Bab 2

990 Words
Happy reading *** Semenjak punya butik, Dara memilih tinggal di butik dari pada di rumah. Ada beberapa hal yang ia mengharuskannya tinggal di butik. Karena dia tidak ingin menghabiskan waktunya dijalan karena macet. Sekaligus ia harus belajar mandiri. Butik dua lantai masih atas nama aset property mas Alan, dimanfaatkannya untuk membuka butik disini. Setelah perdebatan panjang antara, ia, mama, papa dan mas Alan. Akhirnya ia resmi pindah di sini, waktu pertama kali pindah mama selalu datang setiap hari. Setelah mbak Jenar melahirkan memiliki anak, mama dan papa memilih sibuk dengan Alexandra cucu pertamanya. Sepertinya mbak Jenar dan mas Alan ngejar target anak, sekarang menambah dua anak kembar, yaitu Celin dan Celena. Mama dan papa sepertinya sudah melupakannya. Apalagi papa lebih banyak mengahabiskan waktunya menunggu Celin dan Celena pulang sekolah. Dan berjalan-jalan ke kebun Binatang. Mas Alan yang semakin sibuk dengan kasus-kasusnya. Mbak Jenar sibuk dengan bakery kekiniannya, yang kini sudah memiliki 5 cabang di Jakarta. Ketiga anak mas Alan, yang masih berstatus sekolah itu lebih senang bersama mama dan papa di rumah. Ya karena semua keinginan keponakannya itu terpenuhi dengan baik dan semakin manja. Mbak Jenar dan mas Alan, seperti pengantin baru lagi kerena beberapa bulan lalu mas Alan dan mbak Jenar liburan ke Swiss. Kabarnya sekarang mbak Jenar hamil lagi. Oh Tuhan, ia tidak membayangkan rumahnya semakin ramai. Mama dan papa semakin bahagia karena cucunya semakin bertambah. Mama dan papa sepertinya tidak membutuhkanya lagi, lengkap sudah hidupnya semakin sepi. Dara menatap wajahnya dicermin, ia mengoles lipstik berwarna nude. Ia menatap wajah yang sudah sempurna dengan sapuan make up. Ia berjalan menuju lemari memilih baju yang menggantung disana. Ia menyungging senyum karena baju-baju sexy berbahan satin itu adalah hasil karyanya. Ya, butik yang dibangunnya adalah butik yang bertema elegan dan sexy. Baju baju warna nude dan pastel menjadi ciri khasnya. Dara memilih bodycon dress dengan bahu terbuka berwarna hitam menjadi pilihannya saat ini. Ia melakukan ini agar menjadi pusat perhatian di bar sana. Ah ya, ia teringat bahwa saat ini adalah ingin bertemu Rama. Tapi ia tidak yakin Rama ada disana. Walaupun ada disana, ia akan pura -pura tidak kenal. Ia sempaf berpikir beberapa jam ini, Ia semakin tidak mengerti kenapa Rama berubah menjadi berandal seperti itu. Dara mematap penampilannya di cermin, ia tidak ingin terlihat jelek di mata Rama. Berpenampilan, cantik, dan sexy membuat dirinya lebih percaya diri dan memberi energi positif. Dara melirik jam melingkar ditangannya menunjukkan pukul 21.13 menit. Ia sudah lama sekali tidak ke Senoparty, menikmati live music semi club disana. Notifikasi ponsel berbunyi, ia menatap sebuah pesan masuk, ternyata dari Mili. Dara membaca pesan itu "Gue udah dibawah. Jangan kelamaan dandan," Dara mengambil tas kecil berwarna senada, ia melangkahkan kaki menuju tangga sambil menjinjing sepatu high heels. Ia memandang Tina yang sudah bersiap untuk pulang. Tina adalah salah satu karyawannya yang bertugas menjaga butik. "Mbak mau kamana, cantik amat," Tina menatap Dara dari ujunh kaki keujung kepala. "Senoparty," sahut Dara. "Mbak ...," "Ya Tina," langkah Dara terhenti ia memasang high heelsnya. "Lipstik mbak kurang merah," "Oh ya, bukannya nude bagus ya," Dara menatap penampilannya di cermin estalase. "Bagus merah mbak, lebih hidup," "Masa sih," "Serius mbak, coba aja," "Hemmmm," "Nanti deh dicoba, kalau ada gebetan," Dara melangkah keluar menatap Mili dikemudi setir. Mobil sedan berwarna hitam itu sudah menanti dirinya. Benar kata Mili, ia harus move on dari Dion dan sudah waktunya bersenang-senang. Ia membuka pintu mobil dan lalu duduk. Mili melirik Dara lalu tertawa, "Mau ketemu Rama sexy amat," "Lah iya dong, sekalian cari gebetan," "Kalau gebetannya Rama? Lo mau?," "Nggak," "Rama juga kayaknya nggak mau sama lo," Mili menghidupkan mesin mobil dan meninggalkan area butik. "Kenapa?," "Kan dari dulu dia cuekin lo, lo yang gangguin dua mulu," "Itu udah lama lah, masa-masa SMA nggak ada hubungan juga sama gue. Kelas tiga juga kita nggak sekelas," Dara menyandarkan punggungnya di kursi. Ia melihat ponselnya banyak notifikasi masuk. Ia biarkan begitu saja memilih menghidupkan music. *** Beberapa menit kemudian mereka tiba di Ibiza. Mili dan Dara melangkahkan kakinya menuju lobby Bar yang bernuansa Cozy. Bar ini ternyata ramai, oleh kalangan pekerja yang datang untuk nongkrong melepas penat. Mili dan Dara memilih duduk dikursi sambil menunggu minuman datang. Menikmati live music. Semakin malam suasana bar semakin terasa. Beberapa menit kemudian cocktail racikan autentik dari savoi serta cemilan pao-pao khas Tiongkok datang. Para pengunjung semakin memadati area bar, hingar bingar music live semakin kencang. Dara dan Mili mengabadikan keberadaanya dicamera ponsel. "Gue tadi liat Dion posting foto prawedingnya di IG," "Jangan bahas Dion deh, gue udah blokir IG nya juga," timpal Dara. "Oiya, gue ada kenalan sama cowok," Mili membuka ponselnya memperlihatkan kepada Dara. Dara menatap pria berkaos hitam, sambil menyesap minuman, "Siapa?," "Nggak tau, kenalan di Tinder, mau ketemuan sih," "Kapan," "Malam ini, tapi lagi dijalan," ucap Mili tersenyum bahagia. "Ih lo kok gitu, gue nanti dikacangin lagi," "Ya nggaklah, lo kan ada Rama," "Rama lagi, tuh orang aja nggak ada," "Pasti ada, tadi gue DM IG nya gue bilang, lo ada di sini," Mulut Dara nyaris menganga mendengar Mili mengatakan dia add disini. Ia tidak tahu inisiatif dari mana, Mili DM seperti itu. "Ih lo kok gitu sih Mil," "Nggak tau sih, dia nggak ada bales juga. Lagian followernya banyak gitu, mana sempet balas DM. Udah tertutuplah sama dm dm lainnya," "Lagian gue nggak percaya dia datang," timpal Mili. "Ihh kalau datang gimana ?," "Ya bagus kalian berantem lagi," "Ih Mili !!!" "Santai aja lagi," "Kapan lagi kan lo deket sama Rama," "Gue nggak mau deket sama berandal Mil !," "Bagus tuh yang berandal Dar, jangan liat tampang. Lo liat mantan lo si Dion, necis, executive muda, tapi selingkuhin lo," "Ya tapikan ini beda !. Lo juga sok tau banget. Kalau yang berandal lebih parah gimana? Ngobat, tatoan, hidupnya ancur, ngga ada masa depan. Mending gue cari kek Dion, jelas punya kerja," Dara mulai kesal tidak karuan. "Udah deh, sekali kali gebetan lo kek pereman, nggak bosen model kek Dion," "Ya nggak lah !," ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD