Motor Vulcan dan teman-temannya berhenti tepat didepan warung membuat tiga remaja yang sedang tertawa menghentikan aktivitasnya. Ketiga remaja tersebut menatap tak suka kearah orang yang baru tiba disana.
"Mau apa lo kesini?" Guntur langsung tersulut emosi, ia tidak suka jika Vulcan dengan teman-temannya menganggu ketenangan mereka.
"Lo jauhin adik gue." Ares langsung tersenyum tanda mengerti apa yang dimaksud Vulcan.
'Ternyata Venus adik Vulcan.'
Siapa lagi kalau bukan Venus, anak SMA CAKRAWALA yang berinteraksi dengannya.
"Kalau gue ga mau." Ares sengaja menyulutkan emosi Vulcan. Jujur ia sedikit rindu melihat wajah Vulcan menahan amarah seperti sekarang.
"Mati lo ditangan gue." Ares terkekeh melihat wajah Vulcan yang memerah.
"Sejak kapan lo deket sama Venus sampe pacaran?" Theo tak yakin Ares bisa berpacaran dengan Venus sekarang. Ia masih percaya bahwa Venus menyukai Eros, tidak mungkin langsung memiliki pacar bukan?.
Ares yang mendengar perkataan Theo tersenyum makin lebar.
'Permainan lo asik Venus, gue ikutin alur lo.'
"Bukan urusan lo, gue pacaran sama Venus juga ga ada hubungannya sama lo."
Vulcan makin tak bisa menahan amarahnya, langsung saja ia memukul wajah Ares dengan Beringas. Ares sama sekali tak membalas pukulan Vulcan, ia akan menggunakan kesempatan ini untuk lebih dekat dengan Venus dan membuat Vulcan lebih murka.
"Woyyy udah anjing, hancur muka anak orang bangsat." Leo menghentikan aktivitas Vulcan.
"Huhh, adik lo jatuh cinta sama gue, terus gue harus apa?" Ares lagi-lagi sengaja melakukan itu, ia tak hanya ingin menyulutkan emosi Vulcan tapi juga Eros. Karena sedari tadi Eros sudah mengeraskan wajahnya.
"Jauhin Venus kalo lo ga mau bermasalah."
Ares bahagia akhirnya akhirnya Eros mau membuka suaranya.
"Lo siapanya Venus mau nyuruh-nyuruh gue jauhin dia."
Rahang Eros mengeras, ingin sekali menghancurkan orang didepannya sekarang.
"Gue ga peduli, lo jauhin Venus. Putusin.dia. atau gue yang buat dia putusin lo." Setelah Vulcan mengatakan itu, mereka meninggalkan tempat itu dengan segera.
"Woi anjing gue kok baru tau lo punya pacar?, adiknya Vulcan lagi."
Guntur memang sedari tadi sudah tersulur emosi, tapi ia tak ingin ikut campur tanpa diminta.
"Gue juga baru tau gue punya pacar." Kekeh Ares.
"Lahh sianjing, salah paham dong tadi." Zidan menggaruk kepalanya tak paham.
"Tadi salah paham sekarang udah ga, udah punya pacar gue."
"Apaan lo ga jelas bangsat."
"Gue cabut dulu mau meminta pertanggung jawaban dari pacar." Ares langsung menaiki motornya, dan mengarah seorang remaja yang katanya pacarnya itu.
Ares sekarang tengah memencet bel dengan senyum merekah. Walau wajahnya penuh lebam tapi dia sekarang punya alasan lebih untuk bertemu dengan Venus, bukan hanya karena jaket dan helm.
Pintu rumah tersebut dibuka oleh Freya yang sedikit terkejut melihat wajah Ares.
"Maaf kakak cari siapa ya?" Freya tak ingin membuka pintunya lebar, ia takut.
"Venusnya ada ga ya?" Ares tanya dengan sopan. Ia baru tau kalau Vulcan memiliki dua adik perempuan yang cantik-cantik.
"Ohhh bentar ya kak aku panggilin dulu, tapi kalau boleh tau nama kakak siapa ya?"
"Ares, nama gue Ares."
Mendengar nama tersebut membuat Freya sedikit tersenyum. Ia tau kalau Ares adalah nama pacar kakaknya.
"Ohh kakak pacarnya kak Venus ya?"
"Hehe iya." Ares sangat takjub dengan Venus, apa seluruh penghuni rumah telah dibohongi oleh gadis itu.
"Ohh silahkan masuk kak tunggu didalam aja." Mendengar ajakan Freya, Ares melangkahkan kaki dengan senang tanpa beban.
Ares mendudukan dirinya di sofa ruang tamu seraya menunggu 'pacar'nya itu datang.
"Heh, lo ngapain disini?" Ares mendengakkan kepalanya melihat lantai atas, terdapat Venus sudah dengan baju santainya.
Venus berlari menuruni tangga langsung mendudukan dirinya disebelah Ares. Venus sebenarnya kasihan melihat wajah tampan Ares menjadi jelek sekarang penuh lebam. Venus juga tau siapa yang membuat jawah Ares seperti ini. (Siapa lagi kalau bukan Vulcan yeee kan).
"Lo ngapain sih ihhh, nanti kalau kakak gue balik gimana makin ancur ntar muka lo."
"Gue minta pertanggunjawaban." Setelah menjawab itu, Ares langsung saja mendapat pukulan dari Venus di bahunya.
"Pertanggungjawaban apa?, emang gue hamilin lo enggak kan?"
"Bukan gitu maksudnya, kalau itu juga seharusnya gue yang hamilin lo." Jawab Ares enteng.
"Ihhh mulut lo ya, udah cepetan lo mau apa?, mau ambil jaket sama helm?"
Ares berdecak mendengar jawaban Venus. Jaket dan helm milik zidan biar saja disini agar ia bisa datang lagi.
"Udah gue bilang gue mau minta pertanggungjawaban, ga liat nih muka gue ancur gara-gara kakak lo?"
"Ya terus hubungannya sama gue apa?"
"Obatin lah katanya lo pacar gue?"
"Lo i-" ucapan Venus terhenti karena Freya tengah memberikan mereka air.
"Lo ngapain disini?" Ares dan Freya sedikit terkejut mendengar bentakan Venus. Venus hanya tak mau jika Freya tau Ares bukan pacarnya.
"I...ini ngg...asih a.."
"Gausah." Venus memotong perkataan Freya dengan cepat.
"Lo ikut ke kamar gue."
"Lo mau ngapain ajak gue kekamar, kita belum sah Venus, sabar gue tau lo ga sabar."
Venus menulikan telinga dan menarik Ares kekamarnya. Ia tak mau Freya mendengar percakapannya dan ia juga tak mau Ares lebih babak belur kalau Vulcan pulang tiba-tiba.
"Yaampun Venus sadar, sabar kita nikah dulu." Ares makin menjadi saat Venus mengunci pintu kamarnya.
"Ihh otak lo jorok, nih jaket sama helm udah kan?" Ucap Venus sambil memberikan jaket dan helm kepada Ares. Sementara Ares malah meletakan jaket dan helm itu di kursi dan duduk diranjang Venus.
"Udah gue bilang, gue mau lo obatin gue pacar." Ares sengaja menekan kata pacar dan tersenyum kearah Venus.
"Aduh Ares gue minta maaf ya gue ga maksud bener, gue cuman minjem bentar tadi nama lo, ga lama kok besok gue balikin nama lo dengan bersih dan murni."
Ares menggelengkan kepalanya seperti anak kecil.
"Ga usah dibalikin, pakek aja terus ga perlu minjem lagi kan udah jadi pacar."
"Ares gue serius, beneran gini deh gue ngobatin luka lo, terus udah lo ambil jaketnya, terus udah gue balikin nama lo, terus udah deh kita ga kenal lagi."
"Ga bisa gitu dong, lo harus tanggung jawab dulu."
"Tanggung jawab apa lagi."
"Nanti gue bilangnya, sekarang obatin gue dulu." Ares sedikit mengangkat dagunya juga tak lupa dengan senyumnya yang tak pudar.
Venus menghela napas dan segera keluar kamar mengambil obat, sementara Ares berkeliling kamar tersebut. Seketika mata Ares tertuju pada lemari buku, bukan pada buku yang ada di lemari itu, melainkan botol yang berada disana.
Ares mengambil botol itu dan membacanya sekilas
"Belladona, ngapain nih cewek punya cairan ekstrak belladonna."
Mendengar pintu yang terbuka Ares kembali meletakan botol itu di tempatnya.
Venus membawa baskom kecil berisi es batu dan sapu tangan. Ditangannya yang lain juga terdapat kotak P3K.
Ares segera mendudukan dirinya kembali diranjang dan membiarkan Venus melakukan aktivitasnya.
"Cantik." Satu kata yang keluar dari mulut Ares saat Venus tengah mengobatinya.
"Diem atau gue usir." Mendengar jawaban Venus membuat Ares terkekeh pelan.
Venus yang tengah serius mengobati luka Ares menatap jawah itu dengan seksama. Matanya perlahan turun kedada Ares dimana terletak nama Ares disana.
'Aresellos Haidar Zeroun'
JEDAAAR (bunyi petir bukan artis)
Membaca nama itu membuat tubuh Venus membeku. Bagaimana dia bisa lupa dengan tokoh sepenting Ares.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA." Ares terkejut dengan teriakan Venus yang tiba-tiba tepat didepan wajahnya.
"Jadi lo Ares?"
Ares mengerutkan keningnya.
"Iya kan gue bilang tadi gue Ares, emang lo pikir gue siapa?"
"Huaaaaaa, mama aku lupa AAAAAA."
"Kenapa sih?"
"Lo tuh second lead, seharusnya lo ga disini, iiihhhhhh gimana nih mampus gue."