Bab 11 - Pergulatan Batin

1508 Words
POV (Sudut Pandang) Bapa Michael (Aku = Bapa Michael) Tuhan, apakah aku bisa menjadi hamba-Mu yang sesuai dengan apa yang Kau inginkan? Apakah aku bisa menjadi hamba-Mu yang setia dengan segala pergulatan batin yang ada? Apakah aku bisa menjalani semua ini sesuai kehendak-Mu? Andai kata aku tak sanggup menjalani semuanya, apakah ada jalan keluar dari semua ini? Bapa yang di surga, mampu kan aku melewati semua ini. Kuatkan aku agar bisa menolong Jane dan keluarganya. Amin. Dalam doaku, aku mendengar dengan jelas suara Tuhan Allah terdengar pelan seakan dekat di telinga. “Michael, anak-Ku yang Aku kasihi. Sesungguhnya kelahiran setiap orang di dunia, pasti ada tujuan tertentu. Seperti halnya dirimu. Aku menunjukmu untuk menjadi perpanjangan tangan-Ku di dunia. Menyelamatkan manusia yang jiwanya hampir direnggut iblis. Percayalah, Roh Kudus akan selalu menyertai kau sampai menyelesaikan semuanya. Padamu, Aku berikan kuasa untuk mengusir mereka—para iblis dan memasukkan mereka kembali ke neraka.” Tubuhku bergetar hebat mendengar suara Tuhan yang seakan berbicara langsung padaku. Apakah itu Roh Kudus atau kuasa Tuhan langsung? Meski aku merasa tak sanggup, semua akan aku jalani sampai akhir. Suara itu meyakinkan hatiku, Jane harus diselamatkan. Tak peduli betapa sulitnya keadaan, aku akan berjuang semaksimal mungkin. Demi mewujudkan kemuliaan Tuhan di tengah dunia yang mulai temaram. Pagi itu, hari ketiga pengusiran iblis dari tubuh Jane Cloude. Tangan kiriku masih terasa nyeri dan sakit akibat gigitan Jane tempo lalu dan ditambah terkena pecahan vas bunga semalam. Aku sebenarnya tak ingin membantu bukan karena tak peduli, hanya saja ada hal yang bertentangan dengan gereja pusat di Vatikan dengan hal yang terjadi di desa ini. Aku ... sudah dilarang melakukan pengusiran iblis (EXORCISM) karena kejadian buruk di masa lalu. Masa lalu yang mengerikan karena anak yang kutolong tidak berhasil diselamatkan dan meninggal secara mengenaskan. Aku juga dituduh melakukan penyiksaan secara sengaja dan pembunuhan. Jelas saja hal itu tidak benar. Iblis mencoba menghasut orang-orang di sana. Hal itu membuat pergolakan batin tersendiri bagiku. Sebagai pastor yang bertugas di sini, aku tidak tega untuk diam saja melihat jemaat ada yang membutuhkan bantuan. Namun dalam peraturan, aku sudah melanggar perintah gereja pusat. Aku pun bergegas keluar kamar setelah mandi dan bersiap. Aku ke ruang tamu dan di sana ada Lou duduk sudah menyiapkan perban dan obat merah. Lou membantu mengobati tanganku dengan mengganti perban karena sulit menggantinya sendirian. Beberapa saat kemudian, Tuan Cloude keluar dari kamar karena dipanggil oleh istrinya. Beliau bersujud meminta maaf dan mengakui penyesalannya. Aku sangat tersentuh dengan hal ini, beliau bisa bebas dari pengaruh bisikan iblis untuk marah dan mendendam padaku. Setelah Daniel dan Lou menolong Tuan Cloude untuk berdiri, kami semua pun duduk di kursi ruang tamu. Aku memaafkan Tuan Cloude dan bersyukur beliau bisa sadar dan dengan bimbingan Roh Kudus mampu melewati ini semua. Aku berharap semua bisa berjalan dengan baik, tanpa termakan hasutan iblis. Hari ini, permulaan hari ketiga. Aku sudah menghubungi petugas medis untuk merawat Jane terlebih dahulu, tanpa memberikan obat bius dan sebagainya. Beberapa kasus pengusiran iblis terkendala kesehatan dan tubuh si korban tak kuat, hingga akhirnya meninggal. Aku sangat takut hal itu terjadi lagi. Hal yang dahulu pernah menimpaku. Apakah aku mulai goyah karena rasa trauma itu kembali berdengung di kepala? “Lauren, kita tunggu kawanku datang. Petugas medis gereja yang akan membantu memeriksa kesehatan Jane. Terlebih, Jane sedang mengandung, bukan?” kataku pada Lauren agar bersabar sejenak dan tidak ke lantai dua. Tuan Cloude dan Nyonya Cloude setuju dengan menunggu petugas medis gereja demi keselamatan putrinya. “Iya, kami setuju. Lagi pula, tiga hari ini Jane tidak makan, bukan?” “Sebenarnya, kami sudah mencoba untuk menyuapi makanan kepada Jane, tetapi dia tidak mau, menolak. Maaf, Tuan dan Nyonya Cloude. Kami akan berusaha lebih lagi,” sahut Lauren. Aku juga merasa bersalah akan hal itu. Aku tahu, menjadi seorang pastor atau pun orang yang melakukan pengusiran iblis tidaklah mudah. Selain menghadapi hal di luar nalar, kami juga dibenturkan pada hal medis. Jika salah bertindak, bisa-bisa berurusan dengan hukum. Aku tak ingin Lauren terkena masalah juga. Seperti saat aku mengalami masalah dengan hukum. “Iya, kami percaya kalian mengusahakan yang terbaik. Semoga Tuhan memulihkan putriku, Jane seperti semula. Hiks hiks ....” Nyonya Cloude mulai menangis. Aku bisa merasakan dirinya sangat sedih memikirkan nasib putri semata wayangnya. “Sabar, Nyonya Cloude ... Tuhan mempunyai rencana yang baik selepas ini,” ujarku menenangkan Nyonya Cloude yang terlihat putus asa. *** Kawanku petugas medis dari gereja datang saat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Segera aku dan Lauren mengajak kawanku ke atas untuk memeriksa kondisi kesehatan Jane terlebih dahulu. “Bapa Michael, kondisi Jane kurang baik. Nadi dan detak jantungnya lemah ... aku akan memasang infus untuk bantuan asupan nutrisi pada Jane. Jangan lupa untuk ....” Belum selesai kawanku berbicara, Jane pun membuka mata. “Arrrrgggg ... jangan sentuh aku, manusia hina! Jangan berpura-pura peduli dengan tubuh yang kau anggap menjijikkan karena sedang mengandung, tanpa suami!” seru Jane dengan suara meninggi. “A-apa? A-aku tidak berpikir seperti itu ....” Kawanku dari gereja mulai bingung. “Kamu keluar dahulu. Itu bukan Jane,” kataku yang khawatir iblis itu hendak memojokkan orang lain. Setelah kawanku keluar dari kamar Jane, aku dan Lauren segera melakukan pengusiran iblis yang dimulai dengan doa Bapa Kami dan Lauren mengoleskan minyak suci ke dahi, tangan, dan kaki Jane membentuk tanda salib. Mengapa harus seperti itu? Agar iblis itu tidak banyak mengeluarkan kekuatannya yang akan mencelakai manusia. Kekuatan yang sering di sebut Poltergeist (benda bergerak sendiri). Padahal itu salah satu tanda makhluk gaib yang ada di tempat tersebut memiliki kekuatan di atas setan biasa. Bisa jadi ... itu adalah perbuatan iblis kuat dari neraka. “In the name of The Father, of The Son, and The Holy Spirit ... Amin!” Aku memulai doa dan melawan segala pergolakan batin yang terasa sangat menggangu. Kembali aku teringat beberapa waktu yang lalu, saat kakakku datang ke gereja dengan ketakutan dan berderai air mata. Dia menceritakan bahwa putranya—Richard, melakukan dosa karena ikut memperkosa seorang gadis teman kampusnya. Ya, keponakanku yang dicari Tuan Cloude adalah benar salah seorang pelaku pelecehan terhadap Jane. Setelah menceritakan semua, kakakku memohon untuk menitipkan putranya padaku. Sebenarnya aku menolak dan menyarankan untuk menyerahkan diri ke polisi saja agar semua masalah terselesaikan. Namun setelah kakakku menceritakan bahwa ketiga pelaku lainnya ketakutan dan meninggal satu per satu dengan kondisi mengenaskan, aku menjadi tak tega. “Tolonglah, Michael ... kumohon, kali ini bantu Kakak. Jika tak ingin membantu, anggap saja keponakan mu ini umat yang perlu diselamatkan karena hendak bertobat. Michael ... Bapa Michael, aku mohon dengan sangat.” Kalimat itu yang diucapkan Kakakku sambil berlutut karena memohon dengan sangat hingga berlinang air mata. Richard melakukan kesalahan besar. Namun, dia benar-benar ingin bertobat dengan mengakui kesalahannya dan meminta bantuan dengan sangat ketakutan. Aku dalam pergolakan batin, akhirnya karena jatuh iba ... aku membantu Kakakku menyembunyikan Richard. Bukan karena kami ingin menghindari hukum, tetapi justru menghindari kematian mengerikan yang akan menimpanya. Saat tahu Jane kerasukan, aku sudah menduga jika hal itu karena kasus pelecehan yang pernah terjadi. Aku sudah mengatakan semuanya ke kantor polisi dan meminta sementara Richard berada di tempat aman. Alibi untuk menghindari pembunuhan, membuat polisi percaya. Padahal pembunuhan itu, aku yakin perbuatan dari iblis. Pergolakan batin itu yang aku alami saat melakukan pengusiran iblis dari hari pertama hingga saat ini sudah hari ketiga. Jane sudah berangsur baik, karena satu iblis sudah keluar dari tubuhnya. Namun, mengapa aku ragu? Entahlah. Aku mencoba fokus. Aku kembali dalam keadaan saat ini dan fokus. Di mana harus menghadapi kenyataan Jane diikat di ranjangnya dan menjalani pengusiran iblis. “Michael ... Michael ... sampai kapan kau membela orang yang salah?! Dahulu, kau melakukan kesalahan dan membunuh seorang anak tak berdosa yang tak bisa kau selamatkan dalam tugasmu. Sekarang kau hendak melindungi pelaku sekaligus korban?? Sombong sekali kau, Michael ....” Perkataan Jane membuatku terenyak. Mengapa dia mengungkapkan semuanya di depan Lauren? Aku tetap berdoa dan mencoba mengesampingkan semua pemikiran dan batinku yang bergejolak. Lauren pun menatapku seakan tahu apa yang aku rasakan. “Bapa Michael, Anda tidak apa-apa?” “Tak apa, Lauren. Kita lanjutkan saja,” jawabku dengan tegas. Aku segera memercikkan air suci berkali-kali ke tubuh Jane hingga tubuh gadis itu bereaksi meronta-ronta. Jane mencoba melepaskan diri dari ikatan. Tetap saja percuma karena tangan dan kakinya terikat dengan kuat. Infus pun masih terpasang dengan baik di tangannya. Aku optimis, Jane pasti selamat. “Ha ha ha ... Pastor bodoh! Apa yang kau lakukan hanyalah sia-sia. Pengabdianmu ... Kerja kerasmu ... Semua sia-sia! Ha ha ha ha ....” Iblis dalam tubuh Jane menertawakan diriku. Aku pun mencoba sabar dan tetap fokus. “Iblis dalam tubuh gadis tak berdosa, tunjukkan dirimu seutuhnya! Siapa namamu sesungguhnya! Kuasa Tuhan lebih besar darimu!” seruku menghalau perkataan iblis yang penuh dusta. “Jika Tuhanmu ada, tidak mungkin dia biarkan kau menjalani hukuman dan dianggap sebagai pembunuh! Ha ha ha ....” Iblis itu berkali-kali mengucapkan kalimat yang menguji kesabaran dan imanku. Dia mencoba mengubah pemikiran dan keyakinanku pada Tuhan. Aku tidak akan terlena dan percaya kata-kata makhluk itu. Aku tidak akan masuk dalam perangkapnya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD