DIMANA INI?

1618 Words
"Hari sudah semakin gelap, mengapa team penjelajah belum kembali?" cemas Pak Rino yang berjalan bolak balik dengan jarak satu meter. Selang berjalannya waktu kegelapanpun melanda mereka dengan di bantu cahaya api unggun yang sembari menghangatkan mereka di tengah hutan. Kecemasan para guru serta siswa-siswi yang lain kini menghantui benak mereka, bahkan sempat membayangkan sesuatu hal yang mengerikan terjadi. Malam yang dingin kini menjadi udara terupdate saat itu, sementara team penjelajah belum juga kembali. Memutuskan untuk mencari mereka di tengah hutan dengan penuh kegelapan adalah hal yang mustahil apa lagi membiarkan murid yang lainnya berpencar di tengah hutan itu ide yang sangat buruk. Suasana sunyi kini mengelilingi perkemahan mereka, Fizi beserta teman seperkumpulannya itu terlihat sangat bahagia akan hal yang menimpa team penjelajah, dimana team penjelajah tidak berada di sekitarnya. Terlihat jelas mereka menganggap hal yang terjadi pada team penjelajah merupakan hal yang sangat kecil, apalagi team penjelajah adalah orang-orang yang mereka benci selama ini. *** Di Suatu tempat yang memiliki pemandangan yang Indah dengan pasir putih, air jernih, suara ombak, dan kicauan burung-burung dengan sinar matahari pagi yang menyilaukan. Terlihat jelas terdapat empat gadis dan tiga pemuda yang terdampar tidak sadarkan diri dengan posisi yang tidak beraturan. Karena sinar mentari yang terpapar dengan langsung membuat mereka merasa terganggu hingga akhirnya kedua ufuk mata kini mulai terbuka dengan melihatkan sinar mentari yang begitu menyengat tepat di hadapan mereka. "Aw" rintihan mereka sambil memegang kepalanya. "Kita ada dimana?" tanya Yura sambil membenarkan perasaannya yang sedari tadi tidak sadarkan diri. "Tubuhku terasa sakit semua" keluh mereka bersamaan dan menyadari bahwa mereka berada di pulau lain. Melihat bentuk pulau yang berbeda mereka pun bangkit dari duduk, dan melihat air laut dengan ombak yang sedang menari-nari seakan ingin menghampiri mereka. Rasa kekhawatiran atas keselamatan tentu saja menghantui benak mereka, apa lagi tidak ada satu kendaraanpun yang bisa membawa mereka pergi dari pulau yang mereka pijak itu. Ombak kini semakin tinggi, wajar saja mereka merasa takut dan memutuskan untuk melarikan diri. Namun larian mereka terhenti ketika mendengar teriakkan seseorang menghentikan mereka dari belakang dimana melihatkan seorang wanita keluar dari ombak tersebut mengenakan pakaian bangsawan berwarna biru tua. Wanita itu semakin dekat dengan mereka hingga berada dihadapan mereka semua. Dalam ketakutan mereka datang lagi satu orang wanita dan satu orang pria dari hutan mengenakan pakaian bangsawan berwarna hijau dan pink, dari langit datang dua wanita dan dua pria mengenakan pakaian bangsawan berwarna Ungu, Putih, Abu-abu, dan kuning. "Si... Siapa kalian?" tanya mereka gugup dengan rasa takut. Nihil. Ke delapan orang aneh itu sama sekali tidak menjawab, mereka hanya meninggalkan senyum di masing-masing bibir mereka. "Siapa kalian" tanya Yura memberanikan diri. "Iya. Siapa kalian? Dan tempat apa ini?" tanya Ragil. "Bukannya kami berada di depan Batu raksasa itu, tapi mengapa kami bisa ada disini?" sambung Roby. "Sebelumnya, perkenalkan namaku storm" balas wanita yang mengenakan pakaian khas kerajaan putih sambil membungkukkan sedikit tubuhnya memberi hormat kepada Yura "Aku Aqua" kata wanita yang mengenakan pakaian khas kerajaan berwarna biru tua. "Aku Electric" kata pria yang mengenakan pakaian khas kerajaan berwarna ungu. "Aku Blink" kata wanita yang mengenakan pakaian khas kerajaan berwarna pink. "Aku Free" kata pria yang mengenakan pakaian khas kerajaan berwarna hijau. "Aku Sun Light" kata wanita yang mengenakan pakaian khas kerajaan berwarna kuning. "Aku Air" kata pria yang mengenakan pakaian khas kerajaan berwarna abu-abu. Yura, Novi, Ezra, Dia, Roby, Sesilia dan Ragil hanya menatap takut kepada empat wanita dan tiga pemuda itu. "Tenang, kalian tidak perlu takut kepada kami" ucap Electric. "Iya, kami adalah lambang dari kekuatan elemen yang kalian miliki" sambung Storm. "Tunggu dulu! Aku tidak mengerti" kata Novia. "Bukannya kamu yang kami lihat saat dalam perjalanan menuju pulau tersembunyi?" tanya Ezra. "Iya, yang kamu katakan itu benar" jawab Aqua. "Sebelumnya kamu mengatakan kalung, tapi kalung apa?" tanya Sesilia. "Kalung? apa kamu ingat saat di toko itu?" tanya Sun Light seperti mengetahui sesuatu. Flashback.... Dua hari sebelum berangkat tour. Disekolah SMK Panca Karsa. "Announcement, announcement, announcement" terdengar suara seorang lelaki yang keluar dari toa. Semua siswa/siswi segera berkumpul dihalaman belakang, atas perintah dari seorang lelaki yang mungkin akan memberikan kabar atau berita terupdate untuk sekolah mereka. "Ada apa ini?" bisikan siswa/siswi yang sangat berisik. "Tenang-tenang!" perintah Pak Nurmin kepala sekolah SMK Panca Karsa. Suara bisikan siswa/siswi pun terhenti karena perintah dari Pak Nurmin. "Saya disini mengumpulkan kalian semua, karena ingin memberitahukan bahwa anak kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran akan Tour selama tiga hari di pulau tersembunyi pada tanggal dua puluh dua hari Senin" kata Pak Nurmin. "Pulau tersembunyi?" tanya mereka semua bingung karena tidak pernah mendengar atau melihat maupun pergi kesana. "Bukan hanya kelas XI Administrasi Perkantoran, Team Penjelajah, Team Peneliti, dan Team PMI, wajib ikut" jelas Pak Nurmin dan memberikan mic kepada Bu Suli wakil Kepala Sekolah. "Sekarang! Bagi siswa yang tidak ikut bisa masuk ke kelas masing-masing dengan tertib!" perintah Bu Suli. Pak Nurmin pergi meninggalkan yang lainnya dengan diikuti oleh Siswa/siswi yang lainnya langsung masuk ke kelas masing-masing meninggalkan Kelas XI Administrasi Perkantoran, Team Penjelajah, Team Peneliti, Team PMI, Bu Suli, Pak Rino dan Bu Murni. "Bagi para Team diharapkan membawa perlengkapan dengan lengkap, begitu juga dengan yang lainnya. Kalian semua akan dibimbing oleh Pak Rino dan Bu Murni" kata Bu Suli sambil menunjuk ke arah Pak Rino dan Bu Murni. "Sekarang kalian bisa masuk ke kelas kalian" perintah Bu Suli. Mereka semua yang berada di lapangan belakang segera masuk kedalam kelas masing-masing. Bell berbunyi pertanda pelajaran akan segera dimulai. Usai semua pelajaran terselesaikan sesuai jadwal bell pulang pun berbunyi. Mereka semua pulang ke rumah mereka masing-masing untuk mempersiapkan diri. Berhubungan besok hari libur, mereka memutuskan untuk mencari perlengkapan untuk perbekalan mereka nanti. Keesokan harinya... Kebisingan mulai terdengar dimana-mana. Suasana keramaian menggambarkan sebuah pasar yang penuh dengan masyarakat dengan kesibukannya masing-masing. Empat gadis dan dan pemuda itu terus menelusuri jalanan yang menggunakan motor berniat untuk mencari parkiran. Yura yang berada paling depan menghentikan motornya di suatu tempat yang disampingnya terdapat toko aksesoris yang sedang diskon murah hari ini namun tak sedikit menarik bagi mereka. Melihat hentian Yura, yang lain juga menghentikan motornya dan memarkirkan ke lahan parkir yang tidak jauh dari sana. Semangat berbelanja terlihat jelas di wajah mereka, hingga membawa mereka berhenti di salah satu toko aksesoris yang terlihat sepi. Toko itu seakan-akan memiliki daya tarik yang sangat menarik hingga mereka memutuskan untuk mampir ke sana. Baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam, Yura telah melihat tujuh buah kalung yang bergantung di sudut ruangan dan memiliki warna yang berbeda-beda dengan sedikit cahaya yang menyinari kalung tersebut. "Wow indah sekali" kagum Yura yang melihat tujuh buah kalung yang cocok dipakai wanita ataupun pemuda dengan berbeda-beda warna. Kalung itu memiliki masing-masing warna yang berbeda. Ada warna Putih, abu-abu, pink, biru, kuning, hijau, dan ungu. Saat mereka dengan bersamaan melirik kalung itu, merekapun memiliki hasrat untuk memilikinya. "Bu, yang itu berapa?" tanya Ezra menunjuk ke arah kalung yang dilihat Yura. "Kalung itu Indah sekali" gumam Novia. "Apa kalian melihat ke tujuh buah kalung itu?" tanya wanita paruh baya pemilik toko itu. Pertanyaan wanita itu membuat Yura, Novia, Ezra, Diah, Roby, Sesili, dan Ragil mengalihkan pandangannya secara bersamaan mengarah ke wanita itu. Tentu saja heran, perkataan wanita paruh baya itu seolah-olah menganggap mereka buta saja atau rabun jauh. "Maksudnya?" tanya Diah. "Iya... Apa kalian melihat ke tujuh kalung itu?" lagi-lagi wanita itu menanyakan hal yang sama kepada mereka ber-7. "Ya, tentu saja. Kenapa tidak" jawab Ragil. "Ada apa?" tanya mereka serempak. "Setiap orang yang memasuki toko ini, mereka semua sama sekali tidak bisa melihat ke tujuh kalung itu. Bahkan ada yang bilang bahwa saya itu wanita tua gila. Makanya toko saya sedikit sepi dari yang lainnya" jelas wanita itu. "Tapi, mengapa bisa?" tanya Roby. "Saya juga tidak tahu" singkat wanita itu. "Karena kalian bisa melihat ke tujuh kalung ini, saya akan memberikannya kepada kalian" kata wanita itu sambil mengambil ke tujuh kalung itu dan memberikannya kepada Yura, novia, Ezra, Diah, Roby, Sesilia, dan Ragil. "Tapi..." Ragu mereka serempak. "Tidak apa-apa, sekarang kalung itu milik kalian" ucap wanita itu memberikan kalung-kalung yang berbeda warna dengan gratis. Flashback off.... Kembali ke tempat dimana team penjelajah yaitu Yura, novia, Ezra, Diah, Roby, Sesilia, dan Ragil berada. Mengingat semua itu mereka mengeluarkan kalung yang sejak tadi berada disaku mereka. Disaat mereka mengeluarkan kalung itu, kalung itu mengeluarkan sinar dengan masing-masing warna yang berbeda. "Batu dari kalung yang kalian memiliki masing-masing warna yang berbeda bukan?" tanya Air. "Batu itu nanti akan membantu kalian saat berada di ujian nanti" seru Sun Light. "Sungguh ini sangat membingungkan" gumam Yura yang masih bisa di dengar yang lainnya. "Kalian semua sudah ditakdirkan untuk memiliki kalung itu dan menyelamatkan World Elements" kata Free. "Kalian adalah sebuah ramalan konu yang di tunggu-tunggu oleh ribuan nyawa di sini, sekarang biarkan kami masuk kedalam batu kalung itu dan menjadi kekuatan kalian" kata Storm. Yura, Novia, Ezra, Diah, Roby, Sesilia, dan Ragil hanya diam dalam bingung mereka. Satu persatu wanita dan pria yang ada dihadapan mereka masuk ke dalam liontin kalung itu. Sementara kalung yang ada ditangan mereka menghilang tiba-tiba. "Hey? Dimana kalung itu?" kaget Yura. "Aku semakin bingung dengan tempat ini" ucap Ezra. Setelah wanita dan pria itu pergi begitu juga dengan kalung yang telah hilang secara mendadak, pantai itu berubah menjadi hutan yang sangat menyeramkan. Dimana-mana terdapat asap hitam dan bentuk pohon yang mengerikan. Mereka kini saling menatap dengan kebingungan, tidak tau mau kemana karena mereka sama sekali tidak mengetahui ataupun mengerti akan apa yang telah terjadi. Mengingat akan perkataan orang-orang aneh tadi ketika mereka akan melalui ujian, percaya atau tidak percaya mereka langsung mempersiapkan diri untuk menghadapi hal yang akan menimpa mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD