Bab 3

1036 Words
"Siapa Lo?!" Tubuh Atala menegang seketika tatkala seorang pria berpakaian serba hitam menyodorkan pistol tepat di keningnya. Ia melihat ada tiga pria berbadan kekar serta berpakaian serba hitam berada di hadapannya. Reflek ke dua tangannya langsung terangkat ke atas, menandakan bahwa ia tidak membawa apa-apa serta tidak mau di tembak sekarang juga. "Apa yang membawamu ke sini?" Tanya pria yang berada di sebelah kanan lengkap dengan tatapan tajam serta mengintimidasi. Dengan menelan salivanya susah payah, Atala mulai membuka mulutnya untuk menjawab. "Aku mencari ayahku," cicitnya dengan mengumpulkan seluruh keberaniannya. Maklum saja, ia adalah seorang gadis muda yang baru saja masuk ke dalam zona bahaya yang bisa mengancam keselamatannya. Jadi wajar, jika takut. Pria yang berada di sebelah kiri mulai berdecih pelan lalu tersenyum sinis. "Siapa ayahmu?" Tanya nya yang semakin membuat Atala ketakutan bukan main. "Anton," balas Atala dengan pelan namun masih bisa di dengar oleh ke tiga pria tersebut. Pria yang berada di tengah mulai menurunkan senjatanya lalu kembali menyimpannya di saku celananya. "Siapa namamu? Kenapa berani masuk ke dalam sini? Nyalimu lumayan juga." Ujarnya dengan sinis. Atala menurunkan ke dua tangannya, dengan tubuh yang sedikit gemetaran ia mulai menjawab satu persatu yang di layangkan oleh pria tersebut. "Aku Atala, aku ke sini untuk menjemput ayahku pulang." Balasnya mencoba untuk sesantai mungkin. "Ayahmu yang mana? Banyak seorang ayah yang berada di sini." "Anton, ayahku Anton." "Mana aku tahu seorang ayah yang bernama Anton di sini, seorang ayah di sini sangat banyak. Jadi aku tidak hafal dengan namanya." Sahut pria yang berada di sebelah kiri dengan nada bicara yang sedikit menyentak. "Anton yang tadi siang baru di seret ke sini?" Tanya pria yang berada tepat di hadapan Atala. Atala mendongak, menatapnya lalu menganggukkan kepalanya dengan mantap. Pria yang tadi menyodorkan pistol di kepalanya menatapnya dengan tajam, tatapan tajam yang sukses membuat Atala di buat risih karenanya. Bagaimana gadis itu tidak risih jika pria itu menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Salah satu tangan pria itu terulur, menyentuh dagu Atala dengan kasar lalu mengamati wajah cantik Atala dengan sorot mata yang tajam. Tak suka dengan apa yang di lakukan pria itu terhadapnya, Atala menyingkirkan tangan pria itu dari dagunya dengan kasar. "Kamu pikir kamu itu siapa bisa menyentuhku seperti itu?" Sinis Atala dengan tajam. Dua pria yang berada di sisi kanan dan kiri tertawa pelan, ekspresi Atala benar-benar terlihat menggemaskan saat sedang marah. "Wah! Ternyata kamu sangat cantik kalau sedang marah, ya." Goda pria yang berada di sisi kanan. "Coba tersenyum sedikit, aku penasaran dengan senyuman manismu." Goda pria yang berada di sisi kiri. Atala merepalkan ke dua tangannya di kuat, ingin sekali ia memukul dan menendang ke tiga pria jahat ini dari hadapannya, tapi keberaniannya belum cukup banyak ia kumpulkan. Ke tiga pria itu membawa senjata di saku celana mereka, ia tidak mau membuat ke tiganya marah. Kalau sampai ke tiga pria itu marah, akan di pastikan kepalanya akan berlubang sebelum ia bertemu dengan ayahnya. "Kamu ingin menemui ayahmu?" Tanya pria yang berada di hadapannya. Dengan antusias Atala mengangguk. "Aku bisa membawamu menemui ayahmu, tapi jangan harap kau bisa membawanya pulang." Ujarnya dengan serius. Pria yang berada di sisi kanan menatap rekannya dengan tajam, tapi pria yang di tatap membalas tatapannya dengan santai lalu mengedipkan salah satu matanya. Atala yang melihat ke duanya mengerti, bahwa mereka tengah memberikan sebuah kode atau isyarat sesuatu yang tidak ia pahami. Yang harus ia lakukan saat ini adalah berhati-hati, jangan sampai para pria ini membodohinya dan juga membohonginya. "Tolong menyingkir!" Dengan gerakan kasar, pria yang berada di hadapan Atala mendorong ke samping tubuh ramping Atala hingga membuat gadis itu terhuyung dan hampir saja terjatuh kalau saja pria yang berada di sisi kiri tak langsung sigap menangkap tubuhnya. "Lemah!" Celetuk pria tersebut usai membantu Atala untuk berdiri dengan tegap kembali. Pintu rumah megah tersebut terbuka dengan lebar, dan ketiga pria itu berjalan masuk ke dalamnya, di ikuti Atala yang berjalan di belakangnya. "Awasi gadis itu, berjalan di belakangnya." Bisik pria yang sedari tadi berada di tengah, pria yang berada di sebelah kanan memperlambat langkah kakinya hingga Atala berjalan di belakangnya. Usai itu ia baru berjalan santai seperti biasa di belakang Atala, membuat gadis itu benar-benar merasa tidak nyaman. Atala mengamati sekitar, matanya terbuka dengan lebar dan ia terus saja mengatakan kata wah dalam hati. Bagaimana ia tidak terkagum, jika di dalam rumah tersebut benar-benar sangat luas dan juga mewah. Pernak-pernik rumah tersebut terlihat berkilau dan juga sangat mahal. Dan jangan lupakan para pelayan wanita dan laki-laki yang jumlahnya mungkin puluhan tengah sibuk membersihkan rumah. Di tambah lagi, dengan para pria berbadan kekar serta berpakaian hitam yang ternyata lebih dari tiga orang yang membawanya masuk ke dalam rumah ini. Ada puluhan pria yang berpakaian seperti mereka di sini. "Tempat apaan sih nih? Markas Mafia kayak yang ada di film-film? Seriusan?" Batin Atala masih tak paham. Dua pria yang berjalan di depannya menghentikan langkahnya, ke duanya membalikkan tubuhnya menatap Atala, membuat gadis itu mendadak gugup. "Udah sampai di tempat ayahku? Dia di mana?" Cicit Atala dengan ragu. Pria itu meminta ke dua rekannya untuk pergi meninggalkan nya dan juga Atala, dan mereka berdua langsung menurutinya. Mereka berdua pergi entah ke mana meninggalkan Atala dan pria asing ini. "Aku tahu, kamu di sini untuk menjemput ayahmu pulang. Tapi kamu harus tahu, bahwa tidak ada yang mudah di dunia ini. Kamu harus rela melakukan apapun demi keselamatan ayahmu." Terang pria itu yang sukses membuat Atala merinding. Dengan spontan Atala menyilangkan ke dua tangannya menutupi dadanya, ia mulai berpikir yang tidak-tidak sekarang. Melihat tingkah lucu Atala, membuat pria itu terkekeh pelan. "Maaf nak, sepertinya kamu baru saja berpikiran yang macam-macam. Aku tidak selera dengan tubuh mungilmu, kamu seusia dengan putriku. Menyakitimu, sama saja dengan menyakiti putri kandungku." Ucap pria tersebut yang membuat Atala terperangah. Tak semua orang jahat itu memiliki pemikiran yang jahat juga. Atala di sini sedikit belajar, bahwa jangan menilai orang lain dari penampilan dan juga pekerjaannya. Penampilan nya memang buruk, bahkan pekerjaannya juga sangat kotor. Tapi pemikirannya lumayan cukup baik. "Aku bukan orang baik, aku adalah salah satu orang jahat yang hidup di dunia ini. Aku bisa membantumu membuat ayahmu keluar dari tempat ini dengan selamat begitu pula denganmu. Tapi itu tidak mudah, ada sesuatu yang harus kamu korbankan." "Apa itu?" "Hidupmu!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD