Hembusan angin pagi menerpa lembut kulit Azzam yang sudah berdiri memandangi pintu gerbang Aurora. Ayah tiga anak itu sampai harus menginap semalaman di depan sana dengan mobilnya. Tidak tenang meninggalkan ketiga anaknya yang sedang dalam bahaya sekarang. Azzam menghela pelan lalu perlahan melangkah menyusuri bangunan Aurora di luar pagar. Berharap ada jalan keluar atau sedikit celah agar ia bisa masuk. Pintu otomatis yang Wisnu buat dan hanya bisa terbuka dan tertutup sekali itu tidak bisa diakses lagi karena kecerobohan Romeo. Kalau saja anak berkacamata bening itu mau sedikit menunggu dan bersabar. Pasti sekarang ketiga anaknya dan juga murid Aurora lainnya bisa selamat. Azzam kembali berjalan ke depan sana dengan memicingkan mata saat melihat beberapa mobil sedan mendekat dan mema

