“Sebelumnya aku berpikir bahwa merelakan kebahagiaan untuk orang lain adalah pilihan, tapi kini aku menyadari bahwa tidak ada kebahagiaan yang sempurna selain melihat senyumanmu.” – Alaric Hernandez. Pancaran cahaya dari air menyinari wajah Alaric, matanya memantulkan kilauan menatap lekat kolam itu. Hingga tangannya tersentak oleh Faullina yang bergelanyut di lengannya. Akan tetapi tangan itu segera ditepis olehnya sebab dia merasa risih. “Why?” Faullina terperangah sambil menengadahkan tangannya bingung atas perlakuan Alaric. Alaric yang bermonolog akan mencari Laura ke mana pun sampai ketemu, sedang tidak ingin diganggu. Rasa khawatir terus saja bergelanyut membuatnya harus segera menemukan Laura, sebab kalau tidak ia bisa gila karenanya. Alaric bersandar di kursi panjang menika

