Gadis Kesayangan

1228 Words
Rinai hujan menghiasi kota sejak tadi pagi. Namun warna-warni pelangi tidak juga menghampiri bumi untuk menghibur hati yang iri pada hubungan intim manusia lain. Lima hari setelah petualang malam yang Arion lakukan, ia dan Sandra sudah janjian dengan salah seorang dokter spesialis. Beliau dokter seksolog yang bertugas di salah satu Rumah Sakit kenamaan di Kota. Tuan Arion berharap, ia dapat menyelesaikan semua urusan dan masalahnya kali ini agar mendapatkan kebahagiaan masa mudanya. "Kamu harus benar-benar mendengarkan penjelasan beliau dan cobalah untuk aktif bertanya! Agar semuanya terselesaikan dan berjalan lancar, Arion!" saran Sandra tampak serius. "Bertanya dan banyak bicara? Itu bukan keahlian saya," elaknya sambil melepaskan kacamata hitam dari wajahnya. "Kali ini saja. Simpan kesombongan kamu, Arion!" "Hemh," sahut Arion yang memang terdengar sangat simpel, namun merupakan ciri khasnya. Di sudut lain, sekitar pukul 11.00 WIB. Cahaya siang hari mulai menyilaukan mata seorang perempuan muda. Dengan sigap ia menarik topinya turun untuk menaungi mata indahnya nan bulat besar dari sengatan mentari yang ganas. Ia berlari sangat cepat agar bisa tiba tepat waktu di tempat, di mana ia mencari rezeki untuk memenuhi semua kebutuhan adik dan juga mamanya yang tengah sakit keras. Alexa adalah wanita lincah dan periang. Usianya genap 24 tahun dan ia sudah bekerja keras selama lebih kurang tiga tahun terakhir, tepatnya setelah keluarga besar Alexa mengalami kecelakaan hebat dan menewaskan papanya. Tiiin. Klakson mobil menjerit ketika kaki jenjangnya yang indah, hampir saja bertabrakan kuat dengan mobil mewah berwarna merah. Sambil menundukkan kepala dan meletakkan tangan di depan d**a, Alexa membuka mulutnya guna membuat kode sederhana untuk meminta sebuah kata maaf dari sang pengemudi. Iya, gadis yang satu ini sangat ceroboh. Apalagi saat ia merasa benar-benar lelah. Jika dilihat-lihat, Alexa cenderung memiliki wajah yang cemerlang. Ia seperti tidak punya beban, walaupun tulang dan dagingnya sudah tidak lagi terasa. Bekerja dari pagi ke pagi lagi, tidak membuat Alexa mengeluh apalagi putus asa. Di dalam otaknya saat ini hanya ada mama dan juga adiknya. Mama harus sembuh dan Mayang harus menyelesaikan sekolahnya. Bagi Alexa, cukup ia saja yang tidak bisa melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah karena memang tidak memiliki waktu luang untuk ke kampus dan belajar. Ditambah lagi dengan biaya yang mahal, semakin menyurutkan keinginan Alexa untuk memiliki titel yang mampu membantu untuk mengangkat wajahnya. "Akhirnya, sampai juga," ujar Alexa sambil memegang kedua kakinya yang terasa berat seraya mengatur napas, ketika tiba disebuah toko kue dan roti modern. "Kamu hampir terlambat," tegur Kepala Kasir sambil menatap sinis ke arah Alexa. "Untungnya tidak. Ini bukan yang pertama kalinya, bukan?" tanya Lukas yang merupakan karyawan senior dan selalu menjadi tameng bagi Alexa. Lukas adalah orang yang memberikan jalan keluar berupa pekerjaan kepada Alexa dan memiliki tempat tinggal tidak jauh dari kontrakan Alexa. Bagi perempuan mandiri yang satu ini, Lukas adalah sosok laki-laki yang baik dan memiliki senyum menawan. "Terima kasih, Mas." "Segera ganti pakaianmu! Jangan sampai kamu benar-benar terlambat." "Iya, Mas." "Apa istimewanya dia?" tanya Mira sambil menyilangkan kedua tangan di depan d**a dan menatap Lukas untuk segera mendapatkan jawabannya. "Dia adalah gadis yang baik dan pekerja keras. Dia bukan tipe orang yang hanya suka mengeluh dan memandang remeh orang lain, seperti dirimu." "Cukup!" bentak Mira dengan matanya yang melotot. "Ok," sahut Lukas semakin ketus pada mantan kekasihnya tersebut, sembari memutar badan dan meninggalkannya dalam amarah. Di ruang ganti, Alexa mengenakan pakaian seragamnya jauh lebih cepat hingga ia lupa dan melewatkan salah satu kancing bajunya yang terletak di deretan perut, sehingga memperlihatkan bagian perutnya yang ramping serta putih dan mulus. "Alexa!" teriak Lukas yang memang selalu memperhatikan Alexa yang sangat ia kenal sebagai gadis ceroboh. "Iya, Mas?" sahut Alexa yang baru saja keluar dari ruang ganti sembari merapikan rambutnya. "Ini terlalu indah untuk dinikmati banyak orang," kata Lukas sambil menyatukan dan mengaitkan kancing baju yang Alexa kenakan. Saat itu, Alexa terdiam dan jantungnya berdetak lebih kencang daripada biasanya. Tidak, bukan hanya Alexa. Tetapi Lukas juga merasakan hal yang sama, bahkan Mira yang menyaksikan kejadian tersebut pun sangat terbakar hatinya. "Sial," ucap Mira sambil menarik sisi bibir kanannya ke samping atas. "Terima ... ." Alexa ingin mengucapkan rasa terima kasih sekali lagi, tapi Lukas menahan bibirnya dengan cepat. "Suuut! Pergilah bekerja!" Kemudian Alexa menganggukkan kepalanya sambil menatap Lukas yang tampak semakin memesona baginya. Sore menjelang malam, Alexa kembali mengganti pakaiannya dan kali ini ia juga menumpang mandi di tempat kerja pertamanya. Karena jika harus pulang ke rumah, maka dia akan kehilangan banyak waktu. Alexa tidak ingin terlambat, apalagi sampai dipecat. Dia butuh uang untuk hidup dan keluarganya. Selesai membersihkan diri, Alexa langsung menyantap makan malam yang memang sudah ia siapkan sejak pagi. Nasi dengan lauk sederhana berupa tempe goreng dan tumisan kacang panjang, menjadi menu makanannya malam ini. Tangan Alexa bergerak cukup cepat dalam menyuap makanan ke dalam mulutnya, sementara matanya mencari sosok Lukas yang ternyata sudah pulang sehingga tidak lagi terlihat olehnya. Selang 20 menit berlalu, Alexa kembali membereskan kotak makannya dan ia memulai perjalanan ke tempat kerja kedua yang jaraknya cukup jauh. Tanpa mengeluh, Alexa terus bergerak sembari membuang bulir-bulir keringat di dahinya. Suara musik diskotik yang khas dan seru diiringi cahaya dari warna-warni nan kontras, kembali menyambut kehadiran Alexa. Senyumnya pun merekah dalam lelah. "Welcome, Alexa! Selamat berjuang dalam menjaga dirimu dari godaan laki-laki hidung belang malam ini!" Dengan langkah pasti, Alexa memasuki pintu belakang dan langsung membuka tas serta jaket yang kemudian ia simpan di dalam loker. 'Tak ingin membuang banyak waktu, Alexa langsung merapikan rambut dan wajahnya sembari menorehkan pewarna bibir hingga menonjolkan bentuk bibirnya yang bervolume serta seksi. Selain itu, Alexa juga tidak lupa untuk merapikan seragam setelan miliknya yang bernuansa merah berani. Ia menarik sedikit pinggang roknya ke atas dan baju sepenggal ke bawah, sehingga memperlihatkan bagian perut dan atasan dadanya yang menyembul sempurna dan tampak kencang. "Saya sudah siap," kata Alexa yang selalu memompa dirinya untuk terus bekerja keras. "Waiter!" teriak salah satu pengunjung abadi di diskotik ini sambil berteriak dan mengangkat tangan kanannya. Lalu dengan langkah lincah, Alexa mendekati laki-laki yang biasa menawar tubuh indah miliknya untuk bersenang-senang. "Ya, Tuan?" sahut Alexa dengan nada yang lembut, namun tidak menggoda seperti yang lainnya. "Ada yang bisa saya bantu?" "Bagaimana dengan malam ini? Apa kamu mulai melemah, Baby?" tanyanya sambil tertawa, dengan tangan yang menyentuh dagu Alexa nan lancip. "Maaf, Tuan. Sebaiknya Anda berhenti menawar tubuh saya! Karena saya tidak datang untuk menjualnya." "Sombong, kamu memang sombong seperti sebelumnya. Tapi saya sangat suka gaya kamu itu. Menurut saya, jika suatu saat nanti saya mendapatkan kamu, maka saya akan meminum alkohol yang mahal ini dari cawanmu hingga puas." Kemudian laki-laki tersebut tertawa jahat hingga puas. "Apa Anda tidak jadi memesan? Karena saya harus kembali bekerja. Permisi." Alexa berjalan meninggalkan laki-laki bertubuh gempal dengan lingkar pinggang yang besar tersebut. "Alexa!" "Iya, Bos." "Malam ini, ada yang ingin bertemu denganmu dan ia meminta kepada saya agar kamu melayaninya untuk minum." "Bos." "Hanya sebatas minum. Tenang saja, saya sudah mengatakan kepadanya bahwa kamu berbeda. Kamu hanya bekerja sebagai pelayang, bukan pekerja seks komersial. "Baik, Bos. Saya percaya kepada Anda." "Jika ia macam-macam, maka saya sendiri lah yang akan turun tangan." Diego adalah laki-laki yang pernah Alexa tolong saat terjadi perampokan. Sehingga ia sangat perduli dan memprioritaskan keamanan Alexa, walaupun perempuan itu bekerja di diskotik liar miliknya. "Baik, Bos." Kemudian Alexa memasuki ruangan khusus untuk melaksanakan pekerjaannya. Bersambung. Jangan lupa tab love dan follow aku jika suka. Makasih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD