneh yang berada di atas lantai kamar.
Cadee kemudian menatap sang-tuan muda yang terlihat kesal. "Ada ap—"
"Kau masih bertanya ada apa? kenapa koperku malah berisi barang-barang anak SD, Cadee Halderman?"teriak Ed sambil menatap Cadee nyalang.
Dadanya naik-turun menahan amarah.
Bagaimana bisa Cadee seceroboh itu?
Cadee gelagapan ketika Ed menatapnya tanpa berkedip, bahkan kedua bola matanya seakan-akan ingin keluar dari tempatnya.
Seingatnya, ia tidak pergi kemana-mana dan koper itu terus berada di sebelahnya. Andaikan dicuri pun, seharusnya koper itu tidak mungkin ada disini.
Bahkan, ia sendirilah yang menaikkan koper itu ke bagasi mobil, tapi seingatnya itu juga milik Ed.Selama Cadee menunggu Ed di ruang tunggu pun, ia tidak merasa ada orang yang berdiri di sebelahnya.
Apa koper Ed bisa berjalan? Entahlah, Cadee pusing menebaknya.
"Cadee Halderman."
Suara Ed mulai merendah, ketika melihat Cadee yang hanya diam mematung sambil menatap barang-barang yang berserakan dilantai.
"Aku ingat, Ed.Aku tidak mungkin menukarnya ataupun salah mengambil."bela Cadee untuk dirinya sambil berusaha tenang dan terlihat meyakinkan.
"So, can you tell me? What happened with my f*****g suitcase?"
"Aku benar benar tidak mungkin salah mengambil, Ed. Sungguh!"
Cadee yang pembawaannya selalu tenang, saat ini mulai kebingungan. Entah apa isi koper itu, tapi yang jelas, Ed benar-benar terlihat bak singa kelaparan saat ini.
"Gajimu bulan ini kupotong lima puluh persen, Cadee Halderman!"
Cadee menganga tidak percaya. Lima puluh persenhanya setara dengan cicilan bugatti merahnya, alias si Catty selama satu bulan.
Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan. Ia tidak merasa telah melakukan kesalahan apapun.
"Mana bisa, Ed? Aku tidak melakukan kesalahan apa pun." Cadee menekankan kalimatnya di akhir.
"Kau bilang tidak melakukan kesalahan?" Ed berdecak. "Kondom miliaranku dan oleh-oleh untuk para selirku ada di koper itu, Bawahan k*****t!"
Sungguh, Cadee tercengang saat ini.Oke, ia mengalah jika hal itu sudah ada sangkutpautnya dengan kondom yang berharga fantastis per boksnya. Ed bukanlah orang yang pelit, hanya saja jika itu menyangkut barang-barang fantastisnya maka ia akan mengangkat tangan untuk mengalah.
*
Sofia berjalan lelah memasuki kamar hotel yang baru saja ia sewa untuk satu malam. Setelah berjam-jam lamanya terus mencari kopernya yang menghilang di bandara tadi, tubuhnya saat ini terasa benar-benar remuk.
Oh, andai kalian tahu betapa bodohnya Sofia tadi. Koper yang dikiranya hilang, ternyata malah berada tidak jauh dari tempatnya mendorong koper.
Hal itu benar-benar membuat Sofia merasa bodoh ketika melempar koper seenak jidatnya. Mengingat beberapa gepok uang, pakaian, boneka tidur kesayangannya dan pakaian dalam miliknya, berada didalam koper abu-abu itu. Jika hilang, mau makan apa Sofia besok?
Sofia segera melempar tubuhnya keatas kasur empuk. Kamar yang ia sewa tidak terlalu besar, tapi setidaknya nyaman untuk beristirahat malam ini.
Ia harus menghemat uangnya, sebelum bisa bekerja. Sofia tidak punya tempat tinggal, bahkan mungkin ia akan membeli makanan pinggir jalan dengan harga murah untuk mengganjal perutnya selama beberapa hari ke depan.
Sofia menghela napas kasar. Begini lebih baik, dari pada ia harus menikah dengan pria tua berperut buncit dan berkepala botak, bukan? Nasib baik jika pria pilihan orang tuanya itu bisa memuaskan dirinya, tapi jika Sofia yang harus memuaskan—“ah, membayangkannya saja Sofia sudah bergedik ngeri.
Sofia tidak tahu lagi harus berbuat apa andaikan hal itu benar-benar menjadi kenyataan. Lebih baik ia jadi perawan tua saja.
Sofia Amely Nasution, gadis yang baru saja kabur dari acara pertemuannya dengan calon tunangannya. Tidak main-main untuk kaburnya kali ini. Jika biasanya pergi ke luar kota, maka kali ini ia sampai harus mengocek uang tabungannya agar bisa kabur keluar negeri.
Sofia kemudian bangkit dari lamunannya dan berjalan lunglai menuju koper yang tergeletak di pinggir sofa. Ketika tubuhnya semakin mendekat kearah benda itu, Sofia mengernyit bingung.
Sejak kapan ada stiker bergambar aneh di kopernya. Disana ada gambar ... sebuah b****g. Entahlah, b****g atau sebuah emoji buah peach. Sofia tidak bisa memastikan hal itu. Ia kemudian hanya mengendikkan bahunya.
Sofia mendudukkan dirinya di atas lantai. Tangannya dengan gesit membuka zipper koper, yang anehnya gemboknya sudah terbuka sendiri. Sofia rasa, ia tidak membuka kopernya sama sekali. Tapi, bodo amatlah! Ia sudah terlalu lelah untuk memusingkan hal yang tidak berfaedah.
Sofia kemudian membelalak dengan mulut terbuka lebar ketika kopernya sudah terbuka sempurna. Ia benar-benar ingin berteriak sekencang-kencangnya, menghancurkan seluruh isi dunia saat ini.
Koper yang ia bawa, yang seharusnya berisi barang-barang miliknya, saat ini berubah isi. Dan, isinya sama sekali bukan barang milik Sofia.
Ia memejamkan mata, kemudian menarik napas pelan dan menghembuskannya. Terus begitu hingga berulang kali, berusaha menetralkan amarahnya yang ingin meluap.
Dan setelah dirasa tenang, ia baru mengeluarkan satu persatu barang tersebut. Bilang saja lancang, tapi Sofia berpikir realistis saat ini. Jika kopernya hilang, maka tidak ada uang miliknya, ia tidak bisa makan.Apalagi saat ini ia seorang pengangguran.
Dan jika didalam koper ini ada barang berharga atau uang, maka sama saja orang yang membawa koper Sofia impas—ama sama untung. Dia dapat barang milik Sofia dan Sofia dapat barang miliknya.
Barang yang pertama ia lihat adalah sebuah lingerie. Sofia mengangkat barang yang berwarna merah terang itu dan menatapnya aneh. Ia memutar barang itu ke kanan dan ke kiri, lalu bergidik ngeri. Tanpa pikir panjang, Sofia langsung melempar barang itu ke sembarang arah.
Apa koper ini punya seorang maniak seks? batin Sofia.
Ia menemukan lagi, di bawahnya terdapat lingerie dengan motif sama, tetapi berwarna hitam.Ada lagi yang berwarna biru tua metalik, lalubikini dengan warna merah muda mengilap dan hitam.
" Kurasa, ini benar-benar milik seorang maniak seks!" Sofia berdecak sebal ketika tak menemukan uang atau barang berharga lainnya.
Kemudian, matanya menemukan sesuatu yang berada di bawah tumpukan lingere itu. Sebuah kotak yang ukurannya lumayan besar.
Apa ini uang?
Membayangkannya saja, wajah Sofia sudah bersinar dengan cerah bak mentari Teletubis. Senyum Sofia semakin merekah dengan sempurna, ketika ia mengangkat kotak tersebut. Berat, pasti uangnya bergepok-gepok, batinnya senang.
Sofia benar-benar merasa bahagia sekarang. Tangannya pun dengan cekatan membuka kotak hitam yang bertuliskan sebuah merek atau nama ...entahlah, Sofia tak peduli. Yang penting isinya uang.
Apa ini?Dahi Sofia berkerut, ketika kotaknya sudah terbuka. Isinya bukan uang, melainkan sebuah benda yang terbungkus oleh plastik aluminium tebal dengan berbagai warna di setiap barisnya. Semua berbaris seusai dengan warna masing-masing.
Sofia mengambil satu bungkus, ia kemudian membolak-balik bingkisan persegi panjang tipis itu. Namun, matanya tak menemukan apapun, hanya ada tulisan seperti yang terdapat di bungkus kotak.
Mengingat tingkat ke-kepoan Sofia yang mendewa, ia pun langsung membuka plastik aluminium tersebut.Isinya benar-benar membuat Sofia ingin mengumpat. Sebuah kondom bergerigi di dalamnya.
Sial, apa-apaan ini!
Ia membanting semua benda itu ke lantai hingga isinya berceceran. Sofia menyugar rambut hitamnya ke belakang dan satu tangannya berkacak pinggang.
Ia benar-benar tidak habis pikir dengan semua ini. Hingga kemudian matanya melihat sebuah MacBook abu-abu dengan model terbaru—model yang diinginkan Sofia, tapi belum bisa ia beli.
Matanya langsung berbinar cerah melihat MacBook itu. Sofia kemudian mengangkat dan menciumi MacBook itu dengan sepenuh hati. Ia memeluknya erat sambil senyum-senyum sendiri.
"Akhirnya,gue nemuin barang berharga!"
Sofia menelisik isi koper itu lagi.Siapa tahu ada barang berharga lainnya di dalam situ.
"Edbert Kingsley Cruz,"ucap Sofia ketika matanya menangkap deretan huruf di sebuah lembaran dokumen, yang entah apa isinya.
Tangan Sofia menggeledah isi koper itu, berusaha mencari baju yang lebih terlihat benar dari pada sebuah lingere.
"Pakaian laki-laki?" Sofia mengangkat kaus berwarna putih, hitam, dan abu-abu itu dengan binar senyum lega. Akhinya, ada baju yang lebih bisa ia pakai, meskipun itu hanya beberapa setel saja.
"Wow, gede banget!"
"Oke, nggak apa-apa selama masih bisa dipakai, kan, lumayan. Lagian, ini keliatannya baju mahal,"gumamnya sambil membolak-balik baju itu. Siapa tahu bisa di jual, jadi ia bisa membeli baju yang ukurannya lebih kecil dan harga yang murah tentunya.
Selain kaus, Sofia juga menemukan celana sepanjang lutut sebanyak tiga buah serta sebuah boxer yang ukurannya tiga kali lipat lebih besar dari tubuh langsingnya.Sofia mengangkat boxer berwarna hitam itu dengan cara mengapitnya menggunakan jari telunjuk dan jempol. Kemudian, ia menatap boxer itu dengan lekat.
"Menurut penerawangan gue, kayaknya koper ini punya seorang aki-aki dengan perut buncit dan p****t lebar,"ucap Sofia bak seorang peramal handal.
Kepalanya menengok lagi ke arah koper yang kelihatannya masih ada isinya. Sofia mengembuskan napas kasar, ketika ia malah menemukan sebuah majalah dewasa dengan sebuah foto vulgar di sampul majalahnya.
"Oh,God! Gue benar-benar nggak hoki banget dengan menemukan koper ini. Moga aja gue nggak ketemu dengan maniak seks pemilik koper ini!"