2. Skripsi

2185 Words
Selesai menjalankan misi di rumah Sharon, Dery senang banget! Setelah semua hantu-hantu itu pergi diusir Blacky, suasana di rumah Sharon langsung berubah dan terasa jelas. Bahkan, Sharon juga ikut merasakannya. Rumah itu jadi terlihat lebih terang, tidak terasa sumpek lagi, dan tidak pula berhawa panas atau terlalu dingin dan membuat merinding. Tidak perlu ditanya dimana hantu-hantu itu berada sekarang. Walau Dery tidak tahu kemana pastinya mereka kabur atau dibawa Blacky, tapi Dery yakin jika Blacky membawanya ke tempat yang aman. Selama ini selalu begitu. Paling, Blacky mencarikan tempat baru untuk mereka di sebuah rumah kosong yang tidak dihuni lagi. Walau mengusir mereka, tapi Dery juga tahu tata krama. Ia tidak akan mengusir mereka begitu saja dan akan menyuruh Blacky mencarikan mereka tempat tinggal yang baru dimana di tempat itu mereka tidak akan mengganggu siapa-siapa. Itu juga Dery lakukan supaya mereka tidak dendam padanya dan mengganggu di kemudian hari. "Udah, Der?" Sharon tadi agak sangsi begitu melihat Dery keluar dari rumahnya dalam keadaan tidak lecet sama sekali, bahkan rambutnya secuil pun tidak berantakan. Jadi, wajar saja Sharon bertanya-tanya, ini Dery betulan sudah mengusir hantu-hantu di rumahnya atau belum. Tapi, Dery meyakinkan Sharon kalau ia sudah mengusir semua hantu di rumahnya dan menyuruh Sharon untuk segera membersihkan rumahnya dan melakukan pengajian serta doa bersama. Sebagai pagar supaya hantu-hantu itu tidak datang lagi. Dan Dery juga menyuruh Sharon untuk melangsungkan pembayaran setelah nanti Sharon yakin kalau hantu-hantu memang tidak datang mengganggu lagi. Dery sih yakin kalau hantu tidak akan berani kembali setelah mereka melihat Blacky. Dibandingkan mereka yang cuma hantu komplek, Dery ini asalnya dari gunung, jadi levelnya jauh di atas pocong atau suster ngesot. Bahkan, Om Uwo saja lari terbirit-b***t begitu melihat Blacky. Serius deh, Blacky pasti sudah berhasil membuat mereka trauma. Akhirnya, di detik setelah Dery menyuruhnya, Sharon langsung memanggil orang-orang untuk membersihkan rumah itu dan mengadakan pengajian keesokan harinya. Dery turut diundang ke acara pengajian itu, tapi ia tidak memenuhi undangan karena ada pekerjaan di tempat lain. Bukan membual, tapi memang begitu. Dery memang lagi banyak dapat job. Satu minggu kemudian, Dery senyam-senyum sendiri waktu bangun tidur dan melihat notifikasi m-banking di ponselnya. Ada transferan masuk dari Sharon. Nominalnya tidak sedikit, bahkan dua kali lipat dari kesepakatan mereka sebelumnya. Bayaran dari Sharon ini sudah setara dengan Dery melayani lima klien biasa sekaligus. Lalu, ada pula pesan masuk dari Sharon yang membuat Dery makin mesem-mesem. From : Sharon Deryyyy, makasih banyak ya!!! Udah seminggu ini orang-orang gue ada yang tinggal di rumah itu dan beneran nggak ada gangguan apapun! Suasananya juga udah nggak sesuram kemarin, dan udah ada yang nawar mau beli rumahnya!!! Jadi ini gue kasih bonus buat lo ya, Der. Oh iya, kalau nanti lo mau collab sama gue di podcast lo atau mau minta promosiin sesuatu, bilang aja yaaaa. Pasti gue bantu! :D Hohoho...ini namanya rezeki nomplok banget buat Dery. Sudah dapat bayaran dua kali lipat, ia juga dapat keuntungan lain berupa exposure gratis dari Sharon si selebgram. Kalau menggaet nama Sharon sih, podcast horror yang baru dirintis oleh Dery bakal cepat naik namanya. Cengiran lebar Dery masih menggantung di bibir ketika ia keluar dari kamar dan pergi menuju dapur untuk minum. Dery pun berpapasan dengan Supardi, kakeknya yang biasa Dery panggil dengan sebutan Engkong. Supardi sedang makan pisang goreng ditemani segelas kopi hitam di meja makan waktu Dery datang. "Nape lo senyam-senyum?" selidik Supardi yang tentu saja menyadari cucunya cengar-cengir sendiri. Dery terkekeh. Ia menenggak segelas air putih dulu, lalu bergabung dengan engkongnya di meja makan dan duduk di depannya. Satu pisang goreng di piring yang ada disana dicomot Dery. "Biasa, Kong, ada transferan baru masuk," ujarnya bangga. "Engkong mau makan ape? Atau lagi butuh sesuatu? Entar gue beliin." Jangan heran kenapa Dery berbicara menggunakan lo-gue dengan kakeknya sendiri. Alasannya karena sedari kecil ia sudah diajak bicara seperti itu oleh Supardi yang memang cara bicaranya keras, berbeda dengan kakek-kakek pada umumnya. "Gue butuh rumah baru," jawab Engkong. "Yaelah, Kong, itu ngelunjak namanya." Supardi terkekeh dengan suara seraknya. "Lagian, lu lagaknya kayak bisa beli satu dunia." "Soalnya gue dapet bayaran dua kali lipat, Kong." "Dari si artis kata lu itu?" "Hooh." "Banyak emang hantu yang lu usir kemaren?" "Lumayan lah, sesuai sama bayaran yang gue dapet." Engkong cuma manggut-manggut, tidak bertanya lebih lanjut tentang pekerjaan Dery. Dan memang selalu begitu. Sebetulnya, Engkong tidak percaya dengan segala sesuatu yang berbau mistis. Beliau mana percaya sama yang namanya hantu. Dery yang sudah tinggal berdua dengan Engkong sejak masih kecil dan didik olehnya pun jadi ikut-ikutan tidak percaya dengan hantu dan hal mistis lainnya. Sampai setahun yang lalu, sebuah kejadian besar membuat Dery yang tidak percaya sama sekali dengan hantu, jadi bisa melihat semua yang tak kasat mata. Engkong masih tidak percaya, walau di awal-awal mata batinnya terbuka, Dery kerap teriak karena terkejut melihat banyaknya hantu-hantu yang muncul. Sekarang sudah percaya sedikit sepertinya, karena uang yang mengalir terus ke kantong Dery akibat kemampuan barunya melihat hantu. Yang mana uang-uang yang Dery dapatkan cukup banyak membantu kehidupan mereka setahun belakangan ini. Sebelumnya, hidup Dery dan Engkong bisa dibilang sangat pas-pasan karena mereka hanya bergantung pada gaji pensiunan Engkong sebagai guru, juga ternak ayam kampung milik Engkong yang penghasilannya tidak seberapa. Selama ini, Engkong menghidupi Dery dari kecil hingga sudah sebesar sekarang dengan penghasilan itu. Iya, Dery memang sudah dirawat oleh Engkong sejak ia masih kelas tiga SD setelah orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Sementara neneknya sudah meninggal lebih lama daripada itu. Walau Engkong suka marah-marah, tapi Dery sayang banget sama kakeknya itu. Engkong sangat berjasa buat hidup Dery. Makanya, walau di awal tidak suka dengan kemampuan melihat hantu, bakal sempat stress karena itu, akhirnya Dery jadi bersyukur sebab kemampuannya ini justru mengalirkan rezeki yang banyak untuknya. Sekarang Dery sudah bisa menghidupi dirinya sendiri dan tidak jadi beban keuangan Engkong lagi. "Terus skripsi lu dah sampe mana, Der?" Dery yang lagi anteng makan pisang goreng jadi keselek mendengar pertanyaan Engkong. Bagi mahasiswa semester tua seperti Dery, skripsi merupakan topik yang sangat sensitif, terlebih lagi karena Dery sama sekali belum memulai skripsinya. Melihat Dery keselek, bukannya membantu dengan memberikan minum, Engkong justru melempar Dery dengan remahan pisang goreng. "Inget ye, lu tuh udah janji sama gue bakal lulus tepat waktu! Sekarang udah semester sepuluh, tapi lu belum mulai apa-apa! Mau sampe semester berapa lu kuliah? Dua belas?!" Dery jadi cemberut. Ia sudah tidak tersedak lagi, tapi dadanya masih sakit. "Yaelah, Kong, nggak segitunya juga. Semester ini gue selesai nih, suer! Tenang aja, wisuda gue sebentar lagi." "Harusnya lu tuh tamat tahun lalu, tapi malah mangkir setahun." "Engkong kan tahu sendiri kenapa." "Kaga usah ngeles!" Ah, sumpah deh, Dery jadi bete abis karena bahas-bahas skripsi. Padahal, tadi ia sudah senang sekali karena ada transferan masuk. Dery pun mencomot satu lagi pisang goreng dalam piring yang ada di atas meja, lalu ia beranjak dari duduknya. "Mau kemane lu?" tanya Engkong. "Ngasih makan ayam!" jawab Dery, lalu berjalan keluar rumahnya, meninggalkan Engkong yang masih ada di dapur merangkap ruang makan di rumah mereka. Sambil garuk-garuk perut, Dery berjalan keluar rumah sambil mengunyah pisang goreng. Dery duduk di teras dan memandangi kandang ayam milik engkongnya. Bukannya langsung memberi makan ayam, ia justru jongkong di depan kandang sambil main ponsel. Beberapa hantu di dekat kandang ayam dan di pohon jambu yang ada di sebelah kandang itu menyapa Dery, tapi Dery cuma melambaikan tangan saja pada mereka. Ia masih sibuk memeriksa ponselnya, membaca komentar-komentar yang masuk ke podcast terbarunya. Suasana hati Dery jadi membaik karena membaca banyaknya tanggapan seru yang didapatnya lewat podcast horror yang membahas tentang kuntilanak warna-warni. Tapi, rasa senang Dery tidak bertahan lama. Sebab tidak lama kemudian, muncul notifikasi pesan yang membuat Dery nyaris melemparkan ponselnya ke tanah. Bagaimana tidak, Dery baru saja dapat pesan dari dosen pembimbingnya! From : Pak Teguh Dosbing 1 Assmlkm...Dery... Proposal km ap kbr?? temui sy di kmpus hr ini y...! Dery mau teriak rasanya. SKRIPSI BANGKEEEEEE. *** Rasanya sudah lama sekali Dery tidak ke kampus untuk urusan kuliahnya. Belakangan ini, Dery berkeliaran di kampus karena menemui klien atau nongkrong bersama teman-temannya. Karena memang urusan Dery di kampus tinggal skripsi, sementara ia sama sekali belum tergerak untuk mengerjakan syarat kelulusannya itu. Bukannya tidak mau sih, tapi Dery lagi tidak bisa fokus kesana. Ia sangat sibuk mengurusi pekerjaannya yang entah kenapa akhir-akhir ini ramai. Entah karena hantu-hantu sedang banyak berulah, atau nama Dery yang semakin beken seantero kampus sebagai Dery Dukun pengusir hantu, sehingga klien Dery berasal dari angkatan dan jurusan yang beragam. Bahkan, dari kampus lain juga ada! Selain itu, Dery juga baru merintis podcast-nya di Youtube. Walau baru beberapa video yang diunggahnya disana, tapi Dery sudah mendapat belasan ribu viewers. Ditambah lagi jika nanti dipromosikan oleh Sharon, ia yakin podcast-nya pasti akan semakin sukses. Karena itu, Dery sibuk kerja, berkutat dengan perhantuan, sampai-sampai tidak bisa fokus pada skripsi. Kalau dulu saat masih aktif belajar mata kuliah yang lain sih enak, Dery masih dapat nilai besar walau jarang memerhatikan di kelas. Soalnya, setiap ujian Dery pasti mendapat bantuan hantu-hantu di sekitarnya untuk mencari jawaban. Curang sih, tapi itu kan privilege Dery sebagai seseorang yang bisa berinteraksi dengan hantu! Tapi untuk urusan skripsi, sayangnya hantu tidak bisa membantu. Mereka tidak lah sepintar itu untuk mengerjakan skripsi dari seorang siswa Teknik Mesin seperti Dery. Berhubung tadi Pak Teguh, dosen pembimbing skripsi Dery menyuruhnya untuk datang ke kampus, Dery pun tidak punya pilihan selain datang menemui Pak Teguh yang sudah lama sekali tidak ditemuinya. Sudah bisa ditebak, tentu saja Dery kena omel di ruangan Pak Teguh. "Astaga Dery, masa kamu masih belum punya judul? Kalau begini caranya, kapan proposal kamu bisa selesai? Nggak akan wisuda kamu tahun ini!" Dery cuma bisa diam dan menundukkan kepala diomeli oleh Pak Teguh. Ia hanya berharap semoga omelannya cepat berakhir. "Anak bimbingan saya di angkatan kamu yang belum lulus cuma kamu ini, Rasendriya!!! Yang lain udah pada lulus, bahkan lulus tiga setengah tahun semua! Cuma kamu yang mandet begini. Jangan malu-maluin saya dong!" "Iya, Pak. Semester ini saya janji bakal wisuda kok." "Gimana caranya? Judul aja kamu belum tau." "Nanti saya cari, Pak." "Cari dimana? Tanya sama teman-teman hantu kamu?" Dery diam. Bahkan Pak Teguh pun tahu dengan ketenaran Dery sebagai cenayang di kampus ini. Pria empat puluhan tahun itu mendengus dan geleng-geleng kepala. "Kamu ini keasyikan jadi dukun, skripsi kamu malah terbengkalai." "Soalnya kan dapet duit, Pak. Kalau bikin skripsi dapetnya cuma gelar." "Tapi tujuan kamu kuliah selama ini memang untuk dapat gelar, kan?! Kalau gelarnya nggak dapat-dapat, percuma aja kamu kuliah selama ini!" Dery mengangguk saja dan bergumam, "Iya, Pak." "Nih ya, saya bakal kasih kamu beberapa rekomendasi judul. Kamu riset masing-masing judulnya dan tentukan mau pilih yang mana. Minggu depan kamu temui saya lagi dan saya mau, bab satu proposal kamu sudah selesai." Dery meringis. Rasanya ia mau protes karena tiba-tiba dapat beban harus menyelesaikan sesuatu yang berhubungan dengan skripsi di saat ia ingin melakukan hal yang lain. Tapi ia juga tidak bisa protes karena niat Pak Teguh baik. Dibandingkan dengan dosen pembimbing lain, mungkin hanya Pak Teguh lah yang akan sepeduli ini pada Dery. Biasanya kan mahasiswa yang mengejar dosen, ini selalu saja Pak Teguh yang mengejar Dery untuk menyelesaikan skripsinya, sedangkan Dery kerap kabur tiap bertemu Pak Teguh. Dengan motivasi dan dorongan Pak Teguh, mungkin saja skripsi Dery akan cepat selesai. Walau yah itu tadi, berat sekali untuk memulainya. Belum mulai menggarap skripsinya saja Dery sudah pening duluan. Tahu kalau Dery sedang pusing, hantu perempuan berambut panjang yang ada di ruangan Pak Tegun menepuk-nepuk bahunya. Seingat Dery, hantu itu merupakan mahasiswa lama yang meninggal karena stress skripsinya tidak selesai. Dia adalah mahasiswa bimbingan dosen yang sebelumnya menempati ruangan Pak Teguh ini. "Semangat, Mas," ujar hantu perempuan itu. "Kerjain skripsinya biar nggak jadi kayak saya." "Siapa juga yang mau jadi kayak elu," balas Dery tanpa suara dan melotot pada hantu yang berdiri di sebelahnya. Kebetulan, Pak Teguh tidak melihat karena sedang sibuk mencari buku-buku yang akan diberikannya kepada Dery untuk dibawa pulang dan mencari referensi disana. Ketika Pak Teguh sedang sibuk di rak bukunya dan Dery berkomunikasi tanpa suara dengan si Hantu Skripsi, tiba-tiba saja terdengar kehebohan dari luar. Ada suara teriakan, derap langkah orang-orang yang berlari, yang mana hal itu menarik perhatian Dery, Pak Teguh, juga si Hantu Skripsi yang langsung melayang keluar ruangan. "Ada apa rame-rame di luar?" tanya Pak Teguh. Dery mengangkat bahu. "Mana saya tau, Pak. Kan saya di ruangan Bapak dari tadi." Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Pak Teguh meletakkan buku di tangannya dan keluar dari ruangannya. Dery mengikuti karena ia juga penasaran. Ternyata, dosen-dosen lain sudah pada heboh dan keluar ruangan semua. "Ada apa nih?" Pak Teguh bertanya pada salah satu rekan dosennya begitu mereka sudah berada di luar ruangan. Dery tetap berada di dekat Pak Teguh karena ingin tahu jawabannya, tapi rekan Pak Teguh itu justru sama tidak tahunya dengan mereka. Lalu, Si Hantu Skripsi yang tadi pergi sudah kembali lagi dan melayang di sebelah Dery. Ia memberitahu informasi yang baru saja didapatnya. "Di bawah pohon dekat danau ditemuin mayat, Mas. Serem banget. Badan mayatnya jadi nyusut gitu, kering, macam ubun-ubunnya abis disedot." Dery menganga mendengar itu. Dan tanpa memedulikan Pak Teguh lagi, ia segera berlari menuju lokasi yang disebutkan Hantu Skripsi tadi.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD