Xiao Yezi yang sedang bersandar di dadaku tidak dapat menahan tawanya. Tangan kecilnya mencubit pinggangku dengan perlahan, seolah-olah ia sedang menyalahkan diriku.
“Paman, apa kau akan datang lagi malam ini?” tanya Yang Sisi dengan lembut.
Aku menjawabnya, “Lihat nanti, sepertinya aku tidak punya waktu. Lagi pula, tempat itu terlalu berisik, aku tidak terlalu menyukainya.”
“Ah, baiklah, Paman. Kalau begitu, aku akan mengajakmu bermain golf di lain hari dan aku akan memberimu kartu untuk membalas kebaikanmu tadi malam, hehehe!”
“Eh ... tidak perlu!” kataku dengan panik.
Gadis yang menelponku bersikeras, “Harus begitu, Paman! Sudah, tak perlu dibahas lagi, ya. Sekarang aku akan mencari sikat WC!”
Setelah menutup teleponnya, aku terkekeh pelan lalu memeluk Xiao Yezi dengan lembut dan
