Mengadakan Perayaan

1060 Words
Akira mulai terbiasa menjalani perannya sebagai istri Albert. Sehari-hari dia rutin menyiapkan keperluan Albert saat akan berangkat bekerja. Di samping itu, dia hanya menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Albert tidak membiarkannya mengerjakan banyak hal. Bahkan Akira harus selalu diantar jika ingin pergi ke luar rumah. Entah itu menyuruh Bibi Lastri atau Dewi. Kedua pembantu itu mulai menangkap gelagat aneh saat mendapati Akira yang sering muntah-muntah. Mereka belum tahu jika Akira sudah hamil. Pada suatu hari, Bibi Lastri pun tak dapat menahan diri untuk tidak bertanya pada tuannya. “Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan tuan,” ujar Bibi Lastri ketika memiliki kesempatan berbicara berdua dengan Albert. “Ada apa, Bi? Apa ada masalah dengan pekerjaan di rumah ini?” tanya Albert. “Bukan itu, Tuan. Tapi ini tentang Nona Akira,” jawab Bibi Lastri sedikit ragu. “Kenapa dengan Akira? Apa ada sesuatu yang terjadi padanya?” “Begini, Tuan. Apa tuan tidak sadar jika belakangan ini sikap Nona Akira terasa aneh. Dia sering mual dan muntah-muntah di rumah. Saya dan Dewi bahkan menyaksikannya sendiri. Mohon maaf jika saya lancang mengatakan ini. Tapi sepertinya gejala yang dialami Nona Akira menunjukkan tanda-tanda perempuan yang sedang hamil,” ucap Bibi Lastri akhirnya mengungkapkan kecurigaannya. “Dari mana bibi bisa menyimpulkan seperti itu?” “Saya ini juga perempuan, Tuan. Saya juga pernah mengalami hal yang sama ketika mengandung anak saya dulu,” jawab Bibi Lastri. Sejujurnya pembantu itu merasa khawatir jika pembicaraan itu akan membuat Albert tersinggung dan marah karena wanita yang sedang mereka bicarakan adalah istri dari tuannya. “Ternyata memang sulit menyembunyikan sesuatu dari orang yang sudah berpengalaman,” ucap Albert dengan santainya. “Akira memang sedang hamil, Bi. Oleh sebab itu aku sering melarangnya keluar rumah tanpa ditemani,” ungkap Albert pada akhirnya menjawab kecurigaan Bibi Lastri. “Nona Akira sudah hamil anak tuan?” tanya Bibi Lastri dengan senyum mengembang. “Jika dia menikah denganku berarti yang ada dalam kandungannya itu adalah anakku, Bi.” “Ya Tuhan … ini kabar yang sangat membahagiakan. Kami semua turut senang mendengarnya. Akhirnya tak lama lagi di rumah ini akan hadir seorang bayi kecil yang akan menjadi penerus tuan nantinya. Saya ucapkan selamat karena sebentar lagi tuan akan menjadi seorang ayah,” ungkap Bibi Lastri menunjukkan rasa senangnya. Tidak sampai di situ, Bibi Lastri juga bertanya mengapa Albert tidak segera memberitahu kabar itu pada mereka semua. Albert berdalih bahwa awalnya dia berencana ingin membuat sebuah kejutan dan perayaan kecil-kecilan. Namun pembantunya itu sudah mencium kecurigaan lebih awal. Akhirnya untuk membuktikan ucapan itu, Albert pun meminta Bibi Lastri untuk mengumpulkan semua pekerja di rumahnya. Tak butuh waktu lama sampai mereka semua berkumpul di ruang tamu. Akira juga diminta ikut ke sana. Di hadapan mereka semua, Albert langsung mengumumkan tentang kehamilan Akira. “Hari ini aku akan membagi kabar gembira dengan kalian semua. Akira, istriku yang cantik ini, sekarang sedang mengandung anakku. Aku akan segera menjadi seorang ayah,” ucap Albert penuh kebanggaan sembari meletakkan tangannya mengelus perut Akira yang berdiri tepat di sampingnya. Akira merasa senang dengan pengakuan yang dibuat Albert. Perlakuan Albert itu sesaat membuat Akira merasa tidak salah memilih laki-laki sebagai pendamping hidup dan ayah bagi calon bayinya nanti. Sementara para pekerja itu mulai memberikan ucapan selamat satu persatu. Doa dan harapan baik mereka utarakan untuk Albert, Akira dan calon bayi mereka. Albert juga berpesan agar mereka semua selalu memperhatikan Akira dan menjaganya dengan lebih baik lagi. Selain itu, Albert mengatakan akan mengadakan perayaan kecil-kecilan. Acara itu hanya akan digelar secara sederhana dengan para pekerja di rumah sebagai ungkapan rasa bahagia. Akira juga setuju dengan rencana sang suami. Mereka berencana akan makan besar malam itu. Albert memerintahkan Bibi Lastri dan Dewi untuk mempersiapkan menu masakan dengan porsi yang banyak. Para pekerja di rumah itu turut senang karena bisa makan gratis sepuasnya. “Apakah aku bisa membantu Bibi Lastri dan Dewi memasak di dapur? Aku bosan jika tidak mengerjakan apa pun dan hanya berdiam diri di kamar,” pinta Akira. “Baiklah. Kamu boleh melakukannya tapi tetap hati-hati ya,” kata Albert mengizinkan membuat Akira merasa senang. Gadis itu kemudian bergabung dengan Bibi Lastri dan Dewi di dapur. Akira merasakan keseruan memasak bersama Bibi Lastri dan Dewi. Sesekali mereka bercanda dan tertawa. Bibi Lastri sebagai yang paling tua juga banyak memberikan wejangan untuk perempuan selama masa kehamilan. Keseruan itu membuat mereka lupa waktu hingga tak terasa malam hampir tiba. Bibi Lastri dan Dewi meminta Akira untuk menyudahi pekerjaannya. Mereka berdua akan meneruskan memasak sementara Akira harus mempersiapkan dirinya. Akira pun menghentikan kegiatan itu dan kembali ke kamar. Akira membersihkan diri dan memilih pakaian yang akan dia kenakan nanti malam. Sebuah mini dress selutut berwarna merah bata. Pakaian itu sangat kontras dengan tubuh Akira yang berkulit putih. Dia juga sedikit memoles wajahnya dengan make up. “Ternyata istriku ini sudah bersiap dengan begitu cantik,” kata Albert tiba-tiba memeluk Akira dari belakang. Akira yang masih duduk di depan meja rias sontak terhenyak dan memperhatikan tingkah Albert dari cermin di hadapannya. “Tidak. Aku tidak merias diri berlebihan. Aku hanya menggunakan sedikit make up agar wajahku tidak terlihat pucat,” jawab Akira seadanya. “Tidak apa-apa. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Malam ini kamu ratunya, Sayang” ucap Albert dengan setengah berbisik di telinga Akira pada kalimat terakhirnya. Perlakuan Albert membuat wajah Akira langsung bersemu merah karena malu. Dia berusaha menyembunyikan senyumnya setiap kali Albert memanggilnya dengan kata sayang. Tidak mau terus berlarut dalam kondisi salah tingkah, Akira pun meminta Albert agar segera bersiap juga. Malam itu rumah Albert terasa lebih ramai dari biasanya. Sebenarnya tak banyak orang yang terlibat dalam acara itu. Hanya saja kebersamaan memang mampu menciptakan kehangatan suasana. Pembawaan Akira yang ramah juga membuat mereka semua tak sungkan melebur seperti satu keluarga. Entah mengapa malam itu Albert juga merasa berbeda. Keramaian dan kebersamaan yang selama ini jarang dia lakukan. Ia baru menyadari jika hal seperti itu juga menyenangkan. Selama ini dia hanya sibuk dengan urusan pekerjaan dan ambisi untuk balas dendam. Biasanya penghuni rumah besar itu sudah mengakhiri segala aktivitasnya pada jam sembilan malam. Albert yang sibuk dengan urusannya sendiri di dalam kamar. Sementara para pembantunya memilih bergumul dengan selimut setelah lelah bekerja seharian. Tapi malam itu geliat kehidupan lebih terasa. Semua perubahan itu terjadi berkat kehadiran Akira. Mereka menikmati makanan yang sudah dihidangkan bersama-sama. Sejenak melebur tanpa ada sekat antara majikan dan para pekerjanya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD