Bab 3

1023 Words
"Hello Girl's Squad...," teriak Gea dan Gia yang baru masuk kelas, mereka menghampiri kedua sahabatnya yang sedang mengobrol. Oceana dan Ara menoleh dan melihat si kembar. "Izin tiga hari puas?" tanya Ara sedikit menyindir. Gia dan Gea mengangguk bersamaan. "Iya dong, nanti kalian ke rumah, ada banyak oleh-oleh dari Swiss buat kalian." Ya, si kembar ini baru saja pulang dari Swiss karena menghadiri pernikahan sepupu mereka yang tinggal di sana. "Kalau pulang sekolah ini gue gak bisa, mau kencan sama Samudera dong," ujar Ara. "Di antar girl's squad yang punya pacar cuma Ara, apalah kita yang cuma bisa gigit jari. Ya gak, Na?" ujar Gea. "B aja!" balas Oceana sekenanya yang membuat si kembar merengut kesal. Mereka ber-empat ini sudah bersahabat sejak kelas 10 dan sekarang kelas 11 mereka tetap sekelas. Setelah itu muncul cowok beperawakan tinggi. "Na, ke ruang Osis ada yang mau gue bicarain." "Nanti aja lah. Bentar lagi masuk." "Gurunya gak masuk, lagi sakit." Tanpa menunggu tanggapan Oceana, Aldric langsung menarik tangan Oceana. "Ih lepasin, sakit woy!" akhirnya Aldric melepaskan genggaman itu. Setelah sampai di ruangan Osis mereka duduk berhadapan dan meja sebagai pembatasnya. Aldric menatapnya. "Lo tahu 'kan bentar lagi gue turun jabatan sebagai ketua Osis karena udah kelas 12." "Terus?" "Lo calonkan diri terus lo cari wakilnya." "Ogah! Gue gak mau." "Lo jadi wakil aja mau, masa jadi ketua aja gak mau?" "Kan beda ald!" "Ya terserah, gue cuma usul padahal lo bisa ajak Ara buat jadi wakil lo." Di antara girl's squad yang tertarik dengan organisasi hanya Oceana dan Ara. Oceana adalah wakil ketua Osis dan Ara adalah sekretaris Osis. Setelah itu Aldric bangkit dari tempat duduknya yang disusul oleh Oceana. Aldric Galaksi Varendra, ketua Osis SMA Harapan Bangsa yang dingin tapi ganteng dan pintar. Hanya menyukai satu organisasi yaitu Osis, tidak suka main basket dan segala macam olahraga lainnnya, bukan karena tidak bisa. Olahraga memang bukan hobinya tapi ia suka jogging pagi atau sore keliling kompleks perumahan. Hari-harinya lebih suka ia habiskan untuk membaca buku atau mengerjakan sesuatu di laptop, katanya itu lebih berharga daripada menguras tenaga di lapangan. "Na, lo gak masuk?" "Kan lo yang bilang kalau guru gue sakit." Aldric tersenyum tipis. "Dan lo percaya?" Oceana membelalakkan matanya. "Gue tadi asal nebak!" Oceana kesal ternyata cowok ini telah membohonginya, akhirnya Oceana menarik tangan Aldric hingga ke kelasnya. Oceana mengintip dari kaca jendela dan benar pelajarannya sedang berlangsung. Ia langsung memukul perut Aldric hingga membuat cowok itu meringis. "Adric s****n! Gue bisa alfa!" "Masuk aja!" "Yang ada gue diusir, itu guru killer gak tolerir yang telat." "Oh." Aldric langsung menarik tangan Oceana hingga naik ke lantai tiga dan kini mereka sudah berada di depan kelas 12 Ipa 1 yang merupakan kelasnya Aldric. "Lo ngapain bawa gue ke sini?" "Biar lo gak terlantar!" Aldric langsung membuka pintunya dan menarik Oceana. "Maaf, Bu. Saya telat habis dari toilet," Ocena langsung memutar bola matanya mendengar kebohongan Aldric. Oceana mengedarkan pandangannya ke segela arah, dan matanya menangkap sosok Samudera yang sedang menatapnya. "Oceana, kamu gak salah masuk kelas?" tanya Ibu Sinta. Sebagai wakil ketua Osis, memang hampir seluruh warga Harapan Bangsa kenal dengan Oceana. Bukannya Oceana yang jawab tapi justru Aldric. "Dia telat, Bu. Terus sama gurunya diusir karena saya kasihan dia terlantar jadi saya ajak masuk sini." "Boh-" Belum sempat Oceana menjelaskan, Ibu Sinta langsung protes. "Kalau Oceana di sini yang ada kalian malah pacaran!" "Aldric pacaran sama Oceana?" "Wah Samudera patah hati gak?" "Yakali, patah hati 'kan Samudera pacaran sama Ara." "Emang Oceana udah bisa move on dari Rasya?" Oceana langsung mengeluarkan protesnya. "Ih saya gak pacaran sama Aldric!" Kemudian Oceana berbalik dan keluar dari kelas ini yang langsung disusul oleh Samudera. "Bu, perut sya mules. Izin ke toilet." Tanpa menunggu respon dari Ibu Sinta, Samudera langsung berlari ke luar. Samudera langsung merangkul Ocean dari belakang. "Kuy bolos sama gue!" "Kemana?" "Rooftop!" Mereka langsung naik ke atap sekolah, tempat yang menjadi favorite dua anak remaja ini yang menyandang status sahabat. Mereka duduk pada kursi panjang yang memang tersedia di sini, Oceana menyenderkan kepalanya pada bahu Samudera. "Kesal gue sama si Ketos k*****t itu. Dia itu bohong banget, padahal dia yang ajakin ke ruang osis sampe gue telat masuk kelas!" Samudera mengacak gemas rambut sahabatnya ini. "Awas baper sama Ketua lo itu!" "Mending juga baper sama lo lebih berfaedah." "Yakin mau baper sama gue? Gue gak mau tanggung jawab!" Oceana mengerucutkan bibirnya, ia kadang heran sendiri dengan persahabatan mereka, dekat dan saling menyayangi sejak SMP, sampai sekarang status mereka tetap sama hanya sebagai sahabat, tidak ada salah satu di antara mereka yang saling menyimpan perasaan. "Sam, lo nanti mau jalan sama Ara ya?" Samudera mengangguk. "Dia ajak nontol eiffel in love," ia mencubit pipi sahabatnya. "Jangan cemburu sayang, kan nonton bertiga." "Lo itu kenapa selalu ajak gue sih, gyr gak enak tahu. Lo dinner sama dia ajak gue, kemana-mana sama dia ajak gue juga, berasa obat nyamuk." Samudera tertawa renyah. "Tanpa lo itu berasa ada yang kurang." Oceana terdiam, ia mengangkat wajahnya kemudian mata mereka bertemu. "Gue gak mau rubah status kita jadi pacar karena pacaran bisa saja putus, terus akhirnya kita bakal rasain suasana canggung setelah jadi mantan." Oceana mengangguk. "Iya dan asli pacaran sama sahabat sendiri itu gak asik. Apalagi lo yang tahu aib gue!" "Oceana yang jarang mandi kalau hari libur, Oceana yang suka kentut depan gue, Oceana yang suka tidur ngorok kalau lagi lelah dan banyak lagi kejelekan lo yang gue tahu." Oceana tertawa, mereka saling tahu keburukan satu sama lain dan mereka nyaman. "Samudera yang suka tidur sambil peluk gue, Samudera yang suka rusuh di kamar gue, Samudera yang punya pacar tapi lengket sama gue dan Samudera itu jelek tapi sok ganteng." "Emang ganteng kali." "Gak, gantengan Rasya." "Na, jangan sebut nama Rasya lagi. Lo harus lupain dia, lo gak boleh terbayangi-bayangi masa lalu." Samudera menangkup kedua pipi Oceana. "Gue gak mau dengar lagi lo yang gagal move on." "Siap, big boss!" Oceana memberi tanda hormat kepada Samudera. Oceana dan Samudera telah membuktikan pada dunia bahwa persahabatan pria dan perempuan ada yang murni tanpa ada rasa yang lebih dari seorang sahabat. Buktinya setelah sekian lama mereka bersahabat, mereka tidak merasakan getar-getar cinta. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD