Semua nampak sempurna ketika aku menginjakkan kaki di koridor yang mengarah tempat ruang sakral dimana Albert berada. Kadar percaya diriku naik dua ratus persen. Perasaanku membumbung naik hingga cukup untuk bisa menembus atmosfer, dan cukup kuat untuk menciptakan fatamorgana pada langit. Aku yang berdandan acak-acakan, liar dan seksi memikat berhasil menarik perhatian pegawai Albert. Jimmy cho berwarna hitamku menggema dan tidak ada satupun yang berani menghentikan langkah kakiku. Mereka hanya bisa memandangku, terpaku, tak bergerak dan cukup beruntung untuk tidak menumpahkan kopi yang mereka pegang karena gagal fokus. Aku tidak mempedulikan berbagai tatapan mereka yang menghujam kearahku. Tatapan mereka membakar punggungku seperti panah berapi. Tetapi aku masih menelusuri koridor

