6. Permintaan Maaf

944 Words
"Mas ayo makan malam dulu, kamu belum mengisi perutmu tadi." Reyea berdiri di belakang suaminya yang tengah duduk di balkon kamar. Merasakan hawa malam yang mulai merambati kulit. "Iya sayang, aku masih sibuk. Tiba-tiba saja Frengky ingin bertemu denganku." Reyea mengernyit."untuk apa mas?, apa tidak bisa besok pagi jika itu mengenai pekerjaan?" Erick mengangkat bahu, menelan ludah karena gugup. Jantungnya berdetak hebat jujur ia takut rencana ingin bertemu dengan Sarah akan ketahuan. "Aku baru saja ingin menelpon Frengky, tetapi kamu datang sayang." Reyea berjalan mendekati suaminya, dengan posisi masih membelakangi wanita itu memegang kedua pundak Erick "Ya ampun mas, jangan sungkan gitu. Telfon saja Frengky lalu katakan apa yang dia inginkan." Erick mengangguk, "mungkin aku akan mengirimkannya pesan." "Begitu juga baik." Erick menulis beberapa kata dalam ponselnya. Tetapi bukan untuk Frengky, melainkan ia tulis untuk Sarah dengan posisi yang Reyea tak bisa melihat pesan yang ia tulis. To Ms. Aku ingin kerumahmu, ayo kita makan malam. Kuharap kamu mau "Sudah mas?" tanya Reyea, Erick mengangguk lalu berikutnya ada balasan dari Sarah dengan cepat Erick membuka pesan tersebut. Ms. Untuk apa?, Aku gak bisa! "Apa katanya mas?" Erick mendongak, lalu berkata "Frengky membutuhkan bantuanku, tapi entahlah aku juga tidak tau apa. Aku harus kesana sayang." Pria itu berdiri dari posisi lalu menghadap Reyea "Gak apa-apa kan aku makan diluar saja bersama Frengky mungkin?, Kamu kalau sudah merasa ngantuk tidur lebih dulu ya?" Reyea mengangguk walau sedikit kecewa. Padahal ia sudah memasak makanan kesukaan Erick. "Aku pergi dulu." Sebelum pergi Erick mengelus puncak kepala istrinya. Lalu berjalan meninggalkan Reyea yang termenung di balkon. Rasanya baru kali ini Erick begitu semangat membantu Frengky selaku pegawai dan sahabatnya. Biasanya suaminya itu akan sangat enggan membantu siapapun, apalagi Frengky jarang meminta bantuan pada Erick justru mungkin sebaliknya. Memukul kepalanya pelan, Reyea menyadarkan diri untuk tidak berpikir negatif kepada suaminya. Mungkin saja memang benar Frengky sedang membutuhkan bantuan dari Erick. Udara malam semakin menjadi-jadi Reyea akhirnya masuk kedalam dan tak lupa menutup pintu. Lalu berjalan menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang perih karena menahan lapar. Ia sengaja tak makan terlebih dahulu dan lebih memilih menunggu Erick tapi ternyata suaminya ingin makan malam bersama sahabat. _________________________________________________ Mobil milik Erick melaju dengan cepat, membelah jalanan yang masih nampak ramai. Di perjalanan ia merapalkan doa agar Sarah bisa dengan mudah memaafkannya dan memahami situasi yang ada. Tak lama bagi Erick untuk mengunjungi rumah Sarah. Mobilnya sudah sampai di pelataran rumah milik kekasihnya. Ia keluar dari dalam mobil, sandalnya menginjak rerumputan hias yang sengaja Sarah tanam. Nampak lampu teras di depannya masih menyala dengan terang karena memang waktu masih menunjukan pukul delapan malam. Hujan yang mereda menyisahkan genangan kecil di pelataran rumah Sarah. Percikan kecil dari langit masih mengenai rambut Erick. Tangannya mengetuk pintu kayu di depan, menunggu yang empunya membuka pintu. Beberapa kali hingga hampir membuat jemari Erick memerah. "Untuk apa kau kesini?" Tepat setelah selesai membuka pintu, Sarah langsung melayangkan pertanyaan dengan ketus. Erick meraih tangan Sarah namun di tepis begitu saja "Aku minta maaf atas perlakuanku." Sarah bersidekap."apa dengan meminta maaf kamu bisa mengembalikan harga diriku mas?" "Sarah kumohon." Erick menarik Sarah masuk kedalam, lalu menutup pintu dengan rapat. "Aku sudah muak mas, aku capek seperti ini." jelasnya, bahkan matanya nampak berair Erick meraih tangannya, kali ini Sarah tak melawan. "Aku salah, tak bisa mengendalikan emosiku. Maafkan aku." dengan tiba-tiba Erick memeluk Sarah , membuat wanita yang dipeluknya menangis terisak. "Maafkan aku sayang, kumohon jangan pergi. Aku janji gak akan membuatmu merasa terhina. Kamu terbaik buatku." Tangannya mengelus punggung Sarah, mencoba memberi ketenangan. Tangisan Sarah teredam didalam pelukan badan kekar Erick. "Kamu jahat mas." Berulang kali Sarah memukul d**a bidang Erick. Pria itu membiarkan wanitanya menumpahkan segala kekesalan. "Maafkan aku." Bibirnya beralih mengecup puncak kepala Sarah. "Aku tidak memiliki hubungan apapun mas dengan Heru, dia memang mantanku tetapi sudah tidak ada ruang baginya." Sarah menjelaskan dengan penuh tangis. Lalu melepas pelukannya "Iya aku percaya. Maafkan aku ya?" Sarah mengangguk, Erick tersenyum senang lalu mengecup bibir Sarah dengan lembut, dan beralih kematanya yang membengkak karena ulahnya. "Mas.." lirih Sarah "Ada apa?" "Aku mendengar pembicaraanmu dengan Reyea." "Yang mana?" "Kamu baru saja bermain panas dengannya bukan?" Erick menggaruk tengkuknya, "sayang, bagiku kamu beda. Sensasi yang kamu berikan membuatku lebih berpetualang kumohon jangan merasa tak baik. Oke?" Sarah mengangguk lalu tersenyum. "Sudah makan malam?" "Belum, aku kesini selain meminta maaf juga ingin meminta makan." Wanita didepannya itu tertawa pelan, "Gak tau malu kamu mas." "Tapi kamu sayangkan?" Goda Erick, Sarah mengangguk seperti anak kecil. "Kamu masak apa?" Sarah menggeleng, dia bahkan tak sempat memikirkan masalah perutnya karena sedih. "Gak ada." Seolah mengerti keadaan Sarah, Erick akhirnya mengajaknya untuk makan malam diluar. "Aku ganti baju dulu ya?" Erick mengangguk, lalu menunggu Sarah dengan duduk di sofa ruang tamu. Erick bersyukur memiliki Sarah yang mudah memaafkan, hati wanita itu begitu lapang dan itulah mengapa Erick merasa tertarik pada Sarah. Wanita itu berhati baja dan mandiri. "Mas aku sudah siap." Sarah muncul, berada di tengah-tengah pintu dengan gaun berwarna merah menutupi lututnya. Rambut pirang yang di gerai sebahu, bibir pink yang menambah kemanisan bibir cantik Sarah. "Cantik." gumam Erick "Aku selalu cantik untukmu mas." Erick tersenyum, lalu berdiri menggandeng Sarah. Mereka berjalan menuju mobil mewah Erick dengan tak lupa mengunci pintu rumah terlebih dahulu. Sarah sebenarnya masih kecewa, ia bahkan bingung mengapa mudah sekali memaafkan Erick yang sudah merusak perasaannya. Tetapi biarlah, lagi pula ia memang tak bisa mendiamkan Erick berlama-lama. Biarkan saja Sarah menikmati kebahagiaan dengan milik orang, ia membiarkan dirinya menjadi manusia yang bodoh. Kelak, Sarah yakin ia akan bisa mendapatkan semuanya. Mendapatkan Erick dan kasih sayangnya. Lihat saja Sarah akan mengalahkan Reyea yang membuat dirinya terhina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD