24. Akila, Ibu dan Kebohongan

1224 Words

"Ibu! Ibu udah sadar?" tanyaku saat melepas pelukan dari tubuhnya. Ibu mengangguk lemah. Sontak aku mengukir senyum diiringi dengan air mata yang keluar tiba-tiba. "Alhamdulillah, Bu, Alhamdulillah." Kupandangi wajah ibu yang masih tampak sayu. "Amira panggil dokter dulu ya, Bu," ujarku ingin segera melaporkan kondisi ibu. Ibu menggeleng. Beliau justru memintaku untuk tetap duduk di sisi ranjang miliknya. Aku pun mengurungkan niat. "Sini aja. Temenin Ibu," ucapnya masih dengan napas yang tersengal. Kesadaran ibu bak oase yang menyegarkan dahaga. Setelah beberapa hari menanti, separuh hatiku terasa lega. Setidaknya ada harapan untuk kesembuhan total ibu dalam perawatan ini. "Iya, Bu. Iya." Aku kembali duduk di kursi. Memegang tangannya serta mengusapkan pada wajah. Alhamdulilla

New users can unlock 2 chapters for free!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD