Bab 3 - Hari Pertama

1002 Words
Ini adalah hari pertama aku dan Daniel sampai di kediaman keluarga Cloude. Seperti yang Paman Lou katakan, orang tua dari Jane Cloude menderita sakit aneh sejak putri mereka kerasukan. "Lauren, bagiamana menurut kamu dan Daniel? Ini rumah Jane," lirih Paman Lou yang terlihat gemetar seakan merasa tak enak di sana. "Auranya sangat gelap. Aku merasa merinding," jawab Daniel singkat sambil menggenggam erat tanganku. "Bukan hanya gelap, tetapi sangat mencekam. Benar, kedua orang tua Jane ikut kena dampak dari intensitas negatif ini. Bahkan yang terburuk bisa menyebabkan kematian," kataku sambil menatap Paman Lou. Aku bisa merasakan ketakutan yang luar biasa di hati Paman Lou. Namun semua ini harus dilawan. Iblis itu akan semakin senang jika manusia takut dengan mereka. "Lantas ... harus bagaimana untuk menyelamatkan keluarga Cloude?" tanya Paman Lou sambil memegang tanganku. "Pertama-tama, hari ini aku akan membuka dan membersihkan rumah ini terlebih dahulu. Semoga Tuhan membantu kita menyelesaikan hal ini," ucapku sambil menerawang jauh ke dalam rumah. Di dalam rumah, tepatnya dalam sebuah kamar ... terbaring lah tubuh Jane Cloude yang tak berdaya menahan siksaan dari ketiga iblis yang merasukinya. Aku melihat dengan jelas, mereka tersenyum menatap aku yang datang ke rumah kediaman Cloude. "Salve, o fili hominis, bona fortuna." Terdengar suara bisikan lembut di telingaku yang berarti selamat datang anak manusia, semoga beruntung. Kali ini, iblis itu mencoba menakuti ku. Aku tidak akan gentar. Setelah membuka pintu rumah milik keluarga Cloude, kami pun berbagi tugas untuk membuka semua pintu dan jendela, lalu segera mengajak Tuan dan Nyonya Cloude ke ruang tamu agar bisa aku doakan dan aku bantu untuk penyembuhan dengan bantuan doa. Aku melihat Tuan dan Nyonya Cloude terselimuti oleh aura gelap yang membuat mereka sakit. "Paman Lou, apakah ada pendeta atau pastur di sekitar sini yang bisa membantu aku selama di sini? Sepertinya ini tidak akan mudah. Aura negatif di sini sudah sangat kental," tanyaku kepada Paman Lou. "A-ada. Tapi entah mau menolong atau tidak karena sebelumnya dia sudah menolak. Bapa Michael, dia dipindahkan dari Vatikan karena pernah melakukan EXORCISM tanpa sepengetahuan gereja," jawab Paman Lou. Seakan aku tahu siapa orang yang dimaksud. Bapa Michael adalah pastur muda yang terjun dalam dunia pengusiran iblis. Dia berusia sekitar tiga puluh tahun dan memiliki talenta besar. Hanya saja, iblis mempermainkan dirinya. Aku tahu kisah tentang orang itu. "Paman Lou, ajaklah Daniel ke sana dan bilang jika Lauren membutuhkan bantuan dari Bapa Michael," ujarku meyakinkan semua akan baik-baik saja. "Baiklah kalau begitu. Aku akan mengantar Daniel ke sana." Paman Lou membawa Daniel pergi dengan mobil. Sedangkan aku mencoba berkomunikasi dengan Tuan dan Nyonya Cloude yang sakit parah. Aku pun mulai mendoakan mereka dan mengambil minyak suci yang sudah didoakan dari gereja. Aku mengoleskan minyak itu di kening, telapak tangan, dan telapak kaki Tuan dan Nyonya Cloude dengan membentuk tanda salib. "In the name of The Father, of The Son, and The Holy Spirit. Amen." Aku memulai doa itu dan terasa angin berhembus begitu kencang. Jendela dan pintu yang dibuka lebar tadi mulai bergetar karena terpaan angin. Aku tidak goyah san tidak gentar. "Tuan dan Nyonya Cloude, kalian adalah manusia yang derajatnya lebih tinggi dari makhluk itu. Lawan mereka. Mari sama-sama berdoa dan gempur kekuatan mereka. Iman kalian akan menyelamatkan!" Aku berseru dan mengajak kedua orang di hadapan ku untuk ikut berdoa. Dengan ajaib, mereka mulai bisa menggerakkan tangan dan kaki mereka perlahan. Aku semakin menyemangati mereka. "Mintalah maka kamu akan diberi. Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Tuan dan Nyonya Cloude, berdoalah dan berseru pada Tuhan. DIA akan menjawab doa kalian dan mengangkat penyakit ini!" Angin berhembus semakin kencang, awan gelap mulai datang padahal waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Sura teriakan dari kamar atas pun terdengar nyaring. Aku yakin itu adalah reaksi dari pembukaan aura gelap ini. "Aaarrrggg! Aaaaaarggh!" Suara ruangan itu menggema ke seluruh penjuru rumah. Namun sedikit pun aku tidak gentar. Kuasa Tuhan lebih dari itu. Meski aku terlahir dengan darah keturunan penyihir, orang tuaku mengajari tentang ajaran Tuhan dan segala ketetapan-Nya. Tentu saja kemampuan yang aku miliki ini menjadi salah satu rencana Sang Pencipta untuk membantu sesama. "Tuan dan Nyonya Cloude, kalian jangan takut dan jangan bimbang. Tuhan ada bersama kita. Tetap berseru dan berharap kepada-Nya. Kalian pasti sembuh!" Kembali aku berucap dengan suara yang nyaring. Aku yakin, mereka pasti sembuh. Benar saja, beberapa saat kemudian mereka menggelepar seperti gemetar hebat. Aku melihat bayangan hitam keluar dari tubuh Tuan dan Nyonya Cloude. Bayangan hitam itu langsung terbang menuju ke lantai atas. Aku yakin, itu adalah ulah ketiga iblis yang merasuki Jane Cloude. Tuan dan Nyonya Cloude pun mengembuskan napas panjang dan merasa lega. "Ka-kami ... sembuh!" Tuan Cloude menatap istrinya yang juga bisa menggerakkan tangan dan kaki. "Iya, Pa! Praise to the Lord!" seru Nyonya Cloude sangat girang. Aku tersenyum menatap mereka. "Selamat Tuan dan Nyonya Cloude, iman kalian menyelamatkan." "Terima kasih banyak. Kamu pasti Lauren yang dimaksud oleh Lou, ya?" tanya Tuan Cloude kepadaku. "Iya, aku Lauren. Senang berkenalan dengan Tuan dan Nyonya Cloude," ujarku sambil mengulurkan tangan ke arah Tuan Cloude. Lelaki itu menjabat tanganku dengan erat. Lalu, Nyonya Cloude memperhatikan dan ikut menjabat tanganku saat aku mengulurkan tangan. "La-Lauren ... apakah kamu ...?" "Iya, Nyonya Cloude. Aku buta sejak lahir. Tapi aku justru bisa melihat dengan baik dalam indera ku yang lain," jawabku sebelum Nyonya Cloude menyelesaikan pertanyaannya. Aku tersenyum saat tahu mereka terkejut mendengar penjelasan ku. Seperti biasa, orang-orang akan bingung atau takut jika tahu aku buta, tetapi bisa beraktivitas seperti biasa. "Lauren, kami berharap kamu bisa menolong anak kami." "Iya, Lauren. Tolong selamatkan Jane." Tuan dan Nyonya Cloude memegang tanganku erat. Mereka dengan penuh harap menatap ke arahku. "Kita sama-sama berdoa dan berharap pada Tuhan agar bisa membantu Jane lepas dari cengkeraman iblis," jawabku yang kemudian membalikkan tubuh karena ada yang memanggil namaku. "Lauren ...." ucap Daniel yang datang bersama Paman Lou dan ... Bapa Michael. "Lauren, apakah ini kamu?" tanya Bapa Michael kepadaku. "Iya, Bapa. Ini aku, Lauren. Kita pernah bertemu saat Bapa masih pembelajaran sebelum pentabisan menjadi pastur." Aku langsung mendekati Bapa Michael yang berdiri di depan pintu rumah Keluarga Cloude.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD