Part 7

1120 Words
Aurora mengusap wajahnya kasar kala dokter telah keluar. Padahal hanya sakit perut karena datang bulan tapi Jason sangat berlebihan hingga memanggil dokter. Sewaktu dia terkena penyakit demam berdarah saja, ia tidak pernah memeriksanya ke dokter dulu. Bertemu dengan Jason ternyata membuat hidupnya berubah drastis. Ya, harusnya dia sudah bisa menebak hal itu terjadi. Orang kaya punya kehidupan wow yang tidak mungkin dirasakan oleh orang miskin sepertinya. Wajah kusutnya berganti dengan wajah manis kala melihat Bella muncul dengan hati-hati di pintu kamar. Gadis kecil itu melongokkan kepalanya ke dalam, sungguh terlihat imut, membuatnya gemas saja. Tapi tentu saja akan berbeda cerita jika yang melongokkan kepala dari pintu kamar sesosok makhluk gaib; kuntilanak. "Masuk Bella, peluk ibu." ujarnya lembut. Dan si gadis kecil langsung berlari ke dalam, memeluknya dengan begitu erat, lalu menangis kencang sehingga Aurora panik seketika. "Bella jangan menangis ya. Ibu tidak suka melihat Bella menangis." Bella semakin menyembunyikan wajahnya di d**a Aurora. "Bella takut ibu kenapa-napa." ujarnya tercekat. "Ibu tidak kenapa-napa, Bella." "Tapi kenapa dokter memeriksa ibu?" "Itu karena ayahmu terlalu berlebihan." "Aku tidak berlebihan, Ra. Aku hanya takut terjadi sesuatu padamu." sela Jason tiba-tiba. Bella melepaskan pelukannya, kemudian menatap sang ayah. "Terserah kau saja lah." Aurora tidak ingin berdebat untuk sekarang. Jason menatap Aurora dalam. "Oh ya, aku akan pergi makan malam bersama kolega bisnis. Tidak apa 'kan aku menitip Bella di saat kau sedang sakit ini?" Aurora tersenyum manis, sempat membuat Jason tertegun sejenak. "Tentu saja tidak apa-apa. Aku hanya sakit perut karena sedang datang bulan." Jason mengangguk. Beralih menatap Aurora. "Tidak apa kan ayah tinggal Bella lagi?" "Tidak apa-apa, yah. Ibu ada di sini untuk menemani Bella." Pria tampan itu mengelus puncak kepala putrinya dengan sayang. "Ayah pergi dulu." Kemudian beralih menatap Aurora. "Aku pergi dulu, Ra. Jangan sungkan untuk menghubungiku kalau terjadi sesuatu." "Oke." Kala Jason telah menghilang sepenuhnya, Bella merebahkan tubuhnya di samping Aurora. "Cepat sembuh ibunya Bella." Aurora tersenyum manis. "Iya, sayang." Kedua perempuan berbeda umur itu kemudian terjatuh ke alam mimpi sambil berpelukan. Jason yang menjadi pengamat di sela pintu kamar, tersenyum kecil. "Sepertinya dia memang benar orang yang kau katakan itu, Xia." gumamnya pelan. **** Tidak membutuhkan waktu lama, Goumin telah berhasil menangkap penghianat perusahaannya. Fang Leng, pemimpin devisi keuangan. Pria itu mencuri uang perusahaan sebesar 3M. Setelah mencuri uang tersebut, Fang Leng berencana kabur ke luar negri. Akan tetapi, di pelabuhan anak buah Goumin berhasil menangkap basah pria itu. Sempat memberikan perlawanan dan menyerah kala kakinya di tembak dua kali. Dan sekarang, pria pencuri itu telah terikat erat di kursi. Goumin duduk di depan pria tersebut dengan aura mencekam. Tatapannya terlihat akan melubangi Fang Leng. "Apa tidak ada yang ingin kau ucapkan kepadaku, Fang Leng?" Bertanya tenang, namun tersirat ancaman. Fang Leng ketakutan. Kemudian memasang tampang paling memelasnya. "Maafkan saya, Pak Goumin. Saya tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama. Maafkan saya yang terlalu gelap mata karena uang." Ya, uang memang membuat seseorang gelap mata. Dan yang lebih parahnya, uang membuat seseorang kehilangan hati nurani. Demi uang, orang rela melakukan berbagai hal seperti merampas hak milik orang lain, menyengsarakan orang lain, dan bagian terburuknya adalah sampai merenggut nyawa orang lain. Uang memang penting. Tapi, untuk mendapatkan itu harusnya dengan jalan yang baik. "Maafkan saya, Pak Goumin." lirihan penuh permohonan itu tak membuat Goumin kasihan. Pria tampan itu berdiri dari kursinya. Berdiri menjulang tinggi di depan Fang Leng. Tanpa disangka, Goumin menendang kursi yang diduduki Fang Leng hingga pria tersebut terjatuh ke lantai dengan keras. "Dengan mudahnya kau meminta maaf setelah apa yang kau lakukan pada perusahaanku." geramnya. Tanpa ampun, Goumin menendang dan menginjak kuat tubuh lemah Fang Leng. Memukulinya bertubi-tubi hingga tubuh Fang Leng berdarah dan tidak berbentuk. Jeritan kesakitan Fang Leng membuatnya semakin bersemangat untuk melukai pria itu dan jeritan penuh permohonan membuatnya merasa sangat puas. Setelah puas meluapkan emosinya, baru lah Goumin keluar dari dalam ruangan. Meninggalkan Fang Leng yang terkapar tidak berdaya. "Jaga dia! Kalau sampai dia lepas dari sini, maka nyawa kalian taruhannya!" titah Goumin ke anak buah yang berjaga di pintu. "Baik, boss." Goumin tersenyum miring. Meninggalkan ruang khusus tempatnya menyiksa para penghianat. Ya, setiap orang yang berhianat padanya memang akan di kurung di sini untuk di siksa. Mereka tidak akan pernah lepas, kecuali jika kematian menghampiri. Goumin memang memiliki sifat kejam yang tersembunyi di balik wajah datar dan dinginnya. Pria itu membuka dasi yang terasa mencekik lehernya. Masuk ke dalam mobil dan membuka kemejanya yang terkena cipratan darah Fang Leng. Tak lupa pula membersihkan darah yang mengenai tangannya dengan tisu basah. Pria itu akan pulang ke rumah dan dia tidak ingin membuat mommynya histeris kala melihat keadaan kacaunya. Untungnya di mobil selalu tersedia stok pakaian. Mobilnya mulai melaju kencang, membelah jalanan yang sepi malam ini. Mobilnya baru berhenti di sebuah mansion yang berdiri megah. Dengan raut wajah datar khasnya, Goumin keluar dari dalam sana. Lana berdiri berkacak pinggang di depan pintu mansion. Goumin yang melihat hal itu memutar bola mata malas. "Untuk apa mom berdiri di sini? Mommy tidak beralih profesi menjadi satpam, bukan?" tanyanya datar yang dihadiahi jeweran oleh sang mommy. "Dasar anak nakal! Mommy sudah menunggumu sejak tadi!!" "Kenapa mommy menungguku? Mommy kesepian?" Goumin bertanya datar tanpa merasa kesakitan akibat jeweran Lana. "Ya. Mommy kesepian! Makanya cepat menikah supaya mommy punya menantu yang akan menemani mommymu ini." Lana mulai melepaskan jewerannya. "Mommy saja yang menikah lagi!" "Apa?! Mau dikemanakan daddy mu ini, Goumin?!!" tanya daddy Goumin tiba-tiba nongol dengan wajah kesal. "Pokoknya daddy tidak akan pernah rela wanita yang daddy cintai menikah dengan pria lain! Mommy hanya milik daddy!!" ujar Tuan Wang posesif. Lana tersenyum malu-malu. "Makanya daddy jangan sering meninggalkan mommy sendirian di rumah." ketus Goumin. "Sebenarnya daddy juga tidak ingin meninggalkan mommymu sendirian di sini. Tapi, mau bagaimana lagi. Mommy mu tidak mau ikut dengan dad. Padahal dad rindu dengan mommymu setiap detiknya. Daddy rindu dengan tu--" Goumin melongos pergi karena malas mendengar daddynya berpidato ria dan tentunya juga malas melihat wajah sok malu-malu mommynya. Padahal biasanya, mommynya itu malu-maluin dan bar-bar. Pria itu semakin mendengus ketika mendengar desahan mommynya. Dan ia sudah tahu apa yang dilakukan oleh sepasang suami istri tua itu. Pintu kamar dibantingnya dengan kuat. Berjalan menuju kasurnya dengan langkah lebar. Menghempaskan tubuhnya ke atas sana dan mencari posisi ternyaman. Tatapannya tertuju ke bagian kasurnya yang kosong. "Lien, andai saja kau ada di sini. Aku ingin memelukmu dan membiarkan lelahku menguap begitu saja di dalam dekapanmu." Menatap lama ke bagian kasur sampingnya itu. Ia tersenyum manis ketika melihat Lien sedang tersenyum ke arahnya. Tangannya berusaha menggapai pipi Lien. Akan tetapi, Liennya menghilang begitu saja. Goumin tersentak. Lien yang dilihatnya tadi ternyata hanya lah bantal guling. Dia tersenyum kecut. "Aku mulai gila karena memikirkanmu terus, Lien." -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD