Hasrat Tanpa Ujung

1177 Words
Malam semakin larut dalam sentuhan yang kian menggoda. Namun sayangnya, tidak membuat Bara memohon percintaan pada wanita yang tengah berusaha menyentuh bagian sensitif miliknya yang berharga. Bara hanya tersenyum sembari menikmatinya. Seperti tengah meneguk segelas air dingin dikala udara sedang panas terik, tidak lebih. Sementara Kaila terus berusaha memancing hasrat Bara karena ia tahu laki-laki dengan bentuk tubuh proporsional seperti ini, pastinya spesial dan hangat di tempat tidur. Kaila adalah perempuan yang selalu merasa haus akan sentuhan dan percintaan yang menegangkan. "Silakan menghadap ke arah saya, Tuan!" "Oke," sahut Bara santai. Kaila langsung memijat lembut pundak hingga d**a Bara, sembari menikmati tatapan mata biasa yang ia harap bisa berubah menjadi keinginan. Jarak wajah mereka tidak terlalu jauh, sehingga keduanya sama-sama bisa merasakan napas hangat lawannya. Kaila sudah merinding ketika menyentuh otot perut Bara hingga bagian perut bawahnya. Urat-urat tebal dan keras, semakin membuat Kaila menggila dalam hayalan. "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Bara sambil terus menatap tajam dan sedikit tersenyum karena melihat Kaila yang sudah merintih tanpa disentuh. "Sesuatu yang menarik," sahut Kaila dengan tangan kirinya yang sudah berada pada areal sensitif milik Bara. "Seperti apa?" "Jujur saja, Tuan. Anda sangat berbeda dan sepertinya begitu kokoh." "Kamu tidak akan pernah tahu, jika belum mencobanya." "Apa boleh, Tuan?" Bara tersenyum. "Lain kali ya!? Saya butuh waktu lebih banyak karena saya bukan tipe laki-laki yang suka menyentuh, tanpa ada rasa sayang atau setidaknya simpatik." "Apa itu sebuah tawaran?" "Mungkin saja, saya cukup tertarik dengan pijatanmu. Lain kali, mungkin kita bisa jalan-jalan dan menghabiskan sedikit waktu lebih lama lagi." "Anda semakin membuat saya penasaran, Tuan." "Jangan merasa lebih dari tertarik! Saya adalah pria yang rumit." "Bagaimana jika Anda merasakan dulu permainan lidah atau bibir saya?" tawarnya. "Coba saja! Tapi jangan menyesal, apalagi memaksa!" 'Hemh, saya akan meruntuhkan kesombongan anda, tuan muda. Tentu saja dengan semua cara yang saya bisa.' Itulah sepenggal kalimat yang Kaila ucapkan di dalam hatinya, sambil terus menatap mata Bara dengan gayanya yang penuh gairah. Kaila mulai melepaskan handuk kecil yang menutupi areal sensitif milik Bara dan ia berniat untuk memberikan kenikmatan tertinggi, agar laki-laki tersebut tidak mampu lagi menolak keinginannya sendiri. Rencana pun mulai Kaila laksanakan, lidah wanita tersebut tampak terpuaskan dengan permainan yang baru saja ia lakukan. Senyum kesukaan tergambar jelas pada bibir Kaila, meskipun ia belum merasakan hentakan dalam permainan panas dari seorang Bara Basil. Sekitar 10 menit, milik Bara pun mengeras sempurna. Saat itu, Kaila berpikir bahwa ia akan mendapatkan keinginannya. Namun ia salah besar, Bara hanya tersenyum tanpa meminta. "Apa saya harus memohon untuk memintanya, Tuan?" "Percuma, kamu tidak akan bisa," sahut Bara sambil menegakkan tubuhnya. "Dengar! Saya tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya. Hanya saja, seperti ada sesuatu yang menahan saya untuk tidak melakukannya." "Seperti apa, Tuan?" "Entahlah. Seandainya saya tahu, pasti saya akan membuangnya jauh-jauh atau mungkin mengobatinya." "Apa Anda tidak tersiksa?" "Itu pertanyaan bodoh, Kaila. Hanya saja, saya seperti tidak punya pilihan. Sepertinya, hati saya telah terikat begitu kuat dan dalam. Sayangnya, saya tidak tahu oleh apa atau siapa. Heh, menjengkelkan bukan?" ejek Bara pada dirinya sendiri. "Apa Anda memiliki seseorang yang spesial dan telah tiada?" "Seperti mama?" "Bukan, Tuan. Tapi istri atau siapa saja?" "Saya masih sendiri." "Jika Anda tidak keberatan, saya bersedia untuk menjadi b***k cinta Anda." "Saya akan memikirkannya." Bara masih memberikan jawaban yang mengambang. Entah apa yang ia rasakan, bahkan dirinya sendiri tidak tahu. "Terus terang saja, Tuan. Baru kali ini, saya merasa begitu ingin. Bahkan sepertinya rasa ini sudah mendorong saya sangat jauh. Anda berhasil membuat saya benar-benar tersiksa." "Saya akan membantu kamu, tapi tetap saja ini akan sulit. Karena saya ... entahlah. Huuum, rasanya tidak ingin saja." "Anda tampak sulit untuk menjelaskannya." "Memang ini sangat sulit sekali. Seperti ikatan tanpa tali, tapi sangat kuat dan menyiksa. Oh iya, ngomong-ngonong, kamu adalah satu-satunya wanita yang saya ajak bicara cukup lama dan banyak, setelah beberapa tahun terakhir ini." "Anda serius?" Tiba-tiba saja, Kaila merasa begitu spesial di hadapan Bara. Padahal tuan muda hanya sedang jujur saja tentang hidupnya. "Tuan, Ini nomor ponsel saya," ucap Kaila yang menyerahkan kartu namanya kepada Bara. "Saya harap, Anda segera menghubungi saya!" Tampaknya Kaila sangat berharap akan adanya pertemuan dan kencan spesial bersama Bara, demi mewujudkan keinginannya. "Kamu terlihat sangat bersemangat." "Anda seperti ikan hiu atau lumba-lumba merah muda yang langka, Tuan." "Ha ha ha ha ha." Bara tertawa keras, sementara miliknya yang berharga masih berdiri tegak, tanpa lelah. Semua pemandangan itu, sangat mengganggu Kaila. Ingin rasanya Kaila memukul kepalanya sangat keras, agar pikiran itu tidak lagi menyiksa dirinya. "Maaf, Kaila. Anggap saja pijatan ini sudah selesai dan saya akan tetap membayar kamu dengan harga yang pantas." "Sebenarnya saya sangat ingin Anda menghabiskan waktu lebih panjang bersama saya malam ini, Tuan." "Maaf, Kaila. Lain waktu saja ya." Kemudian Bara berdiri dengan miliknya yang selalu tertuju ke depan. 'Kalau pria lain, pastinya sudah menghabiskan waktu dengan tumpukan lendir di atas tempat tidur ini.' 'Tapi kenapa dia tidak? Padahal saya sangat mengharapkannya. Tidak dibayar pun, saya bersedia.' Kaila kembali bercakap-cakap pada dirinya sendiri, sambil memperhatikan Bara bersiap dan mengenakan seluruh pakaiannya untuk meninggalkan Kaila. "Semoga malam yang indah menjadi milikmu, Kaila. Good night," ucap Bara yang benar-benar meninggalkan dirinya. "Selamat malam, Tuan." Lalu Kaila membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang sama dengan Bara tadi. Ia pun terus berusaha menenangkan diri, namun otot panas milik Bara terus saja menghantuinya. Dia sangat lembut dan hangat. Seandainya saya mendapatkan dirinya, saya tidak akan pernah melepaskannya. Apa pun yang terjadi, janji Kaila pada dirinya sendiri. Seolah dia sudah mendapatkan pria idamannya yang sempurna. Setelah cukup lama sendirian, bayangan milik Bara, masih saja muncul dan itu memancing fantasi liar Kaila hingga ia memutuskan untuk menuntaskan keinginannya dengan permainan tungal. Kaila pun memutuskan untuk mengambil alat khusus untuk memuaskan hasratnya yang telah tersedia di bawah lemari ruangan spesial tersebut. Alat ini memang dipersiapkan untuk mengatasi hal seperti yang Kaila rasakan saat ini. Semua itu karena, laki-laki yang kerap kali datang dan meminta spesial servis, selalu saja bersikap egois dan hanya mementingkan kepuasan mereka sendiri. Demi merasa nyaman, para wanita di tempat ini mengandalkan alat permainan cinta tersebut agar mencapai titik kepuasannya. Saat ini, Kaila mulai membayangkan wajah tampan Bara, napas, suara, dan juga senyumannya. Kemudian ia mulai membayangkan tengah bermesraan dengan Bara seperti sebuah kenyataan. Sementara di luar ruangan, Bara meminta kepada Jo untuk memberikan tips lebih kepada Kaila. Jo pun melakukannya sambil berpikir, pasti sudah terjadi sesuatu yang spesial sejak tadi antara tuannya dan wanita tersebut. Namun Jo kembali salah kali ini. "Bagaimana, Tuan? Apa sudah lega?" tanya Jo yang sangat ingin mengakrabkan diri pada Bara. "Lumayan, tapi sayangnya harus segera saya akhiri. Padahal baru punggung dan bagian dadda saja." "Kenapa seperti itu, Tuan?" "Wanita itu. Hemmmh, dia sudah terlanjur menggila." "Menggila?" "Ha ha ha ha ha. Iya, menggila. Dia hilang akal dan ingin disentuh lebih. Mengerti?" "Tuan, Anda ada-ada saja." "Come on!" "Baik, Tuan." Jo segera meninggalkan tempat tersebut dan membawa Bara kembali ke rumah megahnya. Saat itu, Jo menyadari bahwa pikirannya kembali salah tentang tuan mudanya. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD