Chapter 2 - The Fugitive

1100 Words
Irene mengerjapkan matanya. Tubuhnya masih terasa kaku. Ia merunduk perlahan dan melihat tangan dan kakinya diikat. Ia berada di sebuah mobil. Di bangku depan, terdapat dua laki-laki. Satu kemungkinan besar seumuran dengannya, dan satu lagi seumuran Ayahnya. Mereka terdengar sedang berbincang, dan Irene masih mencoba mencerna apa yang terjadi dengan dirinya. Dia masih terdiam, sambil mendengarkan pembicaraan dua lelaki di depannya. "Sudah kubilang, aku bisa menangkap perempuan yang kau minta. Aku sudah membuktikan diriku kepada Ayah. Lagi pula, sudah banyak yang aku culik, kan? Aku saja sudah menjadi buronan sekarang." kata seseorang yang terlihat seumuran dengannya itu. Lelaki paruh baya itu masih saja mencibir lelaki yang sedang menyetir di sebelahnya. "Kau memang berhasil, tapi kau membutuhkan waktu yang lama untuk menangkapnya! Pembeli kita sudah menunggu lama, kau tahu itu." Irene mengernyit. Pembeli? Menangkap? Maksud mereka siapa? Apakah yang dimaksud mereka adalah aku? "Tentu saja aku tahu. Tapi kau yang mengatakan aku harus menangkap dia bukan? Aku sudah mengikutinya selama seminggu! Jika kau memerintahkanku untuk menangkap perempuan lain, mungkin aku sudah mendapatkan uang itu." Tentu saja Irene terkejut bukan main saat mengetahui bahwa lelaki itu sudah mengikutinya selama seminggu. Kapan? Irene bahkan tidak ingat kemana dia pergi selama seminggu ini selain bersekolah. Yang dia ingat, pada hari selasa ia pergi ke rumah Ave untuk  meminjam sebuah buku. Berarti, lelaki tersebut mengikutinya sampai rumah Ave? "Kau akan mendapatkan uang itu jika perempuan ini sudah kau antar ke Texas. Kau tau kan, tempatnya di mana? Restoran burger itu." kata Ayah sang remaja itu sambil menyalakan rokoknya. Seketika, mobil dipenuhi dengan asap rokok. Irene sudah lama sekali alergi dengan asap. Jika ada yang merokok, dia pasti batuk. Dan saat ini, Irene mencoba menahan batuknya meskipun dia gagal. Kedua lelaki itu menengok ke belakang, menatap Irene. "Sejak kapan dia bangun?" tanya sang Ayah. Sang anak mengangkat bahunya, menandakan bahwa dia juga tidak sadar kapan Irene bangun. "Hei, siapa nama mu gadis kecil?" tanya sang Ayah, dia kembali menatap ke depan. Irene tidak menjawab, dan itu membuat pria itu kesal. "Siapa nama mu?" sekarang, giliran sang anak yang bertanya. Irene masih diam, dia menatap tajam kedua lelaki itu. Sekarang, Irene sadar betul bahwa dirinya telah diculik. Sang penculik yaitu anaknya, sudah mengikutinya selama seminggu. Dan hari ini, Irene berhasil diculik. Irene mengutuki dirinya sendiri, mengapa sejak awal dia tidak sadar? Mengapa ia meninggalkan Daniel tadi? Terus terang, Irene tidak pernah menduga bahwa dirinya akan mengalami hal ini. Sekarang, bagaimana caranya dia kabur dari kedua penculik ini? Dan Irene yakin sekali, kedua lelaki tersebut akan menjualnya ke restoran burger di Texas. Tapi kenapa restoran burger?? Irene baru ingat bahwa ia membawa handphone tadi di tasnya. Ia segera mencari keberadaan tasnya, namun ia tidak bisa menemukannya. "Di mana tas ku?" tanya Irene. Kedua lelaki itu langsung menghadap ke belakang secara bersamaan, sedetik kemudian, mereka berdua tertawa. "Bahkan kami tidak sadar kau membawa tas, nak. Kami tidak memerlukan isi tasmu. Yang kami butuhkan adalah diri mu." kata sang Ayah. Sial, dugaan Irene sekarang adalah, sang penculik meninggalkan tasnya di depan gerbang sekolah tadi. Lalu, bagaimana caranya dia melarikan diri atau menelepon polisi? "Berapa lama kalian mengikutiku?" tanya Irene. "Aku yang menabrakmu di super market hari senin. Kupikir aku bisa langsung menculikmu, tapi di sana penuh dengan cctv bukan? Aku bisa ketahuan." kata sang anak. Irene bingung, mengapa lelaki yang Irene pikir, seumuran dengan dirinya, malah mengikuti jejak sang Ayah? Apakah pekerjaan sebagai penculik sangat menggiurkan? Bukankah resikonya sangat tinggi? Ini gila. * Hari senin, tanggal 11 Juli 2016. Sepulang sekolah, Irene mampir ke super market bersama Daniel. Mereka sama-sama disuruh Ibu mereka untuk membeli kebutuhan masing-masing. Mereka menaiki mobil milik Ayah Daniel. Hari ini, Daniel sengaja meminjamkannya. Irene keluar dari mobil. Sambil membawa kantung belanjanya, ia memasuki super market bersama Daniel. "Belanjaanmu banyak?" tanya Daniel. Irene mengangguk, "Mama ingin memasak banyak menu hari ini karena adiknya datang." jawabnya. Daniel menunjukkan daftar belanjaannya kepada Irene. "Tidak banyak, kan? Ibuku jarang memasak. Kadang kakakku lah yang memasak." Yup, Daniel memiliki kakak perempuan bernama Danila yang saat ini sedang berkuliah dan masuk di semester keempat. Danila sangat pintar, mirip seperti Irene. Hanya saja, Danila tidak seramah yang Irene kira sebelumnya. Danila cukup dingin kepadanya saat awal mereka bertemu. Namun sekarang, sikap dingin Danila berkurang padanya. Mereka mencari bahan-bahan makanan yang terdaftar di daftar belanjaan mereka masing-masing. Daniel dan Irene berpisah saat Daniel berkata ia membutuhkan selai stroberi. Sementara Irene harus mengambil selada. Irene berjalan pelan sambil terus mengamati daftar belanjaannya. Ia tidak sadar bahwa sejak tadi, seseorang mengikutinya. Dompet Irene jatuh saat seseorang yang sejak tadi mengikutinya menabraknya dari sebelah kanan. Orang itu pergi begitu saja tanpa membantu Irene untuk mengambil dompetnya jatuh. Orang itu juga tidak mengatakan maaf kepadanya. Irene mengernyit dan menghentakkan kakinya dengan sebal, apa sih, maksudnya? Setelahnya, ia langsung mengambil selada yang dia butuhkan, lalu pergi mencari Daniel. * "Kenapa kalian malah menculikku? Bukan orang lain?" tanya Irene. "Karena akulah yang menyuruh Aldrich menculikmu. Kau masuk kriteria kami, customer kami pasti akan menyukaimu." jawab sang Ayah, "Kau cantik, kulitmu putih, halus, dan sepertinya, kau masih perawan." tambahnya. Irene membayangkan dirinya akan dijual ke seseorang, dan dua orang rendahan ini akan mendapatkan uang, membuatnya ngeri. "Jika aku sudah tidak perawan?" tanya Irene. Sejujurnya, Irene masih perawan. Irene tidak pernah berhubungan seks sekalipun dengan Daniel. Mereka hanya berciuman, itu saja. "Sayang sekali, kau dihargai murah." kata Aldrich, menjawab pertanyaan Irene. Irene membuangkan pandangan ke arah jendela mobil. Sepertinya mereka sudah tidak ada di Denver, kota kelahirannya. Seperti yang Ayah Aldrich bilang tadi, mereka akan membawa Irene ke Texas. "Turunkan aku di depan." ujar Ayah Aldrich. Aldrich langsung menurunkan Ayahnya di depan sebuah gedung tua yang tidak berpenghuni. Mereka berpisah di sana. Aldrich harus membawa Irene ke Texas. Kalau dia gagal, Ayahnya sudah mengancam tidak akan menganggapnya lagi sebagai anak, dan ia tidak dapat sepersen pun uang dari Ayahnya. Aldrich melirik Irene yang berada di kursi belakang. Irene terdiam, tidak berkata apa pun. Aldrich merasa bingung, bagaimana mungkin perempuan tersebut merasa tenang-tenang saja? "Kenapa kau begitu tenang?" tanya Aldrich. Irene tertawa sinis, "Untuk apa aku melawan? Tidak ada gunanya. Hanya akan menghabiskan tenagaku." jawabnya. Sebenarnya, sejak tadi, Irene mencoba tenang dan mencari jalan keluar untuk kabur dari mobil ini. Setidaknya, ia bisa meminta tolong kepada seseorang untuk melaporkan Aldrich ke polisi. Sayangnya, hari sudah larut, tidak banyak orang yang berlalu lalang di sini. "Sudah kuduga. Kau akan seperti ini, sejak pertama kali aku melihatmu." kata Aldrich. "Kau tidak mengetahuiku." balas Irene. "Aku akan tahu nanti." sahut Aldrich, "Kita akan menginap. Aku mengantuk." katanya sambil menguap. Mata Irene melebar. "Menginap?" Irene akan memikirkan bagaimana cara untuk kabur setelah ia tahu di mana Aldrich membawanya untuk menginap malam ini. Irene akan menggunakan kesempatan itu baik-baik. Aldrich mengangguk, "Iya. Kenapa? Kau sedang memikirkan cara untuk kabur?" tanyanya, ia tersenyum sinis. Irene bisa melihatnya melalui spion. Irene tidak menyahuti Aldrich. Irene menyenderkan kepalanya, ia hampir menangis walaupun ia menahannya. Bagaimana ini? Pasti orang tuanya sedang mencarinya, dan menyalah-nyalahkan Daniel soal ini. Daniel, maafkan aku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD