True story

1671 Words
Happy Reading. * Mengungkit masa lalu adalah hal yang memuakkan. Itulah alasannya aku tidak pernah mau mengingat masa lalu. Aku membenci masa lalu dan aku tidak pernah berniat mengulanginya. Aku membencinya, sangat membencinya. * Aliya berdiri diam dalam keheningan, mereka masih dihotel tempat bulan madu dan masih akan disini selama 2 hari kedepannya. Tidak ada pembicaraan antara mereka, sibuk dengan kediaman dan kebisuan masing-masing. Aliya sangat benci suasana ini. Rasanya suara dikerongkonganya ingin berteriak dengan keras dan mengatakan jika Aliya tidak ingin seperti ini. Jimin sendiri juga diam dengan posisi bisunya. Diam sambil memperhatikan Aliya yang memandang luar dan berfikir apa yang akan ia lakukan selama 2 hari kedepannya. "Apa menurutmu ini akan berhasil?" Jimin tersentak saat mendengar suara Aliya. "Kau bicara padaku?" Tanya Jimin kaget dan menatap sendu punggung Aliya. "Kau fikir disini ada orang lain selain kita?" Tanya Aliya terdengar sinis dan membuat Jimin tertegun. "Mian aku kurang fokus" jawab Jimin menyesal. "Tentu saja kau tidak fokus. Diotakmu hanya ada gadis bernama Han Chaerin kan?" Pertanyaan Aliya membuat Jimin memejamkan matanya sesaat dan menarik nafas panjang. "Han Chae Rin bukan apa-apa ku" ujar Jimin lembut. "Kau fikir aku percaya? Datang dengan sebuah koper besar dan meneriaki namamu dengan keras saat pemasangan cincin pernikahan. Bukankah matanya terlihat berkaca-kaca?" Sinis Aliya mengingat wajah Han Chae Rin saat itu. "Bagaimana menjelaskan semuanya padamu? Kau terus berperasangka buruk padaku" ujar Jimin lesu. "Tentu saja aku berperasangka buruk padamu. Kau tidak pernah serius menjalani pernikahan ini dan bagaimana kau setuju untuk menikah secepat ini? Jika kau tidak siap menikah seharusnya tidak perlu menikah. Aku tidak pernah memintamu menikahiku dan aku juga tidak minta pertanggung jawaban darimu tapi kenapa kau masih ngotot ingin menikah? Kau membenciku, dan bagaimana bisa kita hidup dengan ikatan pernikahan sementara tidak benar-benar terjadi hubungan yang baik diantara kita?" Teriak Aliya yang kehilangan kendali atas dirinya. Ia muak dengan kepura-puraan Jimin. Aliya ingin menjalani semuanya dengan nyata. "Tidak bisakah kau percaya padaku?' pinta Jimin dalam. "Tidak" jawab Aliya cepat. "Lalu apa yang kau inginkan?" Tanya Jimin putus asa. "Bersikaplah seperti biasa dan berhenti berpura-pura" jawab Aliya dingin. "Apa kau berfikir jika selama ini aku berpura-pura?" Tanya Jimin tidak percaya. "Tentu saja! Bagaimana aku tidak berfikir seperti itu. Pernikahan ini dirancang oleh Eommaniem dan kau hanya tinggal mengikuti rencananya. Aku tidak pernah tau alasanmu menikahiku, murni karena tanggung jawab? Paksaan? Atau kasihan? Aku bahkan tidak tau yang mana itu. Tapi percuma saja aku tahu. Toh latar belakangnya juga menyedihkan bukan?" Jimin menolak tuduhan Aliya yang mengatakan jika alasan menikahnya adalah kasihan. Jimin bahkan tidak memikirkan itu sama sekali. "Ini benar-benar memuakkan" desis Aliya sinis dan berlalu tapi tanganya lebih dulu dicekal Jimin. "Akan ku ceritakan masa laluku padamu" ujar Jimin menatap dalam manik bulat Aliya. "Tid~~~" "Aku tidak main-main dengan ucapanku Aliya. Setidaknya dengar dulu" ujar Jimin tegas. "Kau bahkan tidak percaya padaku" cetus Aliya dingin. "Dengarkan aku~~~" * "Apa ini akan berhasil?" Tanya Namjoon pada yang lain. "Setidaknya percayalah pada Jimin sedikit saja Hyung. Dia tidak main-main dengan Aliya dan pernikahan ini bukan murni rencana Ahjumma Park, Jimin juga terlibat disini" ujar Taehyung pelan. "Mwo?" Tanya Suga tidak percaya. "Jimin menyukai Aliya" ujar Hoseok memperjelas ucapan Taehyung. "Itulah alasannya aku membawa Aliya kembali dengan lama. Aku ingin Jimin menyadari perasaannya sendiri dan membuatnya sadar jika dia butuh Aliya" ujar Taehyung menerawang jauh. "Kapan kau tau keberadaan Aliya?" Tanya Jin pada sang Taehyung. "Satu bulan setelah kepergiannya" jawab Taehyung dengan senyum kotaknya. "Kau~~~" "Jimin akan mempertahankan Aliya apapun yang terjadi. Kalian tidak perlu khawatir dengan kondisi pernikahan mereka selanjutnya. Memang akan sedikit bermasalah tapi itu akan jadi kekuatan mereka kedepannya" kata Hoseok dengan senyum diwajah. "Jimin akan mulai terbuka dengan Aliya termasuk masa lalunya" cetus Taehyung. "Jangan bilang kembalinya Chae Rin juga karena kau Tae?" Ujar Suga menatap tajam kearah Taehyung. "Memang iya" jawab Taehyung sambil tertawa. * "Aku serius dengan pernikahan ini, tapi kumohon bersabarlah beberapa saat. Biarkan aku terbiasa dengan pernikahan ini dan juga dirimu" Aliya meremas kuat jemari tangannya dan mengalihkan perhatian keluar. "Aku akan istirahat dulu" mendengar ucapan Aliya, Jimin hanya menghela nafas lelah. Jimin harus bersabar menghadapi Aliya. Jimin sudah menceritakan semuanya, keluarganya, Han Chae Rin termasuk Han Chaeyoung. Bagaimana awal hubungannya dengan Chae Rin juga hubungannya dengan Chaeyoung. Jimin tidak menyembunyikan apapun saat ini. Tapi kenapa sulit sekali mendapat respon baik dari Aliya? "Kau harus bersabar. Aliya terlalu terluka dan dia butuh waktu untuk menyembuhkan lukanya" Jimin memejamkan matanya sebentar saat kata-kata Hoseok tergiang ditelinganya. "Kau harus sabar Jim" * Setelah berada di hotel selama beberapa hari akhirnya Jimin dan Aliya kembali. Mereka tinggal di dorm Bangtan sama dengan yang lain. Lagi pula akan jadi masalah jika Jimin dan Aliya tinggal sendirian. Bukankah Taehyung harus mengawasi keduanya. "Jika kau tidak suka warna kamarku, kau bisa mendekornya ulang" ujar Jimin saat mereka baru masuk kekamar. Tentu saja Jimin berkata seperti itu. Saat baru menikah dengan Taehyung, Lisa langsung merubah total kamar Taehyung. Dari yang warnanya gelap jadi terang benderang. Jimin tau jika Aliya tidak akan banyak berkomentar karena pernikahan mereka masih tahap awal penjajakan, jadi Jimin ingin Aliya menyuarakan keinginannya. Kamar Jimin tidak terlalu gelap seperti kamar Taehyung. Hanya ranjang dan karpet serta Furniture-nya saja yang berwarna hitam. Korden dan dinding masih berwarna putih. Lagipula Jimin suka warna natural dan tidak terlalu mencolok seperti Jin dan Jungkook. "Tidak perlu. Lagipula akan buang-buang waktu dan tenaga. Toh mau warna apa saja juga tetap saja kamar" jawab Aliya pelan dan menuju ranjang sedangkan Jimin hanya menghela nafas pasrah. Setidaknya Jimin sudah berusaha menawari. "Baik jika itu mau mu" ujar Jimin pelan dan mengikuti Ranjang. "Mandilah. Akan kubereskan bajumu" Jimin mengangguk dan berjalan kearah kamar mandi. "Jangan lupa handuknya" ujar Aliya sebelum Jimin benar-benar masuk kekamar mandi. "Ye Nyonya" jawab Jimin keras dan membuat Aliya mendengus. Setelah Jimin masuk kedalam kamar mandi Aliya mulai membongkar koper mereka. Mengemasi baju Jimin dan bajunya. Menghela nafas saat melihat banyak linggerlie yang ada ditumpukan baju dalam koper. Ini ulah Lisa dan Joy, Aliya tau karena Joy dan Lisa yang menyiapkan keperluan mereka sebelum berangkat. "Mereka menyebalkan" kesal Aliya dan mengambil baju Jimin untuk ditaruh dilemari. "Oh God banyak sekali bajunya, dan dimana aku harus meletakkan bajuku?" Desis Aliya saat tau banyaknya baju Jimin. * Malam harinya semua makan malam dengan formasi lengkap. Aliya sendiri sedikit merasa canggung karena ini makan makan pertamanya dengan semua anggota. "Kudengar masakanmu enak? Bisakah kau ajari aku?" Pinta Jihyo pada Aliya. Jihyo ingin mencairkan suasana yang kaku dari tadi. "Aku tidak terlalu pandai memasak Jihyo-shi~~~" "Eonni. Kau harus memanggilku Eonni sekarang. Kau sudah resmi jadi istri Jimin dan artinya kita ipar jadi biasakan panggil aku Eonni. Dan jangan lupakan yang lain juga. Kau yang paling muda disini" ucapan Jihyo membuat semua mata memandangnya. Bahkan Jin yang ada disamping Jihyo sampai menahan nafasnya. Heol Jihyo sangat berani rupanya. "Nde Ji~~ah Mianhae Eonni" ujar Aliya sedikit kikuk dan membuat semuanya tersenyum. Bahkan Jimin juga ikut tersenyum. "Panggil aku Eonni juga Nde?" Ujar Joy ikut-ikutan. "Nde Eonni~~~" "Ah masakanmu benar-benar enak Hyungsunim" kata Jungkook keras dan membuat semua tertawa. Akhirnya semua saling bercanda dan saling melempar ejekan. Aliya yang melihatnya tersenyum simpul dan saat Jimin melihat senyum Aliya hatinya jadi menghangat. "Bersabarlah" Jimin melirik Taehyung dan mengangguk pelan. * Semua tidak membaik begitu saja, Han Chae Rin sekarang mulai membawa masalah bagi Jimin. Tentu saja Jimin kelimpungan menghadapi Chae Rin. Aliya kembali jadi Dancer BigHit dan Chae Rin selalu datang ke BigHit untuk menemui Jimin, itu artinya Chae Rin dan Aliya selalu bertemu. Seakan tuli dengan usiran Jimin Chae Rin masih saja datang dan merocoki Jimin dan itu membuatnya kesal apalagi Aliya yang memilih pulang dengan Taxy dibandingkan dengan Jimin. Terhitung sudah 2 bulan Chae Rin menempeli Jimin dan Jimin jadi emosi plus kesal. Aliya memang tidak marah atau menunjukkan ketidak sukaanya pada Chae Rin tapi dari gerak-geriknya sangat terlihat dan Jimin bukan orang bodoh yang tidak menyadarinya. "Bagaimana bisa hubunganku dan Aliya membaik? Sementara gadis menyebalkan dan itu selalu menempeliku. Huh sepertinya aku harus mengusirnya lagi" kesal Jimin. Dari balik pintu Taehyung yang mendengar ucapan Jimin mencoba menahan tawanya. Rencananya berhasil untuk membuat Jimin frustasi. "Maaf nde Chim" ujar Taehyung yang masih menahan tawanya. * Setelah mendengar umpatan kasar dari Jimin, Chae Rin tentu saja menangis. Dua kali Jimin mengumpatnya, bahkan kali ini lebih parah karena ada Aliya didepan mereka. Sebenarnya Jimin tidak ingin mengumpat Chae Rin, tadinya ingin bicara baik-baik tapi karena Chae Rin terus ngotot dan itu membuat Jimin jadi emosi. "Kembalilah ke Amsterdam Belanda. Akan kuberikan tiket untukmu" ujar Jimin kesal dan menarik Aliya menjauh. Baginya ini sudah cukup, Jimin tidak mau terlalu dianggap kejam karena mengumpat wanita. "Kau terlalu kasar padanya" ujar Aliya yang mengikuti tarikan tangan Jimin. "Aku sudah mencoba cara halus tapi dia seperti batu. Jadi pilihannya adalah kasar. Salah sendiri keras kepala" cetus Jimin yang tidak mau disalahkan. Sadar atau tidak Aliya mulai bersikap lembut pada Jimin, dan dengan masuknya Han Chae Rin kedalam hidup mereka hanya akan merunyamkan semuanya. Jimin harus bertindak cepat bukan? Mereka sudah tidur satu ranjang, walau belum pada tahap saling menyentuh. Aliya juga terbiasa menyiapkan keperluan pribadi Jimin dan Jimin tidak mau itu berhenti ditengah jalan. * "Buka bajumu" ujar Aliya saat Jimin mengeluh gatal dipunggungnya. Mendengar ucapan Aliya tentu saja Jimin bergerak cepat membuka bajunya. "Yakin kau sudah mandi?" Tanya Aliya mengusap punggung Jimin. "Tentu saja" jawab Jimin yakin. "Tapi kenapa masih gatal-gatal?" Tanya Aliya. "Entahlah. Mungkin bajunya masih kotor" mendengar ucapan Jimin, Aliya jadi kesal sendiri. "Aku yang mencuci bajumu. Enak saja tidak bersih" Jimin tertawa mendengar suara Aliya yang terdengar kesal. "Mianhae" Aliya menyelesaikan usahanya dan bangkit dari ranjang. "Pakai sana piama ini" kata Aliya sambil menyerahkan piama pada Jimin. "Pakaikan" Aliya mendengus dan memakaikan piamanya ketubuh Jimin. "Sudah! Sekang tidur" ujar Aliya dan langsung membaringkan tubuhnya sementara Jimin tersenyum menatap Aliya yang memunggunginya. "Kuharap semuanya akan membaik dengan cepat" ujar Jimin dengan senyum dan membaringkan tubuhnya disamping Aliya. "Selamat malam" ujar Jimin lembut pada Aliya dan tentu saja Aliya mendengarnya tapi tidak berniat membalas ucapan Jimin. "Tidurlah" ujar Aliya pelan. "Nde!" Tbc. Afandima, 01-12-2018.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD