Ting tong bel rumahku terus berbunyi, aku tidak kuasa mendengarnya akhirnya aku bergegas beranjak dari tempat tidur seperti malaikat pencabut nyawa menuju pintu ruang tamu. Saat aku membuka pintu itu sontak diriku berteriak kaget dan langsung terbangun dari mimpi buruk yang terburuk, mimpi tersebut terus mengelilingi pikiranku sampai aku tidak mendengar ibuku yang sedang memanggil diriku "Fifkan li … …… …… …… …… …. Fifkan, Fifkan aduh Fifkan ini!" Akupun langsung menjawab "iya ma" akupun terdiam sambil berpikir sebentar apa yang sebenarnya ibu katakan tadi, hanya ada mimpi buruk itu dan suara bel di otakku! Aku yang terus mendengar suara bel, awalnya mengira itu suara yang terngiangngiang dari mimpi tadi, tapi akhirnya aku tersentak sadar pasti ibukulah menyuruhku untuk melihat siapa yang datang. Saat mau membuka pintu ruang tamu aku langsung bergegas balik menuju kamar dan akupun melewati cermin yang ada di ruang tamu, aku berhenti di depan cermin merapikan rambut, pakaian dan tidak lupa membersihkan kotoran kotoran yang menempel di mata dan pipi sambil berkata menatap cermin, "Fifkan, fifkan, dirimu sangat rupawan tetapi ini sangat keterlalulan. Ehmm bukankah seorang wanita terlihat cantik saat baru bangun tidur?" "Hah, betapa cerdiknya dirimu. Jika kau tidak ada disini, mungkin mimpi itu sekarang menjadi nyata dan pangeranmu itu tidak akan suka melihatmu lagi!" Setelah senang bercakap sendiri, Akupun bergegas membuka pintu sambil memperlihatkan wajah tersipu malu. Saat pintu sudah terbuka, dan melihat siapa yang datang, sontak membuatku berubah 180°. Akupun langsung menyender di pintu "ada apa ha?" Tanyaku dengan kesal dan orang yang ditunggutunggu itu, menjawab "bukankah tagihan air sudah lewat satu bulan" dengan emosi yang sudah meledak, aku membalas "tidakkah anda bisa bicara dengan tenang!" Diapun membalas "bisakah kau memperbaiki sikapmu sebelum memerintahi orang lebih besar?" Karena aku orang yang sangat baik, langsung kuambil kertas yang dia bawa dan kutulisi "maaf" diapun langsung menodong sebuah kertas di depan mukaku tanpa keluar satu katapun, dengan cepat aku mengambil kertas yang ia todong dan langsung ku tutup pintu rumahku dengan keras. Di balik pintu aku membaca kertas tersebut, dan ternyata aku salah mengambil kertas. Menelan liur dan Kembali membuka pintu Menjawab "Bisakah kau berbicara dengan pelan apakah tidak malu dengan tetangga" aku dengan lugas menyela "astaga mama apa yang terjadi disini dan disana air keran masih mengalir!" Ibuku menjawab dengan halus "mamakan masih mencuci sayuran disini" akupun mebalas "lalu bagaimana dengan disana?" Ibuku membalas dengan logat yang cepat "dari pada kamu banyak tanya, lebih baik …. ….. .....!"Akupun berjalan ke arah keran berbunyi yaitu tempat nyuci, seketika aku langsung menjemur semua pakaian yang ada di ember sambil melamun, aku tidak tau entah mengapa isi lamunanku selalu berisi tukang penagih air untung saja air cucian tersebut mengenai bajuku dan membuat diriku tersadar dari lamunan yang gila akhirnya aku berlari ke kamar untuk mengganti baju, saat melewati dapur ibuku bertanya kepadaku "apa yang terjadi padamu! Tidakkah kau sudah menuangkan detergen ke rendaman cuciannya?" Sontak aku langsung berbalik menuju tempat menuci dan membalas "apa!!!" Di pikiranku hanya terdengar suara "hey hey hey" sampai disana aku langsung menarik semua bajubaju yang ada di jemuran tanpa mempedulikan baju baju itu dan langsung ku lempar ke dalam ember, banyak air yang telah aku buang serta banyak detergen yang aku gunakan, saat sudah selesai akupun berbalik, tibatiba ibuku dengan senyumannya yang manis sudah ada di depanku, akupun hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan langsung lari ke kamar saat sudah sampai di kamar aku langsung menutup pintu dengan keras sambil berkata "tamatlah riwayatmu sekarang", akupun tersontak kaget karena pintu kamarku digedor oleh ibuku "Fifkan, kau sedang bicara dengan siapa?" Tanpa berpikir aku langsung lari loncat ke kasur dan membalas "dalam mimpi ma!!" Berpikir sejenak "bukankah itu jawaban tak logis, ah tak papa yang penting ibu terdiam pasti ibu sedang kebingungan" dalam hati aku tertawa hahahaha.Setengah sadar aku mendengar bunyi telepon berdering lantas aku matikan dan akupun langsung menarik selimut melanjutkan tidurku "Woah, jam berapa ini?" Sambil Melihat hp muncul sebuah pemberitahuan "2 jam yang lalu pengingat alarm kerja kelompok☆" berpikir sejenak lagi "tunggu dulu, apa yang sebenarnya terjadi?" Melihat jam "hah sudah jam 11?? Bukankah kerja kelompok dimulai jam 10!!" Sambil memukulmukul muka aku berkata "hayo bangun, hayo bangun, hayo banguuun!!!" lekas aku ke kamar mandi, tangan kanan menyikati gigi, tangan kiri mencuci muka, selesai itu aku langsung mengambil topi dan tas serta mengeluarkan sepeda, teringat uang aku langsung menjatuhkan sepedaku di depan pagar dan berlari ke dalam "maaa, maaa minta uang?" Ibuku membalas "kamu tidak pamitan dulu?" Aku membalas "iya..iya, bekel Fifif dimana?" Ibuku membalas "dimana ya, mama lupa spertinya di lemari?" Aku langsung ke kamar mencari di lemari "maa di lemari mana?" Ibuku datang menghampiri "sini lo, di lemari mama!" Ingin sekali aku membalas sahutan Ibu tapi aku teringat sepeda berada di luar sehingga aku langsung berlari ke luar, ibuku bertanya "kamu enggak mau pamitan?" Akupun menjawab "pamitannya enataran aja pas pulang, sepeda Fifif nanti ilang!!" Akupun langsung menaiki sepedaku. Tak lama kemudian aku berhenti di depan toko untuk membeli suatu jajan setelah aku keluar dari toko, aku melihat ada seorang gadis yang dengan sengaja menjatuhkan sebuah buku, gadis itupun langsung memasuki mobil dan mobil itu langsung melaju secepat kilat, akupun penasaran, aku langsung menghampiri buku itu dan mengambilnya dan membawa buku itu bersamaku. Setengah jalan tiba tiba saja ada t*i burung yang terjatuh ke bajuku, akupun berusaha melihat dan membersihkan, karena tak seimbang akupun terjatuh menabrak seorang pria dewasa bersepeda biruhitam, ia bukannya marah tetapi ia langsung mengulurkan tangannya kepadaku tetapi aku langsung berdiri tanpa melihat wajahnya, aku hanya menatap kebawah membersihkan tanah tanah dan pasirpasir yang ada di kakiku, pria itu lantas bertanya "apakah anda baik baik saja?" Akupun membalas dengan angkuh sambil menatap mukanya "tidak, aku baikbaik saja!" Jantungku bergetar kencang. Pria Itu langsung menepuk bahuku dan sambil mengeluselus mukanya "ada apa! Apakah ada yang sesuatu di muka saya?" Akupun membalas sambil tersenyum "tampannya!" Diapun memiringkan kepalanya, aku tersontak kaget dan langsung lari tetapi aku terjatuh untuk kedua kalinya di depannya karena sepedaku masih tergeletak di depan kakiku, karena malu aku langsung buru buru membangunkan sepedaku dan langsung meninggalkannya. Ting tong bukankah ini seperti mimpi, tibatiba saja Sammy membuka pintu rumahnya. Aku yang belum membersihkan pakaianku serta wajahku, sudah tampil Sesupersupernya di hadapannya "Hei, bagaimana bisa begini. Ini semua terjadi secara cepat dan pakaianku sekarang, hah super berantakan!" Dalam hatiku berbicara hingga aku tersadar bahwa Sammy sedang berbicara denganku. Sontak saja hpku yang aku genggam terjatuh karna kaget melihat Sammy yang memandang tajam ke mataku "maaf, maaf, maaf" "mengapa kau meminta maaf masuklah jika kau ingin masuk!" sambung ku dalam hati "s**l, hpku terjatuh. Dia sudah membuat hpku terjatuh, tidak membantu mengambilkannya, malah meninggalkan aku sendiri disini!! Fiuh." Berjalan masuk, akupun terkejut "Apa, mana yang lainnya. Apakah kita hanya berkelompok berdua saja?" Jawab Sammy sambil duduk di atas sofanya "mereka masih ke tempat foto copy!" "s**l, kukira ini waktu yang bagus, tapi ini benarbenar s**l!" Ujar ku dalam hati. Akupun membalasnya dengan "ooohhh" sambil duduk di sofa di dekatnya dan aku baru mengingat "ayo, sopanlah. Jadi wanita sopan!" Aku langsung bangun sambil mengatakan "maaf, maaf, maafkan aku." Sammypun membalas "duduklah, tak apa apa!" Dengan senyuman manisnya membuatku senyum sendiri dan tibatiba saja Ia duduk di karpetnya, membuatku merasa jengkel "baiklah aku akan duduk disini" sahutku kepadanya "bodohnya aku, jarak ini terlalu jauh bukankah aku seharusnya mendekat?" Sambungku dalam hati sambil merasa kebingungan. "Sammy, sammy" bunyi dari luar "hah .ada saja" tibatiba saja mereka masuk tanpa diizinkan, apalagi si kuning ini yang tibatiba duduk diantara aku dan Sammy. Kami mulai megerjakan tugas bersama, Sammy seperti ketua kelompoknya, ia tahu segalanya. Dia afal semua rumus bangun bahkan jaring jaringnya, akupun langsung mengambil jaringjaring suatu bangun yang aku ketahui dan Mencoba Menjadi pintar di depan Sammy "ini jaringjaring kubus yang sangat istimewa" perempuan kuning itu langsung membalas sambil tertawa "bukankah jaring jaring kubus memang seperti itu. Itu terlalu mudah untuk dibuat dan untuk diketahui, tidak ada istimewanya Hahaha" Sammypun tersenyum dan membuatku merasa malu tapi aku sebenarnya kesal dengan si Kuning. Akupun langsung mengambil suatu jaring jaring untuk menarik perhatian Sammy "bukankah ini Limas Segi Lima?" Tapi malah si kuning yang membalas dengan lantang "Itu Prisma SEGI ENAM bukan Limas SEGI LIMA bedakan Limas " "Hacchhoo" kesengajaanku untuk memotong kalimatnya yang membuat Sammy tersenyum lagi membuatku semakin kesal dengan si kuning "Hei, kuning bisakah kau mengganti bajumu" dia menengok ke Sammy dan langsung ke aku sambil bertanya "kau bicara padaku?" "Lalu" sahutku, " .hahaha ..emang ada apa dengan bajuku!" Sahutnya "Dengarkan aku Ninan, aku tidak menyukai warna bajumu! Kuning!!" "Aku menyukai warna kuning pendapat orangkan berbedabeda" sahut Sammy secara tibatiba yang membuatku sedih dan si Kuningpun langsung menatap wajah Sammy sambil Mengatakan Terima Kasih, mereka berdua saling menatap dan langsung berpelukan. "Aaaaa" teriaku yang tibatiba terucap sambil berdiri " .aaaaku ingin ke kamar mandi ya kamar mandi!" Sammy langsung mengantarku ke kamar mandi dan aku langsung masuk, mengunci pintu, membesarkan keran, dan duduk di kloset sambil berbicara sendiri "ohhh, itu hanya khayalan. Pelukan itu hanya khayalan iya dia menatap Sammy, tapi Sammy tak memperhatikannya sama sekali" akupun terkejud dengan suara air bak mandi yang meluap ke bawah karna sudah penuh dan aku merasa aneh dengan lubang di pintu untuk Memasukan kunci tidak terang melaikan bewarna gelap akupun mendekat, dan mencoba mendengar apakah ada sesuatu tetapi ternyata nihil. Akupun langsung membuka pintu kamar mandi, dan tibatiba kami saling terkejud dan berteriak. Sammy yang tibatiba ada di balik pintu mengejutkanku, banyak pikiran yang ada di kepalaku. Saat kami menuju ke ruang tamu tidak ada bicara sama sekali dan tiba di ruang tamu temanku Dito bertanya "hei apa yang kalian lakukan disana mengapa kalian saling berteriak?" Aku merasa gugup dan langsung melihat wajah Sammy, Wajahnya lebih gugup dari wajahku, langsung Saja Ninan membalas Dito "Dit, mereka tidak melakukan hal yang anehaneh. Fifkan beolnya teralu bau mengagetkan Sammy deh akhirnya Sammy berteriak dan Fifkan kaget akhirnya mereka saling teriak deh" yang lainpun tertawa dan membuatku kesal dengan Ninan tapi juga takut dengan Sammy, akupun berlari menjauhi Sammy dan duduk di samping Ninan "tau apa kamu tentang beolku, kuning!" Ninanpun membalas "beolmu kuning?" Langsung saja Sammy dengan wajah seramnya sambil tersenyum seperti Psikopat duduk di sampingku, akupun langsung berdiri sambil membalas Ninan "kamu Kuning, t*i!" Aku langsung pergi berlari keluar meninggalkan mereka dan cepat cepat mengeluarkan sepeda dan pulang ke rumah.Tiba di rumah aku di beri obat oleh ibuku "haaah fifif sakit ma" ujar aku pada ibuku "manying banget sih, anak siapa kamu hah?" Bentak ibuku membuat aku kesakitan lebih keras "hahahauoohah" bentakan ibuku lagi "yaudah kalau gitu kamu aja ngobatin sendiri!" Akupun menyahuti ibuku dengan lebih keras "yaudah, mama sana aja masak!" Tapi ibuku malah tetap memberiku obat "maaa sana ma masak aja" "ma" "ma "ma" ujarku yang membuat ibuku marah "aduh, kamu Ini. Belum juga kena udah alaynya minta ampun" "sudah dicubit terus dibilang alay lagi, padahal dirinya yang alay." Ujarku dalam hati."Woahm jam berapa ini ya" sambil menggarukgaruk kaki diatas sofa "jam 7" ujar ibuku dengan teriak dan menatapku "apa!" Sahutku yang langsung membuatku berdiri dan mulai berhitung dengan jari "tunggu dulu, tadi aku pulang jam 15.00 sekarang jam 19.00" hening sejenak "yes 4 jam, kan biasanya aku tidur 5 jam!!" Ujarku kepada ibuku membuatk ibuku kesal "mukamu jam 3, kamu lo pulang jam 2 tadi. Jadi totalnya kamu tidur 5 jam" "masa" ujarku. Sahut ibuku "iya, ." "bodo" sahutku kembali yang membuat ibuku salah paham lalu mengejarku bersama panci di tangan kirinya dan sedok nasi di tangan kirinya. "HahaUntung saja aku berhasil masuk ke kamar dan mengunci pintu, Kalau tidak habislah aku." Ujarku dalam hati.Berpikir lama, akupun mengingat mimpi tadi dan berbicara sendiri "tunggu dulu, dia tampan juga. Tapi aku seperti pernah bertemu dengannya?" "Oiya buku yang sampulnya sangat bagus!" Sambil mengambil buku itu dan membacanya "LIVING IN THE DREAM apa maksudnya" Halaman pertama biodata, halaman kedua bertuliskan peraturan dan akupun tertawa "emang buku ada peraturannya!! Hah, lucu sekali!!" "Pertama, tulislah secara lengkap biodatamu. Kedua, tulislah nama seseorang yang ingin kau temui di mimpimu perhalaman. Ketiga, Mimpi tersebut akan berlangsung setiap tidur. Keempat, jika di halaman berikutnya kamu mengganti nama seseorang berarti yang sebelumnya tidak akan hadir di mimpimu. Kelima, jika kamu ingin mengganti tulisan yang salah, kamu dapat menghapus tetapi .hah" "yah peraturan selanjutnya robek, kirakira ada berapa peraturan ya sungguh ini Ini sama sekali tidak lucu tapi ini sangat menyenangkan." Akupun membuka lembaran selanjutnya "owwh. Nama yang ditemui, hmmm, Sammy, Umur 16 tahun. Alamat, hmm rumah Sammy, hehh Jl. Buaya g**g, Kadal No. 222, Pelajar, pekerja, pengangguran, apa yang harus kulakukan apakah menyilang yasudah, aku akan menyilang pekerja dan penganguran berarti aku harus menulis nama sekolahnya yaitu sekolah menengah atas negeri no 1. Semua sudah terus apa yang harus kulakukan, aku akan tidur saja"
“Ting tong" "heh lagilagi bunyi bel yang ku dengar" Berlari, beranjak dari kasur yang berwarna ungu dengan titik-tiktik polkadot putih yang membuatku mual, akupun mempercepat langkahku hingga melewati seseorang perempuan yang hanya kulihat tubuh belakangnya saja. “Dengan rambut panjang yang berwarna coklat keemasan memanjang hingga menutupi punggungnya dan rambut tersebut berakhir dengan warna merah kecoklatan yang tampak seperti rambut tak layak untuk disisir di sabuknya yang tipis dan mengkilap berwarna putih tersebut, mungkin ukuran sabuk tersebut sangat lpanjang, "Ukuran sabuk itu aku pikir sekitar 100 cm." Kataku kembali sembari menghitung dengan tanganku, yang jari jariku, yaitu jari kelingking, manis, telunjuk, dan ibu jari padaa tamganku melipat, sehingga menyisihkan satu jari tengah. Aku sendiri terbiasa menghitung dengan teliti, melihatnya, ia dengan menggunakan sabuk yang berbentuk persegi panjang sangat panjang, aku bissa secara langsung menemukan rumusnya tanpa mengejapkan mata, yaitu rumus panjang dikali dengan lebar, akan menghasilkam angka ukuran pinggangnya yang dililiti sabuk yaitu 100 cm, bagaimanapun aku tidak pernah melebih-lebihkan kepintaranku ini. Dan juga bebicara tentang penampilannya dari belakang, menurutku secara pribadi bukan menyinggung, rambutnya tampak sehat alami, atau bisa disebut mengkilap, tapi rambut tersebut tidak cantik.” Kataku yang mengakhiri langkah kakiku untuk berlari, pada saat aku mengucapkan nada-nada puitis berironi tersebut sembari menggaya-gayankan bahuku yaitu menyampingkan bahu kanananku ke kanan dan kemudian kembali lagi menyampingkan bahu kiriku ke kiri, sembari juga mengangkat tangan kananku seatas pundak menyamping ke kanan. Tak lupa juga aku bergaya dengan gaya ala aktor pahlawan terkenal, yaitu dengan menaruh satu jari telujuk kanan, tepat di tengah cekokan antar bibir dan bagian daguku yang menonjol yang juga aku tompang dengan bantuan ibu jariku pada saat tadi, nampaknya metaforaku hanya sepintas lewat dikuping kanannya lalu keluar lagi dari kuping kirinya yang sekarang ia beri helaian rambut landaknya tersebut. “Terlihat jelas bahwa dia sedang tersenyum menghadap dinding yang tak bisa bicara sekarang.” Ironiku yang kembali ku ulang dan kembali lagi, lagi dan lagi ia menyelipkan helaian rambut di telinganya di telinga kiri, sembari menempelkan bahu kananya dengan pipinya atau dagunya. “Idih.” Kataku yang membuka mata dengan lebar sekarang menyadari kehadirannya dengan bando yang berwarna merah putih dan sedikit bunga diatas kanan tersebut dan juga beberapa katik-katik penghias yang membuatku baru saja terpaku dengan bando yang juga terselip di rambutnya tersebut, aku tidak ingin berbicara padanya untuk waktu yang lama selamanya bahkan melihat wajahnya, namun aku hanya ingin bertanya apa yang ada diatas sana, apakah itu kuburan atau pemakaman, di ruangan yang kuanggap sebagai milikku dan kamarku “Aku tidak akan mau berteman denganmu.” Kataku yang kusampaikan kepada punggungnya sebagai penutup dari seluruh dialogku dengannya. Melangkahkan kakiku kembali dan sekarang dengan sedikit percepatan.
Setelah kelyar dari kamarku, akupun menemukan sebuah pintu lainnya, pintupun terbuka dan aku terkejud "Sammy, mengapa Aku bisa kerumahnya mengapa dia terdiam, bagaimana caranya aku masuk?" Akupun langsung duduk diluar rumahnya, dan dia langsung menepuk bahuku. Aku terkejud dan dia seperti 2x lebih terkejud dariku iapun mengatakan "mamasuklah." Akupun langsung masuk dan melihat pria itu lagi dan bicara dalam hati "aku seperti pernah bertemu dengannya?" "Oh. Itu pria yang tadi ada di mimpi" ucapku dengan teriak membuat Sammy yang brada di luar menatapku dengan melotot dan mengeluarkan senyum psikopatnya. Aku kebingungan kenapa jarakku dan Sammy semakin dekat padahal, aku dan dirinya berada di jarak yang jauh. Ternyata ia terus mendekat kepadaku. Hal tersebut membuatku takut dan akupun langsung berlari menjauh dan menabrak pria yang kutemui di mimpi "maafkan aku." Kejutku yang langsung kusambung "Siapa namamu?" Dengan sopan pria tersebut menjawab "Namaku Temi!" Sambung tanyanya "Apakah anda baikbaik saja?" Sahutku dalam hati "Waah, kau sangat perhatian sekali kepadaku. Tunggu dulu, aku tak mengenalnya, mungkin saja aku takkan lagi bertemu dengannya. Jadi aku bebas untuk bicara apapun. Lagi pula disinikan hanya ada aku, dia, dan si Psikopat." Akupun langsung Membalasnya dengan bersikap imut "Waah, kau sangat perhatian sekali kepadaku. Semoga kau tidak seperti orang aneh yang sedang berdiri sendirian!" Temipun tertawa tetapi Sammy merusaknya dengan menunjukku dan Temi sambil berteriak "Hey, siapa yang kau katakan aneh?" Akupun membalas "Mengapa kau yang tersinggung!" Sammypun membalas "Jelas jelas aku yang kau katakan sedang berdiri sendirian" akupun membalas "aku mengatakan orang aneh, apakah kau orang aneh?" Sammypun membalas dengan gagap, akupun merasa menang "Titidak aku hanya bertanya!" Temipun pergi ke sudut dan langsung jongkok, akupun menoleh ke arah Jammy dengan kekesalan karena tidak bisa membalasnya dan langsung lari ke tempat Temi. Temi itu sungguh sangat tampan tapi sekarang mukanya sangat cemberut sambil jongkok akupun langsung ikut jongkok disampingnya sambil bertanya "kau kenapa?" Iapun menjawab "aku tak ingin melihat suatu perkelahian itu membuatku sedih!" Akupun langsung mencoba manis didepannya sambil berkata "Maafkan aku, aku tidak sengaja melakukan itu!" Berulang ulang aku mengatakan hingga Temi tersenyum manis kepadaku dan langsung memegang kepalaku Seperti mengusapusap rambutku. Aku tersipu malu tapi tibatiba saja, Sammy datang kepadaku dan langsung jongkok sambil bertanya. "Bolehkah aku mengajukan sebuah pertanyaan kepadamu?" Sesuatu terlintas di kepalaku dan akupun langsung bertanya balik "aku yang seharusnya bertanya kepadamu apakah kau awalnya mengenal Temi?" Sammypun membalas dengan gelengan yang membuatku berteriak "apa." Akupun langsung terbangun dengan sendirinya, aku langsung melihat jam. Seperti biasa, Ternyata baru pukul 3 pagi, terbangun dari tidur tersebut aku langsung mengingat mimpi itu sambil kebingungan. tanya dengan diri sendiri "Apa yang dimaksud dari mimpi itu?" Jam terus berjalan sedangkan aku belum juga mengantuk akupun terus berpikir hingga Akupun langsung mengingat buku itu dan langsung mengambilnya.