Chapter 53 : Kecurigaan II

1140 Words
Setelah beristirahat dan bersantai sejenak di taman, kini Kenzie dan teman-temannya, kembali melakukan perjalanan. Mereka berjalan dengan dipimpim oleh Kenzie, sedangkan Zidan dan Kyra di tengah berisan, lalu Vani di barisan paling belakang. Ini tentu saja disusun karena mempertimbangkan banyak hal, terutama kewaspadaan terhadap serangan dadakan yang muncul entah dari mana, menyerang tanpa sebuah peringatan. Zidan memang benar sangat kuat jika berhadapan dengan lawan, tetapi kemampuan ilusinya itu memiliki batasan, sehingga Kenzie yang paling cocok untuk memimpin. Kenzie tentu memiliki cukup banyak kekurangan juga, tetapi ia mampu sedikit demi sedikit menutup kekurangan tersebut menggunakan refleks serta gaya berpedangnya yang lincah dan tangkas. Menghilangkan semua keresahan tidak berdasarnya dengan perlahan, Kenzie terus melangkah ke depan dengan terus waspada pada sekitar. Lirikan matanya terus bergerak ke sana sini, tidak mau kehilangan satu petunjuk pun dari sekitar. Selain itu, ia juga semakin mempertajam indera pendengarannya, demi dapat mengatasi rasa cemasnya yang berlebihan. Melihat Kenzie yang tampak sedikit aneh itu, Zidan pun segera berbicara pada Kenzie, “Apa kau sedang tidak enak badan, Kenzie? Jika kau memang tidak sedang dalam keadaan baik, katakan saja pada kami. Lalu, kita akan beristirahat saja untuk hari ini, tidak melakukan perjalanan. Besok barulah kita memulai perjalanan kita lagi. Bagaimana?” Usulan yang diberikan oleh Zidan memang bagus dan masuk akal. Namun, saat ini Kenzie tidak mau terlihat lemah, membantah, “Tidak apa. Aku baik-baik saja, kita teruskan perjalanan kita, jangan sampai petualangan kita berhenti hanya karena sesuatu yang tidak penting.” Kenzie benar-benar mencoba untuk bersikap seolah dirinya sedang baik-baik saja, tetapi faktanya tidak. “Kau tidak bisa berbohong pada kami ....” Kenzie lantas memalingkan wajah ke belakang, tersenyum tipis, “Aku tidak sedang berbohong. Lihatlah, aku masih baik-baik saja, yang itu artinya kita tidak perlu menghentikan perjalanan kita ini. Aku mengerti kalau kau khawatir, Zidan, tapi kau sungguh tidak perlu menghawatirkan aku yang sehat ini.” Tidak menghiraukan apa yang sudah Kenzie katakan, segera Zidan menghentikan langkah dan menyuruh Kyra dan Vani ikut berhenti. Sadar kalau teman-temannya sudah berhenti berjalan, Kenzie pun berbalik, kemudian melirik mereka semua dengan raut wajah bingung. Akan tetapi, ketiga temannya tentu sangat tahu pasti kalau saat ini Kenzie sedang berpura-pura. “Kenapa kalian malah berhenti?” Kenzie sedikit mengangkat bahu. Zidan lantas mengembuskan napas panjang, kemudian menjawab, “Maaf, Kenzie. Tapi aku kakiku sakit, jadi aku tidak dapat melanjutkan perjalanan untuk hari ini. bagaimana kalau kita beristirahat dengan tenang untuk sekarang dan melanjutkan perjalanan lagi pada esok hari. Aku rasa, kita juga tidak sedang terburu-buru. Iya, kan?” Tentu Kenzie tahu kalau Zidan baik-baik saja, tetapi bertindak seolah dirinya memang sedang sakit. Oleh karena itu, agar tidak menyulut pertengkaran antar teman, kali ini Kenzie menurunkan egonya dan menuruti usulan baik dari Zidan. “Baiklah, Zidan, karena kakimu sedang sakit, maka kita terpaksa harus menghentikan perjalanan kita pada hari ini ....” Mendengar jawaban bijaksana itu, Zidan pun tersenyum tipis, bangga dengan Kenzie yang tidak selalu mempertahankan egonya sendiri. “Terima kasih, Kenzie. Untung kau mengerti keadaanku sekarang. Aku sungguh beruntung bisa mengikuti orang sebaik dirimu.” Kalimat yang diucapkan oleh Zidan memang terkesan sedikit berlebihan, tetapi Zidan mengucapkan itu tanpa ada maksud apa pun di baliknya. *** Dua minggu pun berlalu tak terasa semenjak Parvis memulai perjalanannya untuk mencari Kenzie dan teman-temannya. Ia tentu masih belum dapat memastikan kalau keempat orang yang ia curgai itu, benar adalah orang yang datang atas perintah dari para siluman, untuk mengamati dan memberikan informasi. Untuk itulah, sekarang Parvis sedang ingin menyelidiki terlebih dahulu, sebelum memutuskan apakah kecurigaannya benar atau mungkin hanya sebuah kecurigaan tak berdasar yang salah. Perjalanan inilah yang nantinya akan membuat sebuah Parvis menentukan, apa Kenzie, Zidan, Kyra dan Vani merupakan bagian dari para siluman atau bukan. Kecurigaan Parvis tentu memiliki dasar yang cukup kuat, yakni informasi mengenai dirinya mampu menggunakan ‘Mana’ dan menggunakan Petir, diketahui oleh salah satu siluman, yaitu Gu. Padahal, Parvis sangat tahu kalau para siluman pasti tidak akan bisa mengetahui rahasia yang hanya diketahui oleh dirinya serta para penduduk desa yang ia lindungi, dan juga Kenzie, Zidan, Kyra dan Vani, yang baru ia temui. Alasan lainnya, Kenzie membahas tentang pecahan Pedang Excalibur, bisa saja karena Parvis dengan tegas mengatakan kalau dirinya memang memiliki pecahan Pedang Excalibur itu. Kalau saja Kenzie membahas tentang pecahan Pedang Excalibur sebelum Parvis mengatakan itu, maka kecurigaan Parvis bisa menghilang dengan satu bukti itu. Namun, sangat disayangkan kalau Kenzie membahas pecahan Pedang Excalibur setelah Parvis mengatakannya. Kecurigaan ketiga adalah, dari strategi p*********n yang dilakukan oleh para siluman. Pasukan siluman yang dikerahkan memang banyak, tetapi tidak sebanyak pasukan yang seharusnya. Mereka juga menyerang dengan sedikit terburu-buru, seakan strategi mereka memang baru diatur mungkin satu hari atau bahkan malam sebelum p*********n. Hal itu memang tidak terlalu dapat diandalkan menjadi bukti, tetapi cukup untuk mendukung kecurigaan Parvis pada Kenzie dan teman-temannya. Ia juga sudah sangat mengerti kalau para siluman tidak dapat bertahan terlalu lama di sekitar desanya, jadi bisa saja mereka memang kebetulan menemukan desanya itu dan segera menyerang setelah persiapan yang tidak begitu matang. *** Meski sudah melakukan perjalanan selama dua kurang lebih minggu, Kenzie dan teman-temannya masih belum juga menemukan desa atau pun para siluman yang berkeliaran. Dari perjalanan ini saja, mereka tahu kalau mereka saat ini sedang berjalan di tengah sebuah hutan yang sangat besar dan tidak dapat ditaklukan hanya dalam dua minggu perjalanan saja. Di tengah hari yang terik ini, mereka akhirnya tiba di pinggiran sebuah sungai dengan membawa seekor babi hutan, yang nantinya akan menjadi santapan makan siang mereka. Di sungai ini, mereka membersihkan daging hewan tersebut, kemudian memasaknya menggunakan api yang dinyalakan dengan kekuatan api Vani. Selama makan, mereka tidak membicarakan apa pun. Masing-masing dari mereka hanya fokus dengan makanan yang ada di tangan mereka, tanpa memiliki niat untuk membuka topik pembicaraan. Kenzie pun demikian, hanya fokus pada makanannya tanpa memedulikan hal lain. Saat ini, setelah selama dua minggu menenangkan diri di perjalanan, perasaan khawatir di dalam hati Kenzie pun mereda. Ia sudah tak lagi merasa dihantui oleh sesuatu hal yang memang tidak penting untuk ia pikirkan. Sehingga, perjalanan hari ini sangat ia nikmati tanpa ada kekhawatiran tanpa dasar di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, sangat jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Di saat dirinya dihantui perasaan khawatir. *** Terus berjalan meski hari sudah siang dan waktunya untuk beristirahat, Parvis akhirnya menemukan orang-orang yang selama ini ia cari. Tepat tak jauh di depan sana, ia melihat Kenzie, Zidan, Kyra dan Vani tengah makan siang bersama dengan lahapnya, di pinggiran sebuah sungai yang cukup besar. Parvis tidak langsung menghampiri mereka, tetapi terlebih dahulu bersembunyi supaya keberadaannya tidak terdeteksi. Di samping itu, tujuannya mencari mereka semua memang bukan untuk sekedar bertemu begitu saja, tetapi ingin mengamati pergerakan mereka terlebih dahulu selama beberapa waktu. Ini ia lakukan demi menghilangkan rasa curiganya. “Baiklah, Kenzie, tunjukkan kalau kalian memang bukan orang jahat ...,” gumam Parvis, pelan, tidak terdengar oleh siapa pun, selain dirinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD