19 ➳ Simfoni Hati Terdalam — Deepest Heart Symphony ❦

1826 Words
◦•●◉✿❦ 2018 ❦✿◉●•◦ ⠀ ❝ Rangkaian nada dan birama dalam tuts piano. Terurai lirih dalam melodi alunan lagu. Simfoni dari hatiku yang terdalam. Tentang air mata kerinduan. Aku yang tak tahu berada entah di mana. Ingin pulang .... ❞ ⠀ ➳ [ Ceisya Z. Reyes ] ❦ ⠀ ⠀ ♖ [ Unknown Mansion Resort — Resor Mansion Tak Dikenal ] ♖ ⠀ Luas, sangat mewah, kombinasi etnik dan modern, unik, anggun, cantik. Semua yang ada di resort ini benar-benar gambaran panorama surga. Ceisya yang tadinya mengikuti Lily hanya demi bisa memetakan resort ini, sejenak lupa akan tujuannya. Misi pelariannya dari tempat ini. Siapa pun pemilik resort ini, Ceisya cuma bisa berpendapat, dia pria yang punya cita rase seni yang tinggi. ⠀ Lorong yang ditapaki Ceisya dari kamar menuju balkon tengah resort terbuat dari kayu jati. Ada banyak sekali tanaman bambu kuning, palm, monstera, snake plant (lidah mertua) menghiasi lorong. Belum pula beraneka jenis tanaman anggrek yang menjuntai di dinding. Beberapa ukiran ikut terpajang rapi di sana. Begitu sampai di balkon, mereka disambut dengan cahaya dari lantai granit sewarna pasir pantai yang dipagari kayu tebal membentuk separuh lingkaran. Atap balkon terbuat dari kaca laminasi transparan yang membuat cahaya dan pemandangan langit tampak begitu jelas. Ada lounge menyerupai pendopo mungil dengan tirai kelambu putih di sana. Tempat di mana sarapan Ceisya dihidangkan. Seandainya ponsel Ceisya tidak disita oleh penghuni resort ini, pastinya menyenangkan mengabadikan moment dan pemandangan indah ini. Ceisya langsung terbayang kedua orang tuanya, adiknya. Harusnya mereka merayakan ulang tahun Ceisya atau liburan ke tempat seperti ini. Ia juga bisa mengajak Lica, Aqila, Tera, si kembar Rayel dan Harzel, bahkan sahabat-sahabatnya yang lain. Ceisya mendesah hampa. Apa daya, ia hanya seorang tahanan di tempat ini. Seperti kisah nenek sihir yang menggemukkan anak kecil sebelum menyantapnya, Ceisya juga di layani untuk ... huh ... entahlah. Ceisya teringat lagi ancaman dokter psiko waktu itu. Benarkah ia akan dibuat menderita oleh Tuan yang dipuja para maid di sini? Sementara mereka juga bilang bahwa Tuan mereka sangat mencintai Ceisya, walaupun Ceisya tidak mengenal dirinya. Yang mana yang benar di antara kedua hal tadi? Apakah pemilik resort ini jahat ataukah baik? ⠀ Ceisya duduk di kasur santai berlapis bulu lembut berwarna putih. Tiga maid berdiri tegak beberapa langkah dari lounge, siap melayani semua keinginan Ceisya. Hanya Lily yang duduk bersimpuh di ujung kasur. Dia sepertinya khusus ditugaskan untuk mendampingi Ceisya setiap saat. Sepertinya statusnya juga lebih tinggi dari maid lainnya, meski usianya dibawah Ceisya. Apa Lily putri dari Ibu Ida? Haruskah Ceisya bertanya? Apakah Lily bisa dipercaya? Ceisya menyuap sarapannya sambil memperhatikan setiap sudut balkon yang teramat luas. Lima hari ke depan ia akan bertemu dengan tunangan gadungannya. Sebelum hari itu tiba, Ceisya harus bisa melarikan diri dari resort ini. Ia melirik ke arah dua bodyguard yang terus mengikutinya. Ia kira hanya ada dua bodyguard itu saja, ternyata di balkon ini dijaga oleh lebih banyak lagi. Ia mengalihkan pandangan ke hamparan bentang alam di hadapannya. Nun jauh di sana terdapat pegunungan bertahta dengan gagah. Pepohonan pinus merapat mengawalnya. Seakan menjadi benteng tempat ini. Ceisya harus melongok dari tepi balkon nanti, jika ingin tahu apa lagi yang ada di bagian bawah resort ini. Berapa tinggi bangunan ini? Seberapa ketat pengamanan di bagian bawah sana. Berapa persen kemungkinan ia berhasil kabur dari tempat antah berantah ini. Ceisya melirik ke arah Lily yang terus memperhatikannya. Ia harus terus bersandiwara supaya gadis ini tidak bisa membaca motif tersembunyi Ceisya. Semoga Lily memang sepolos kelihatannya. ⠀ "Uhm ... kamu tahu, Lily, ini soto paling enak yang pernah aku makan," cetus Ceisya. Sontak mata Lily jadi berbinar-binar. "Tehnya juga, terasa sangat khas." "Teh ini dipetik dari perkebunan teh Tuan kami, Nona. Masih keluarga Tuan Natha. Di sana juga terdapat lapangan berkuda pribadi milik Tuan Mosen. Setiap kali Tuan Natha ke sini, dia akan mampir ke mansion sepupunya untuk berkuda bersama atau sekedar mengobrol." "Apa mansion Tuan Mosen jauh dari sini?" Ceisya berusaha membuat suaranya terdengar datar. "Lumayan jauh kalau jalan kaki," jawab Lily seraya tertawa. "Tuan Natha biasanya akan berkuda kalau mau ke sana, walaupun dengan mobil sebenarnya juga bisa. Tapi lebih senang jika berkuda sambil menikmati udara segar dan pemandangan jalan dengan hutan pinus. Hanya saja, kalau tidak punya peta atau tidak kenal daerah sini, berkemungkinan akan tersesat di hutan itu." Apakah gadis ini membaca pikiran Ceisya? Seakan ada peringatan tak kentara agar Ceisya jangan coba-coba melarikan diri dari sini. "Wow, pasti sangat menyenangkan. Apa aku juga boleh berkuda?" "Wah ... kalau Nona minta Tuan Natha untuk mengajak Nona jalan-jalan nantinya, pasti keinginan Nona akan dipenuhi. Anda 'kan tunangan, Tuan." Gadis dihadapannya tersenyum ceria. Menunggu Tuan Natha katanya. Mana mungkin Ceisya mau manunggu pria penculik itu. "Apa Tuan Mosen dan Natha seumuran?" tanya Ceisya sedikit penasaran. Jangan sampai ia bertemu dengan si Mosen ini. "Hmm ... Tuan Mosen dua tahun lebih besar dari Tuan Natha, Nona. Orangnya juga sangat tampan. Tinggi atletis, ramah, baik dan setiap kali ia bermain ke mansion ini, dia pasti akan memetik gitar atau memainkan alat musik apapun yang ia suka. Sangat menyenangkan mendengar nyanyian dan musik di mansion ini lagi." "Memangnya Tuan Natha tidak bisa bermain musik?" Lily terdiam. Waktu aku kecil dulu, aku pernah mendengarnya bermain musik. Tuan Natha sering memetik gitar atau bermain piano di aula tengah. Tapi itu sudah sangat lama. Mungkin sepuluh tahun yang lalu. Sekarang ruang musik hanya digunakan Tuan Mosen kalau beliau datang ke sini." Ceisya tercengang. Bagaimana bisa seseorang yang menyukai musik, tiba-tiba kehilangan passion (kegemaran)-nya begitu saja. Apa terjadi sesuatu di hidupnya? "Apa Tuan Natha membenci musik?" Lily tampak berpikir sejenak. "Setahuku tidak. Saat Tuan Mosen bernyanyi dan bermain musik di dekatnya, Tuan Natha tidak pernah marah. Tapi Tuan juga tidak ikut bernyanyi. Hanya mendengar saja." Seakan teringat sesuatu, Lily Ceisya menoleh ke arah Ceisya. "Apa Nona bisa bermain piano?" "Ya, bisa. Kenapa?" Ceisya memang sudah belajar piano dari kecil. Ia bahkan ikut mengisi beragam acara baik di sekolah bahkan acara perusahaan Daddynya. Sayangnya Ceisya bukan orang yang suka mengikuti perlombaan piano. Ia hanya bermain musik karena suka. "Apa kamu mau mendengar permainan pianoku?" tawar Ceisya. Senyum merekah di bibir Lily. "Mau! Aku mau!" sahutnya penuh semangat. "Selama ini aku cuma bisa menatap lukisan Nona yang sedang bermain piano di gallery seni Tuan Natha. Aku jelas ingin lihat secara langsung." Ceisya tersenyum melihat sifat kekanakan Lily. "Baiklah, tapi aku selesaikan sarapanku dulu. Lalu aku ingin melihat pemandangan dari tepi balkon sana," ucap Ceisya lagi. "Baik nona." ⠀ ◦•●◉✿❦♛❦✿◉●•◦ ⠀ "Lily, seperti apa Tuan Natha ini? Maksudku sifatnya di matamu?" Ceisya membuka pembicaraan lagi saat mereka berjalan menyusuri koridor menuju aula musik. Lily yang berjalan di sisinya, tersenyum dengan mata berbinar-binar. "Tuan Natha itu orang yang baik. Kami semua yang ada di sini rata-rata adalah orang yang terbuang. Orang-orang dari jalanan, orang dari panti asuhan, orang yang hidupnya berubah dari begitu suram menjadi menyenangkan. Aku sendiri dulu hidup di jalanan bersama nenekku. Waktu nenekku wafat, aku yang masih teramat kecil cuma bisa menangisinya. Tidak ada satu orang pun yang menolong kami. Lalu, Tuan Natha turun dari mobilnya. Dia tanya apa aku mau ikut dia atau tidak. Lalu aku dibawa ke resort ini. Diasuh oleh Ibu Ida. Sedangkan jasad nenekku, dimakamkan di tepi hutan dekat sini. Aku bisa menengoknya setiap saat." Ceisya menggigit bibir, merenung. "Apa para bodyguard di sana juga dilatih sendiri oleh Tuan Natha?" "Setahuku ada yang dilatih oleh Tuan Mosen dan Tuan Natha, ada juga yang disekolahkan jadi badan inte ...." ⠀ "EHEEEMM ...!!!" ⠀ Suara batuk keras di belakang mereka seketika menghentikan ucapan Lily. Wajah gadis itu memucat. Sepertinya ia baru saja memberi keterangan rahasia. Tapi hal ini malah membuat Ceisya semakin curiga dan takut dengan Tuan Natha ini. Dia sepertinya bukan orang sembarangan. Mungkinkah mafia? Penyelundup gelap? Ataukah seorang kriminal yang berpura-pura baik? "Kita sudah sampai, Nona." Akhirnya Lily bersuara lagi ketika mereka berdiri di depan pintu yang teramat besar. Lily mendorong pintu tersebut hingga terbuka. Netra Ceisya menatap takjub melihat betapa luasnya tempat itu. Beberapa alat musik terpajang di sana. Anehnya juga terdapat alat beladiri juga berjejer di sana. Membuat Ceisya penasaran. "Ini ruang musik atau olahraga?" tanya Ceisya lagi. "Ini awalnya ruang musik Nona. Hanya saja sejak Tuan Natha pulang dari luar negeri, karena aula ini sangat luas, dia menjadikan tempat ini untuk memajang alat olahraganya. Juga tempat bertarung atau melatih bodyguard, khususnya yang baru." Pantas saja ada banyak matras tertata di salah satu pojok ruangan, pikir Ceisya. Ceisya menghampiri pajangan etalase dinding. Menelisik beraneka ragam jenis alat olah raga seperti yang digunakan Bruce Lee. Ada yang dari kayu, ada juga yang tampaknya terbuat dari besi. "Ini alat apa?" tanya Ceisya. "Apa dia bisa menggunakan ini?" "Itu namanya 'nunchaku❦', Nona. Tuan Natha dan Tuan Mosen sering menunjukkan kepandaian mereka menggunakan ini. Mereka menyebut diri mereka Nunchaker❦. Mereka akan bermain senjata ini di sini atau kadang saat malam, di teras luar. Mereka menggunakan api di tiap ujung alat ini." Mata Ceisya membelalak seketika. Apa seperti sirkus? Gawat juga kalau Ceisya tertangkap pria yang bisa beladiri ini. Jangan-jangan dia bakal melibas Ceisya sampai babak belur dengan nunchaku, kemudian mengubur Ceisya bersama Almarhumah neneknya Lily. Ngeri! ⠀ "Nona, jadi main pianonya?" Ceisya menggumam. Beringsut dari pajangan stick di depannya. Ia lalu melangkah ke depan piano. Membuka tutupnya. Kemudian mulai menyesuaikan diri dari tuts piano. "Kamu mau lagu apa?" tanya Ceisya pada Lily. "Lagu yang Nona suka saja." Ceisya terdiam sejenak. Lagu yang ia suka. Yang sesuai perasaannya saat ini. Baiklah. ⠀ Dengan kereta malam Ku pulang sendiri Mengikuti rasa rindu Pada kampung halamanku Pada Ayah yang menunggu Pada Ibu yang mengasihiku      Duduk di hadapanku seorang ibu      Dengan wajah sendu      Sendu kelabu      Penuh rasa haru ia menatapku      Penuh rasa haru ia menatapku      Seakan ingin memeluk diriku Ia lalu bercerita tentang Anak gadisnya yang t'lah tiada Kar'na sakit dan tak terobati Yang wajahnya mirip denganku Yang wajahnya mirip denganku ⠀ Air mata Ceisya menetes dengan sendirinya. Terbayang dua orang tuanya. Sedang apa mereka? Bagaimana keadaan mereka sekarang? Apa mereka mencemaskannya? Wajah Mommy yang menangis berurai air mata melintasi di pelupuk matanya. Daddy pasti juga sangat panik mencarinya ke sana ke mari. Apa Daddy juga menangis? Ceisya sangat merindukan mereka. Sangat rindu. Ceisya menutup muka dengan kedua tangannya. Rasa sesak di dadanya menggumpal teramat menyakitkan. Seakan ditusuk ribuan panjang. "Mommy ... Daddy ...," Ceisya terisak lirih. "Aku ingin pulang ...." . . . ◦•●◉✿❦♛❦✿◉●•◦ ⠀ STICKY NOTES ============== ⠀ ❦ Nunchaku merupakan sebuah olahraga bela diri yang mematikan asal Jepang, dengan memainkan 2 buah kayu yang disambungkan dengan besi. Nama lain dari Nunchaku adalah Ruyung atau Double Stick. ⠀ ❦ Nunchaker adalah sebutan untuk pemain ruyung/double stick. ⠀ ❦ Judul lagu yang dimainkan Ceisya adalah Franky Sahilatua & Jane - Perjalanan. Saran buat yang ingin coba dengar gambaran suara Ceisya, cari judul dengan Cover By Levian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD