Permulaan

2384 Words
Teruslah berjuang untuk mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milik kita. *** Pagi ini Cyra dihubungi oleh editornya untuk melakukan klarifikasi terkait novel yang dia buat, hal mengejutkan luar biasa pada tulisan yang diserahkan kepada editornya beberapa hari yang lalu dan diunggah semalam oleh bagian publisher setelah lulus kurasi mendapatkan sorotan lebih, karena disanapun tulisannya sama persis dengan apa yang pernah dibuat oleh Rany Arago tiga belas tahun lalu. Saat tulisan itu terpublish akan banyak kritukus dadakan selain para pembaca asli bukan karena dia adalah penulis yang memang punya nama besar, tapi dia adalah penulis yang terkenal, yeah ... terkenal karena kasus plagiatnya. Sebuah akun anonim menyerangnya di kolom komentar. Dia menggiring pembaca musiman serta kritikus dadakan kembali kesebuah laman pengungkapan penjiplakan penulis dengan nama pena Ileana ini. Memang sangat menggemparkan lagi, karena kali ini sajak sepanjang dua belas baris itu sama persis dengan apa yang dimuat dalam rubrik puisi hati majalah remaja Young Okay! Yang saat ini sudah tak berkiprah lagi, tapi dulu majalah ini sangat terkenal pada masanya. Cyra dicecar habis-habisan oleh editornya, dan juga mengatakan kalau dia memang benar menjiplak dari sana maka akan ada kompensasi yang mesti dia bayar. "Aku tak mungkin melakukan hal itu, puisi itu aku buat sejak aku masih sekolah dan itu memang sudah lama sekali." Cyra mulai membantah, tak mungkin dia mengakui apa yang dia tak lakukan. "Bukti yang kau punya ada? Kalau ada tunjukkan padaku." Pernyataan ini bagai sebuah hinaan bagi Cyra, dia tak terima tapi bagaimana cara membuktikannya? Apa yang harus dia tunjukkan? "Aku tak bisa membuktikannya tapi percayalah itu tulisanku." Cyra terdengar puus asa. "Percaya? Ini bukan hukum akhirat Cyra! Kita masih hidup dimana orang-orang melihat hitam diatas putih. Kami juga bukan Tuhan yang tahu segalanya apa itu benar milikmu ... begini saja, kau revisi tulisan itu, buat sajak yang baru, bukankah kau dulu bisa melakukannya? Artinya tak masalah bagimu untuk membuat yang baru." Wanita itu berkata dengan nada tegas dan sangat jelas. "Kalau aku merevisinya, artinya aku membenarkannya. Kalau memang aku mencontoh karya Rany itu, katakan pada si Rany untuk datang menemuiku! Katakan kalau itu memang dia yang membuatnya." Cyra sudah mulai sangat kesal sekali saat ini. Benar saja, kalau memang ada yang merasa karyanya dijiplak, kenapa harus orang lain yang sibuk? Kenapa tidak orang yang punya karya itu saja? "Aku bersedia mengubah segalanya jika yang memiliki karya yang datang padaku dan membuktikan dia yang membuatnya, aku yakin kalau itu aku yang membuat dan keluar dari kepalaku!" Cyra makin kesal lalu menutup sambungan itu. Diseberang sana sang editor hanya menggelengkan kepalanya saja, dia yakin Cyra tak melakukan itu, tapi hidup ini realistis mana mungkin orang percaya hanya dengan pernyataan saja. *** "Cyra ... ileana ... kau akan hancur mulai sekarang." Desis laki-laki itu yang kini menatap layar komputernya. Tok ... Tok ... Tok ... "Masuk." Jawabnya dari dalam. Bunyi langkah kaki terdengar mendekat. "Tuan, bagian legal sedang mempersiapkan segala buktinya." Suara bariton milik Malken ini memecah sunyi diruang Varen. "Bagus, dan terus tekan wanita ini agar dia mengakui segalanya. Pastikan dia menyesali penolakannya." Varen berkata dengan tenang tapi terlihat geram. "Baik Tuan, akan dilaksanakan sesuai perintah." Jawabnya singkat sambil menundukkan kepalanya. "Awasi kembali wanita itu dan laporkan padaku dan juga ... cari kelemahannya, pastikan itu yag membuatnya jatuh ke titik terendah karena dia seenaknya mengakui karya Rany-ku sebagai miliknya." Dia kemudan menggertakan giginya. "Sudah kusuruh orang untuk mengawasi kegiatan sehari-harinya nanti akan saya laporkan lagi." *** Ditempat inilah Cyra sekarang berada, kembali dipinggir laut yang luas mendengarkan alunan ombak yang saling sahut dan merasakan angin yang bertiup. "Menyebalkan sekali! Siapa sebenarnya Rany Arago itu? Kalau memang dia merasa karyanya kutiru harusnya dia yang mendatangiku sekarang juga! Kenapa juga harus akun anonim! Kalau memang bertemu dengan orang itu akan kutanya habis-habisan darimana dia mendapatkan tulisanku itu! Aaaarggghhh sial!" Dia menjerit-jerit disana saking kesalnya. Tempat ini memang sepi, jarang ada yang tahu baik itu turis lokal apalagi mancanegara, disinilah biasanya Cyra meluapkan semua kekesalannya, baik itu karena dimarahi oleh bosnya atau kesal karena banyak masalah menghimpitnya. Puisi-puisi itu dia letakkan diceritanya karena dia saat ini terkadang tak sempat untuk memikirkan menulis deretan baris indah yang sedikit menguras otaknya, sekarang dia hanya memikirkan tentang plot cerita saja yang dia kembangkan dari tulisan sajak yang dia buat, rentetan kalimat itu sangat indah digabungkan dengan cerita yang dia buat karena jelas dia memikirkan detil yang terjadi saat menuliskan ceritanya, disamping dia membangun kembali ‘rasa’ yang dia ciptakan saat menulis itu. *** “Tuan, Saya sudah menemukan tentang wanita itu.” Kali ini Malken menemui Varen yang masih dengan santainya menatap layar komputer yang ada dihadapannya. “Katakan saja.” Dia masih sibuk dengan benda yang ada didepannya ini, kali ini dibarengi dengan mengetikkan sesuatu di keyboard itu. “Seperti yang saya katakan saat beberapa hari yang lalu tentang Neneknya, wanita itu hanya tinggal bersama neneknya setelah ayahnya meninggal.” Ucapnya. “Ibunya?” Varen bertanya lagi. “Ibunya sudah meninggal karena sakit setelah kematian ayahnya -,” Malken ragu untuk melanjutkan perkataannya, karena ini akan membahas hal sensitif yang menyangkut Varen. “Lanjutkan saja.” Varen seakan mengerti dengan jeda yang diberikan oleh Malken. “Ayahnya meninggal karena apa?” Varen bertanya lagi, dia bukan penasaran hanya sekedar ingin menuntaskan kalimat Malken yang menggantung saja. “Ayahnya adalah pengemudi truk yang menabrak kendaraan yang ditumpangi oleh keluarga Anda saat itu.” Ucapan Malken ini membuat Varen seketika menghentikan jarinya yang daritadi dengan sangat lancar mengetik di keyboarnya. “Apa kau bilang?” Varen kembali ingin memastikan ucapan yang didengarnya barusan. “Ayahnya adalah orang yang menabrak kendaraan -” “SIAL!” Varen langsung meninju meja dengan keras, makin kesal dirinya saat ini pada wanita yang bernama Cyra itu. “Pastikan informasi itu benar.” Varen terdengar sangat geram sekali sekarang ini. “Ini Informasinya Tuan.” Malken menyerahkan sebuah tablet pada Varen dan membeberkan bukti kasus kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya dan juga kekasih hatinya itu. Wajah Varen sangat memerah dia sangat membenci situasi ini, sangat tidak mengenakkan dan membuat dadanya makin sesak. “Cyra … kau harus membayarnya!” Desis Varen lagi, dan hal ini disadari oleh Malken, dia tahu rasa benci laki-laki ini pada Cyra makin mendalam. Malken malah merasa takut kalau-kalau sampai akhirnya Varen hilang akal dan membuat Cyra benar-benar menjadi hancur. Ada hal yang bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki harta melimpah dan juga kekuasaan. Mereka bisa membuat siapa saja menghilang dan menderita dengan semua yang mereka miliki. Entah kenapa saat itu juga Malken merasa sangat iba dengan wanita itu. “Tuan, aku harap kau bisa berpikir dengan tenang dan jernih.” Ucap Malken pada Varen, dia memberikan saran. “Tau apa kau tentang penderitaan? Wanita ini harus dibuat menderita! Kau tahu kenapa? Karena dia mendapatkan banyak keuntungan dengan apa yang dia lakukan. Dia juga membuat kata-kata yang dibuat oleh Rany-ku menjadi miliknya. Dia pikir dengan siapa saat ini dia berurusan? Aku bukan orang yang bisa bermanis-manis! Lakukan dengan cepat, suruh team legal untuk segera menuntutnya.” Ucapan Varen yang bagai sebuah perintah yang harus dikerjakan saat itu juga, karena itu Malken langsung keluar dari tempat Varen dan segera menghubungi pihak terkait untuk mempercepat proses itu. *** Sampai dirumahnya saat ini, disana sudah ada tamu seorang wanita yang dia juga tak terlalu mengenalnya. “Kau Cyra?” Tanyanya pada Cyra saat dia melangkah masuk kedalam rumah. Cyra memperhatikan wajah neneknya yang terlihat menahan marah padanya. “Ya.” Dia lalu memandang wajah neneknya lagi, dan wanita itu sepertinya ingin sekali memukul Cyra, dan Cyra hafal betul dengan wajah ini, sudah lama neneknya ini tak memperlihatkan wajah yang demikian, terakhir adalah saat dia marah pada Cyra karena Cyra tidak jadi meneruskan kuliah karena alasan mengobati dirinya. “Kalian bicara saja.” Ucap wanita paruh baya itu lalu dia meninggalkan Cyra dan wanita itu disana. Suara itu membuat Cyra sedikit merinding, ini pasti ada hal buruk yang terjadi, batinnya makin tak enak. “Kau?” Tanya Cyra lagi. “Nina Zalia, Editormu Sayang.” Ucap wanita itu sambil tersenyum manis sekali! Ini tak seperti bayangan Cyra bahwa editornya ini masih sangat modis diusia yang sangat matang, di jaringan dunia maya memang wanita ini tak pernah menampilkan wajah aslinya, sama halnya dengan Cyra, tapi editornya ini jelas sangat tahu dengan Cyra karena dia bisa melihat Kartu pengenal Cyra yang tak jauh beda dengan dirinya saat ini. “Oh …” Hanya itu kata yang mampu keluar dari mulut Cyra. “Aku terpaksa menemuimu disini, kau tahu kenapa? Karena masalahnya makin runyam sayang!” Ucapnya lagi. Alena masih tak percaya dia yang hanya penulis biasa sekali ini, tiba-tiba didatangi langsung oleh editornya karena masalah yang katanya penjiplakan. “Kau tahu, mungkin saat ini kau sedang tak menyadari kalau kau mendapatkan masalah besar Cyra.” Wanita bernama Nina ini berkata dengan sangat berat. “Maksud Bunda bagaimana?” Cyra tak percaya dengan apa yang barusan dia dapatkan. “Kali ini, seseorang yang mewakili nama Rany Arago sudah sounding ke kita tentang penuntutannya atas kekayaan intelektual yang kau ambil, sampai disini apa kau sudah menangkap maksudku?” Tanyanya lembut dengan Cyra. “Tapi …” “Kau selalu menyangkal, ini demi kebaikanmu, jika kau masih ingin terus berkiprah didunia literasi ini, maka kau harus mengubah semuanya, atau kalau kau tak mengubahnya maka bersiaplah untuk menghentikan karirmu disini Cyra.” Lugas, tegas dan jelas kalimat yang disampaikan wanita itu pada Cyra membuat wanita muda itu tak habis pikir dengan kejadian ini. “Bunda, kau harus percaya padaku, jika memang Rany itu menuntut kita, setidaknya dia harus bertemu terlebih dahulu denganku, dan bicarakan hal ini baik-baik. Aku sangat tak tahan dengan semuanya ini, aku penasaran darimana dia bisa mendapatkan tulisanku itu.” Cyra kali ini berkata dipenuhi dengan emosi. “Ini memang pilihan sulit Cyra, kau lakukan atau tidak semua kembali padamu, karena tulisanmu semuanya akan di take down malam ini dari platform kita.” Ucapnya lagi. “Bunda tapi ini tak seperti yang …” “Sudah kukatakan, jika Kau ingin mengakhiri karirmu didunia literasi, Kau harus ubah yang dikatakan anonim itu.” “Baiklah, take down saja ceritanya.” Ucap Cyra berkeras, karena yang ada dipikirannya hanya satu, jika dirinya mengubah sama artinya dia membenarkan apa yang saat ini terjadi, dia membenarkan atas tuduhan orang lain kalau dia menjiplak milik orang lain. “Cyra apa kau yakin?” Ulang editornya lagi. “Sangat, Aku yakin sekali kalau itu adalah tulisanku, jika aku mengubahnya artinya aku membenarkan tuduhan mereka. Jika pihak platform ingin menariknya agar tak dipublish lagi ya silakan saja.” Cyra terdengar sangat putus asa. “Tapi Cyra, masalah lain adalah, identitasmu sepertinya sudah mulai tersebar dan kupikir itu tak baik untukmu.” wanita itu masih membujuk Cyra. “Identitas? Maksudnya?” Cyra merasa sudah lama dia tak bermain media sosial artinya apa yang dia lakukan harusnya tak membuat celah tentang dirinya. “Entah mereka mendapatkan hal ini darimana tapi yang jelas dibeberapa grup kepenulisan sudah tersebar tentang informasimu.” Nina berkata lemah. “Aku akan mengatasinya.” Cyra berkata dengan sangat berat. “Aku pergi dulu, kuharap kau bisa mempertimbangkannya, kutunggu berita baik darimu sampai malam ini, karena pihak platform kita menunggu kabar baik darimu.” Ucapnya lagi. “Terima kasih Bunda, tapi aku akan tetap mempertahankan apa yang menjadi keyakinanku.” Cyra berkata dengan sangat mantap. *** Ditempat lain, Farras Alsaki, yang merupakan saudara dari Varen, dia mengikuti berita tentang Ileama ini, dia juga mengetahui bahwa sepertinya wanita ini akan terkena masalah besar karena sudah berani menyenggol sang Kakak yang cinta mati dengan mantan kekasihnya yang sudah tiada ini. “Tapi, jika memang bukan dia pelakunya, darimana Rany mendapatkan sajak-sajak itu? Apa mungkin Rany dan Ileana ini ada hubungannya?” Gumam Farras perlahan. Sebenarnya Farras mendapatkan sajak itu tanpa sengaja, saat dia mencari kumpulan majalah anak-anak miliknya yang disimpan digudang dia menemukan kotak barang-barang peninggalan Rany yang ada pada kakaknya, dan disana terdapat selembar sajak yang saat dibacanya sepertinya masuk dengan ceritanya, lalu dia menuliskan sajak itu dengan sedikit memodifikasinya. Saat dia dituduh sebagai plagiat oleh bloger sialan itu, dia benar-benar merasa terpukul, tapi dia tak mau mengakuinya, yang akhirnya dia melarikan diri dari situasi kacau itu. “Apa mungkin malah bukan Ileana yang menjiplak tapi Rany?” Gumamnya lagi. Dia menyamakan sajak yang ditulis Rany itu dengan tulisan milik Ileana yang sama persis, tanpa diubah seperti yang dia lakukan, dia merasa kalau sepertinya bukan Ileana yang menjiplak, tapi malah Rany yang mengambil karya milik Ileana ini. Otaknya kembali berpikir, kalau dia mengatakan pendapatnya seperti itu saja pada kakaknya, jelas sekali dia akan kena marah habis-habisan belum lagi kekacauan yang dia timbulkan kemarin. “Aku harus mencari tahu tentang hal ini, harus!” Tekadnya terdengar bersemangat sekali saat ini. Handphonenya berdering, tulisan “Informan” tertera disana, ini adalah Redi, salah satu orang kepercayaan Farras yang bisa memberikan informasi tentang Varen kepadanya. “Tuan Farras, kita tak bisa terus-terusan membohongi Kakakmu, lama-lama dia juga akan tahu dimana kau bersembunyi.” Redi berkata khawatir pada Farras. “Kau atur saja agar kakakku tak tahu dimana keberadaanku.” Ucapnya santai. “Tapi Tuan …” suara keberatannya bisa ditangkap dengan jelas. “Sudah jangan ada kata tapi. Ikuti saja perintahku, aku memang tak sehebat kakakku, tapi hanya kau saja orang yang bisa kupercaya.” Ucapnya lagi pada laki-laki itu. “Baiklah, aku akan terus berusaha mengalihkan pencarian mereka.” jawabnya lemah. “Dimana kakakku sekarang? Apa dia masih di Jepang?” Farras bertanya keberadaan Varen, karena sepertinya Varen pasti sangat sibuk dengan orang yang menjiplak karya milik mantan kekasihnya itu. “Tuan Varen sedang ada di Belitung.” “Apa dia sedang menyelidiki Ileana?” Tanyanya penasaran. “Ya Tuan, sekarang kudengar bagian legal sedang mempersiapkan berkas untuk menuntutnya, tapi nanti akan aku cari tahu lebih dalam lagi.” pernyataan yang diberikan oleh Redi ini membuat Varen tersenyum simpul. “Baiklah kalau begitu, hubungi aku lagi jika kau sudah mendapatkan berita penting lagi.” Farras langsung mematikan sambungan telpon itu. “Varen … Rany … Ileana … Aku penasaran apa yang akan terjadi nantinya.” Farras lalu menghela nafasnya, entah kenapa saat ini dia malah kasihan pada wanita pemilik nama Ileana itu. “Ileana, kau harus menjadi wanita yang kuat karena kau sedang berurusan dengan bosnya monster.” Farras berkata sambil berjalan menuju kasur empuknya dan kemudian memejamkan matanya ya g sudah sangat berat. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD