Besok sesuai rencana Isti dan genks akan berangkat menuju camping ground yang tidak jauh dari kota mereka, tempat wisata itu cukup nyaman untuk refreshing.
"Dek, besok kakak anterin ke kampus ya? Tapi abis subuh, kalo telat ntar ditinggal" Isti minta tolong ke Iwan adeknya.
"Kakak berapa lama?"
"kayaknya tahun depan pulang" Isti bercanda menggoda adiknya.
"Kakak!" Rengek Iwan.
"kenapa? kangen ya kalo ditinggal lama-lama?"
"Bukan kangen, aku mau snorkling keluar kota, mungkin nginep. Gantian..masa kakak terus yang ngetrip"
"iya iya..paling 2 harian"
"eh! besok aku pagi aku nganter Jihan ke terminal, kak Is aku anterin ke rumah kak Aji ya? kalo ama kak Aji ga bakal ditinggal, kan dia korlap nya, lagian rumah Jihan ama kak Aji sekomplek"
"ya uda, aku kabari si Aji...."
'hmmmm si adek uda punya gebetan, aku kapan????' batin Isti dalam sedih.
Esok harinya.
Pagi buta Isti sudah diantar Iwan ke rumah Aji.
"Maaf Tan..pagi pagi uda bertamu" ucap Isti.
"Ga papa kok Is, tante uda biasa bangun jam 3. Sekarang mau berangkat, hari ini ada acara, datang harus pagi juga, mama baik aja?"
"Alhamdulillah baik Tan. Mama sekarang ke Banjar temani papa. Aji belum bangun ya Tan?"
"uda kok, tadi uda gedebukan di kamar mandi."
"Syukur dech kalo Aji masih disini.....takut ditinggal"
"JI! BUNDA BERANGKAT! ADA ISTI!!!!" Bunda Aji yang bernama Rina berteriak.
"IYA.!" suara teriakan menjawab.
Bunda pun berpamitan, Isti mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
As you know., Bunda Aji (Rina) dan mama Isti yang bernama Nelly dulu 1 sekolah, tapi beda kelas, jadi mereka uda kenal sebelumnya.
"Ji...kamu masih lama ga? aku kebelet pipis" Teriak Isti didepan pintu kamar mandi.
"Iya ..Iya.."
Aji pun keluar dengan telanjang d**a, mengusap rambut basahnya yang masih berantakan dengan handuk.Isti terpukau dengan wajah segar Aji, beberapa detik gadis itu memperhatikan dengan seksama.
Isti pun segera sadar dan masuk ke kamar mandi, mereka bersimpangan di pintu kamar mandi.Gadis ini memang ga bisa nahan kalo kebelet pipis.
Sambil menunggu Aji dikamarnya, Isti duduk dan melihat TV yang isinya berita, biasa kalo pagi acaranya berita atau siraman rohani.
Aji merebahkan tubuh, dan meletakkan kepalanya di paha Isti.
"Aji! apaan sich!" Gadis ini cukup terkejut dengan sikap Aji. Tapi ada sesuatu di dalam hatinya membuatnya berdesir.
"Love, sebentar aja. Kalo di sana aku nggak bisa tidur." Aji bisa melihat wajah Isti yang merona.
Entah kenapa Aji berlaku seperti itu, dan anehnya Isti pun tidak menolak.
Dengan pelan, Isti menyisir rambut Aji dengan jari-jarinya. Aji memejamkan matanya menikmati sentuhan gadis itu.
Lalu Aji memegang jari Isti yang berkelana dikepalanya, cowok itu menuntun telunjuk Isti mengusap garis bibir Aji. Dia pun mengecup lembut telunjuk Isti, Isti menelan ludahnya dengan jantung yang berdebar.
"Ji..uda jam 6, kita ga berangkat?"
"Biarin! Mereka ga bakal berangkat kalo ga ada aku" Aji masih tetap menggoreskan jari Isti dibibirnya.
Isti berdiri dengan paksa, mau ga mau tubuh Aji juga terbangun.Gadis itu berjalan didekat jendela.
"Kenapa kamu seperti ini?" Ucap Isti, melihat arah jendela.
Aji membalikkan badan Isti secara paksa, cowok itu menangkup kedua pipi Isti, menatap kedua bola matanya.
"Love...aku merasakan ada sesuatu dengan kita, aku tidak perlu menjelaskan itu bukan? "
"Bagaimana dengan perasaanmu ke Ana?"
"aku ga tau ....Tapi saat ini aku cuma menginginkan kamu Love"
'aku juga ga bisa jauh darimu, tapi aku juga harus menjaga perasaan Ana' batin Isti. Dia tidak mau di juluki teman menusuk dari belakang.
Aji mendekatkan wajahnya, jantung Isti berdetak kencang. Aji mendaratkan bibirnya dibibir Isti, dengan bersamaan 1 tangan Aji berpindah ke tengkuk Isti.
Aji mencium lembut bibir bawahnya, Isti tidak membalas. Wanita itu tertegun. Lagi-lagi Aji berbuat yang tidak ia perkirakan.
Hingga akhirnya Isti mendorong paksa tubuh Aji.
"Ga boleh Ji! Ini salah!" Isti sadar kelakuan mereka. Dia kuatir Aji memanfaatkan dirinya.
"ayolah Love....."
"kita berangkat sekarang!" ucap Isti cepat dan mengangkat tas ranselnya.
Saat di motor mereka hanya diam, biasanya Isti yang bawel dan cerewet, namun saat ini tidak demikian.
'Kemarin dia ngejar Ana, dan hari ini dia seperti ini ke aku' batin Isti.
Hingga akhirnya mereka tiba di kampus, sudah ada beberapa teman yang lain.Setelah anggota lengkap, mereka menaiki mobil angkutan yang sudah disewanya.
Tiba di camping ground, mereka mendirikan 4 tenda yang melingkar.1 tenda berisi 3 cewek, dan sisanya terbagi untuk kaum cowok.
Isti melihat Ana yang memberikan perhatian khusus untuk Aji. Mencoba menarik perhatian, senyum malu saat didekat Aji.
Teman yang lain seolah memberi ruang untuk Ana dan Aji, namun Aji yang biasanya menebarkan pesona dan memperlakukan Ana seperti putri, kali ini sikapnya datar. Aji pun merasakan ada yang aneh pada dirinya saat melihat Isti. Dia merasa bersalah.
Sedangkan Isti mencoba tegar melihat Ana yang memperlakukan Aji sebaik mungkin. Bukan salah Ana, karena Ajilah yang lebih dulu mendekati Ana, dan sekarang Ana mulai merespon baik.
Isti dan Wati berkerumun dengan yang lain, mendengar candaan kaum cowok merupakan hiburan untuk Isti.
Malam hari.
"Is...temani aku buat mie instan yuk" ajak Wati.
"Kan barusan maem" ucap Isti.
"Hawa dingin bikin laper....ayo lah..." Bujuk Wati.
"Ana kemana?" Tanya Isti baru sadar jika Ana tidak ada di tenda.
"Kayak ga tau aja. Ke tenda cowok lah, kan pengen deket Aji terus..."
Isti pun mengambil nafas panjang, sesak mendengar berita mereka.
"Okay..." Akhirnya Isti bangun dari rebahan.
Mereka menyalakan kompor portabel, yang ada di depan tenda dan menyiapkan peralatan.
"Kamu uda telpon Ryan? Soalnya pacar kamu itu posesif banget" tanya Isti sambil tangannya didekatkan dikompor mencari hangat.
"Uda ... " Jawab Wati.
"Gimana sich caranya dapat cowok? kamu juga ga cantik-cantik banget, badan juga agak gendut" tanya Isti polos.
"Ya ampun! Itu mulut pedes banget, untung kita temenan ya....kalo ama cewek lain kamu di jambak, di cakar sampe guling-guling" ujarnya sambil cekikikan, Isti hanya nyengir. Wati memaklumi, kadang Isti berucap ceplas ceplos.
"aku kan jujur ...bagi tips napa? Kan aku juga pengen ngerasain pacaran. Sampek sekarang belum laku, rasanya pengen nulis di jidat 'jomblo berkualitas' atau 'single available'...keren yang mana? " Tanya Isti.
Wati kembali tertawa dan agak keras, sehingga beberapa teman keluar dari tenda.
"Kok ga bilang mau bikin anget anget?" Tanya seseorang.
"Sengaja, kalo bilang, kalian pasti ngerepotin" ujar Isti ketus.
"Sekalian ngerebus airnya, hemat parafin juga. Minta tolong ya Is...ntar didoain cepetan dapet cowok dech"
"Ya gini ini aku males ikut camping lagi....aku juga yang susah"
Mendengar keramaian ocehan diluar, akhirnya Aji dan Ana ikut keluar.
Akhirnya Isti membuat kopi dan teh sesuai permintaan mereka.Dan membagikannya.
"Lho....kok aku ga dikasih?" Tanya Aji ketika Isti melewatinya.
"Warungnya tutup! Lagian kan ada Ana, ngapain ke aku?" Isti berkata ketus. Mereka pun tertawa, terlihat biasa saja mereka mendengar ocehan Isti yang selalu bernada galak.
Isti pun mundur dari perapian, dan duduk di depan tenda sambil menikmati mie bersama Wati. Sesekali mata gadis itu memperhatikan Aji.
"Kamu mau apa Ji? Aku buatin" tanya Ana ramah dan suara yang lembut.
"Kopi aja An... makasih" ucap Aji sambil melihat Isti, namun Isti memutar bola matanya ke arah yang lain, berpura-pura tak peduli, tapi hatinya sakit.
"eh! tau ga sich..dulu Aji ngejar Ana. Sekarang Ana kasih lampu ijo, moga mereka jadian." ujar Wati yang duduk di sebelah Isti.
Deg!
Hati Isti langsung luruh mendengar doa dari Wati. Airmata sudah mulai terkumpul di pelupuk, Isti menengadah ke atas, seolah memerintah airmatanya untuk kembali ke tempat semula.
Namun ada setetes airmata keluar tanpa ijinnya, tak ayal hidung Isti pun mengeluarkan air.
"Duh...pedasnya mie ini" ucap Isti menyembunyikan kesedihannya, dia mengambil tissue dan mengusap airmata serta hidungnya yang memerah.
"Aku kedalam dulu ya, diluar dingin, mangkoknya besok pagi aja aku cuci" Isti pamit ke Wati. Dia menutupi kesedihannya.
"Iya ..ntar lagi aku nyusul" jawab Wati.
Isti berusaha memejamkan matanya, memunggungi Wati yang masuk ke tenda.
Entah mulai kapan Isti akhirnya tertidur, dan tak menyadari Ana memasuki tenda bergabung bersama.
Saat tengah malam Isti merasakan panggilan alam.Gadis itu keluar tenda hendak ke toilet.
Ada Aji dan Rio asyik bercengkrama.
"Mau kemana?" Tanya Rio yang melihat Isti keluar dari tenda.
"Pipis... anterin donk Rio" rengek Isti manja.
"Sama aku aja Love...aku juga mau pipis, kamu jaga sini ya Rio" ujar Aji.
"Hm" jawab Rio sambil menyeruput kopi.
Isti berjalan lebih dulu dan diikuti Aji, seolah Isti menjaga jarak, dia berjalan agak cepat.Tiba di ponten yang tersedia.
Terlihat beberapa antrian.
Mereka berdiri berdampingan.Isti yang biasa bawel dan mengeluh hanya diam.
"Kamu ngomong donk! Supaya ga garing" Aji memulai pembicaraan.
"Lagi belum ngumpul nyawanya" jawab Isti asal yang membuat Aji tersenyum.
"Love......."
"Hm..." Jawab Isti tanpa melihat Aji.
"Love....."
"Apa sich?! Dari tadi Lav lov mulu....aku plester ntar tuch bibir" Isti bernada ketus.
"Plesternya sama bibir kamu ya" Aji menggoda.
Isti memukul lengan Aji dan melototi.
Usai Isti membuang hajat.
"Uda?" Tanya Aji.
Isti mengangguk.
"Yuk balik"
"Kamu ga pipis? Tadi katanya mau pipis"
"Nggak! Alasan aja supaya bisa sama kamu"
Wajah Isti merona dan terasa panas. Rasanya dia ingin jingkrak jingkrak.
Mereka berjalan berdampingan, Aji meraih tangan Isti, jari mereka saling mengisi. Isti memang uda biasa bergandengan dengan Aji, Sammy dan Rio, tapi entah kenapa saat ini jantungnya bergejolak.
"Supaya hangat, lebih anget lagi kalo dipeluk" Kata Aji saat Isti melihat tangan mereka saling menggenggam.
Isti meremas tangan Aji tanda tidak setuju.
"Iya iya....gini aja" Ujar Aji lagi.
Dan mereka pun jalan bergandengan tangan.
Beberapa meter menuju lokasi tenda, Isti melepaskan tangannya secara paksa.
"Ga enak kalo diliat Ana" ucap Isti.
Isti berjalan menuju perapian dimana ada Rio seorang diri.Dia duduk disebelah Rio lalu merebahkan kepalanya dilengan Rio dengan manja.
"Ada apa?" tanya Rio.
Isti hanya menggelengkan kepala, Rio bisa merasakan gelengannya.
"Isti?" Rio bersuara lagi.
"Riooooooo..." Isti merengek, seolah mengatakan 'untuk sementara aku belum mau bicara'
Rio menatap tajam ke arah Aji, dan mengernyitkan dahinya.Aji pun mengangkat kedua alis dan bahunya nya seolah berkata, ' aku ga tau, aku ga ngapa-ngapain'.
Isti pun melanjutkan masuk ke tenda setelah berbincang sebentar dengan Rio.Sedangkan Aji hanya bisa melihat keakraban mereka.
Esok paginya.
Beberapa kali Isti melihat usaha Ana mendekati Aji dan memberikan perhatian.Dalam hati, Isti juga kasian melihat perjuangan Ana sebagai sesama wanita.
Hingga tiba waktunya Aji dan Isti duduk berdua, yang lain bermain air di aliran sungai yang tak jauh dari lokasi.
"Ji...kamu uda jadian ama Ana?" tanya Isti.
"Nggak" sahut Aji.
"Kamu belum ngomong ke dia?"
Aji menggeleng.
"Kenapa? Kamu dulu ngejar-ngejar dia, sekarang Ana uda baik lho, dia suka banget ama kamu"
"tau dech...sekarang akunya yang ga minat"
'kampret nich bocah! itu anak orang..jangan main-main ama perasaan' batin Isti.
"Kamu ngerasa kan dia service kamu untuk menarik perhatian?"
"Aku tau....tapi berada di sisinya itu garing..beda kalo sama kamu.."
"Bukan ngomongin aku, tapi Ana. Emang dia kurang apa? cantik, bohay, modis, dan kelebihan lainnya pasti ada kan?"
"iya, yang aku rasakan dia cantik. Tapi kayak belum klik gitu...."
"Kamu belum terbiasa, mulai sekarang kamu antar jemput Ana!"
"Nggak mau!"
"Kenapa? Bukannya kalo sering ketemu, kamu bisa kenal lebih jauh? Dan ntar bisa klik."
"Jangan maksa anter jemput Love....kan ada cara lain"
"Aku nggak maksa Ji. Dia uda suka sama kamu, sampe belain pindah kos supaya sering ketemu kamu."
"Itu kan urusan dia. Bukan aku yang suruh."
"Kamu nyebelin lho Ji. Kamu nggak usah nongkrong lagi di tempat ku"
Aji menarik nafas panjang mendengar ancaman Isti. Nggak mungkin Aji bisa jauh dari teman-teman.
"Ok ..tapi aku ngelakuin bukan untuk aku, tapi demi kamu... PER-MIN-TA-AN-MU!"
Isti tak tau mengapa ia menyarankan agar Aji lebih dekat dengan Ana. Padahal di sisi lain, dia masih mengharapkan perhatian-perhatian kecil dari Aji.
********
Sejak kepulangan dari camping itu, Aji mengantar jemput Ana, di sisi lain Aji juga memperhatikan dengan siapa Isti berboncengan.
Wajah Ana terlihat sangat bahagia, dengan senyum yang malu malu.
Disaat nongkrong bareng, menunggu jam masuk, Aji duduk bersebelahan dengan Isti.
"kamu hanya boleh boncengan dengan Rio!" bisik Aji ke Isti dengan nada memerintah.
"kenapa Rio?" tanya Isti.
"karena dia yang punya pacar..dan pacarnya ga bakalan cemburu ke kamu, kamu pun juga ga bakal suka ama Rio si kutu kupret itu"
"egois!" ucap Isti lirih.
"aku sudah menuruti permintaanmu, antar jemput Ana, sekarang turuti kemauanku!" perintah Aji.
"ok!" ucap Isti lalu meninggalkan para teman yang nongkrong.
"mau kemana non?" tanya Sammy.
"Kepo ach" jawab Isti ketus
"ntar klo kamu mati biar ada yang tau..ga jadi bangkai" lanjut Sammy
'Tuch bocah kalo ngomong ga bisa di kontrol.' batin Isti.
"mau ganti pembalut. Aku lagi mens. Hari pertama. PUAS???MAU NGANTERIN ?" Ucap Istirahat dengan mata tajam.
"Aku pakein sekalian ya?" jawab Sammy sambil terkekeh.
Para mahasiswa yang ada disekitar sering ngakak kalo mendengar Isti bersahutan dengan teman-temannya.Isti menjawab tanpa beban dan rasa malu, belum lagi nada galak yang menjadi khas nya.
Isti pun bergabung kembali dengan temannya.Dia duduk disebelah Rio.
"uda ganti pembalut?" tanya Rio.
"uda..tapi bagian belakangku rasanya capek. Ck! kalo bukan mata kuliah statistik, aku tinggal dech. Pengen baringan" jawab Isti.
"Sini...aku elus-elus" Rio menawarkan, Isti pun memajukan badannya, Rio pun memulai membelai punggung Isti.
Isti dan Rio sudah berteman mulai SMP, jadi Rio uda tahu seluk beluk Isti.
"kenapa?" tanya Ana.
"lagi kumat" jawab Rio
"jangan bikin Isti jengkel....singa betina aja kalah kalo lagi gini" ujar Wati.
"pulang aja ya Is..." ucap Ana.
"ga usah...di gini in uda enak kok...beruntunglah yang punya suami macam Rio..." puji Isti sambil menjulurkan lidahnya.
"kalo lagi gini dia ngomongnya baik...coba kalo waras..." ujar Rio
Dari seberang, Aji yang duduk bersebelahan dengan Ana hanya diam, menahan marah saat gadisnya di sentuh pria lain.Padahal tiap bulan Rio lah yang mengusap punggung Isti jika saat begini.
Entah sejak kapan, Aji merasa Isti hanya miliknya.
Usai kegiatan kampus, Isti pulang ke rumah, mengingat pesan mamanya. Ponsel Isti berdering
Aji : kamu sudah maem?
Isti : belum
Aji : kenapa?
Isti : males..kalo mens males maem
Aji : ada Iwan?
Isti : ga ada..katanya pulang jam 9..ke rumah Jihan dulu
Aji : aku kesana
Isti : ga usah
Aji : ga terima tolakan!
tut tut tut hubungan terputus
'mesti kalo telpon gitu, ga pake salam pembuka, ga pake salam penutup' batin Isti.
30 menit kemudian.
Aji datang dan membawa bubur ayam dan teh hangat.Terlihat seorang gadis duduk selonjor bersandar didinding beralaskan karpet, menghadap ke arah TV.Beberapa bantal kecil berhamparan disekitar tubuhnya.
Pria itu duduk bersila disamping Isti.
Jantung Isti berdetak kencang.'kok jadi gini ya?' batin Isti merasakan detak jantungnya yang mau lepas.
"nich makan" perintah Aji sambil menatap Isti
"males.." Isti menoleh sejenak mencoba menutup kegugupannya.
"aku suapin" Aji menawarkan dan duduk lebih dekat lagi di sebelah Isti.
Jantung gadis ini berdetak kencang, berdekatan dengan Aji membuat nya tak nyaman.
Isti mengambil bubur dengan kasar tanpa kata, lalu dia menyuapkan beberapa sendok, dia juga berusaha menenangkan jantungnya yang berloncatan.
Aji hanya tersenyum nakal melihat Isti manyantap makanan itu dengan terpaksa.
Aji dan Isti hanya diam. terdengar suara televisi menemani kebersamaan mereka
"sudah..kenyang" ucap Isti lirih dan menunduk.
Aji melihat kotak bubur itu, dan mengambilnya lalu melanjutkan menghabiskan sisanya.
Mereka terdiam, hanya suara TV yang terdengar di ruangan ini.
"aku ga suka liat Rio menyentuh tubuhmu" Aji memecah keheningan.
"tapi Rio uda biasa, dan aku merasa nyaman kalo di usap gitu" jawab Isti enteng
"tetap aja kamu ga boleh..hanya aku yang boleh menyentuh"
Hati Isti senang mendengar pengakuan Aji yang posesif, tapi dia bimbang.
"Emang aku ijinkan kamu sentuh aku? Hormati donk perasaan Ana! Lagian kamu sendiri kan yang kasih perintah..hanya Rio yang bisa dekat sama aku, karena dia punya pacar, tapi sekarang kamu protes" sahut Isti.
"Maaf...aku terlalu cemburu...aku iri melihat Rio bisa menyentuh tubuhmu" Aji mengaku dan menggenggam tangan Isti, lalu mencium punggung tangannya.
"Cemburu? sejak kapan kamu cemburu sama Rio?"
"aku ga tau Love....apa kamu keberatan kalo aku cemburu?"
Isti tidak menjawab dadanya terasa sesak merasakan detak jantungnya yang berpacu makin cepat.
"Love...." Ucap Aji.
"ada apa dengan kita Ji?" imbuh Isti
"i love you" ucap Aji
Isti pun menoleh dan tersenyum merona.Perasaan Isti campur aduk, senang karena akhirnya ada yang mengutaraka cinta, tapi dalam sekejap hatinya luruh mengingat Ana.Pengkhianat kamu Isti.
"Gombal" Isti tersenyum menundukkan wajahnya, menyembunyikan pipi merahnya.
"Uda di maafin kan?" Aji memegang dagu Isti, dia tersenyum melihat pipi Isti.
Isti hanya mengangguk.
"badannya masih ga enak?" tanya Aji
Isti mengangguk.
"sini..aku usap punggungnya" ujar Aji sedikit memerintah.
Isti dan Aji menggeser badannya, saat ini Isti duduk diantara dua kaki Aji.Tangan Isti memegang kedua paha Aji berpegangan.
Aji pun mulai mengusap bagian belakang tubuh Isti.Jantung Isti semakin berdetak kencang merasakan sentuhan Aji.
"kamu nikmati aja...aku ingin memanjakanmu sayang" imbuh Aji, tanpa persetujuan Isti, Aji mengecup tengkuk Isti. Cengkeraman Isti makin kuat, Isti tidak bisa menggambarkan perasaanya.
'Astaga.....aku dicium' batin Isti girang.
"relaks sayang..." perlahan Aji terus mengusap punggung Isti.
Isti menoleh ke Aji, dia menggigit bibir bawahnya, Aji semakin tergoda."jangan menggodaku dengan bibirmu Isti Lovenza" bisik Aji lagi.
Isti menahan senyum.
Mereka menghabiskan waktu dengan saling menggoda. Entah dengan perhatian kecil atau dengan gombalan. Pukul 8 malam, Aji kembali pulang.