Kehidupan Baru

1040 Words
------------- Kirei telah resmi menjadi Nyonya Jordan. Haru dan bahagia menyelimuti semua anggota keluarga. Acara pernikahan yang digelar jauh dari kata mewah ini tetap sangat membekas di hati Kirei dan Jordan. Pak Abraham dan istrinya telah resmi menjadi mertua dari Kirei. Pak Abraham memang terkenal akan kebaikannya. Beliau tidak pernah membeda-bedakan orang hanya dari strata sosialnya. Bagi Pak Abraham, semua orang sama saja di mata Tuhan. "Mas, apakah kamu tidak menyesal menikah denganku?" tanya Kirei saat mereka telah berada di dalam kamar untuk beristirahat. "Nggak, kenapa aku harus menyesal? Kan dari dulu Mas pengen cepet-cepet nikah sama kamu. Kamunya aja yang gak mau," jawab Jordan. "Ah, dasar, Mas ini ... ya, bukan gitu juga sih. Maksudku, aku dan keluargaku, kan, bukan orang kaya." Jordan menggenggam jemari istrinya dan menatapnya lekat-lekat. "Dengar ya, permaisuriku. Kalau Mas memandang hal itu, udah dari dulu Mas ninggalin kamu. Lagi pula Mas ini juga, kan, cuma orang biasa. Orang tuaku yang kaya raya. Aku tidak. Oh, ya, satu lagi. Jangan terlalu berharap pada kekayaan itu karena kita akan memulai semuanya dari nol." Kirei mengerucutkan bibirnya. Tak dipungkiri, dia memang berharap pada kekayaan itu. Bukan hanya ingin membantu ekonomi keluarga, tetapi juga ingin sedikit bersenang-senang atas dirinya sendiri. ***** Kirei dan Jordan merebahkan diri berdampingan di atas ranjang. Namun, tiba-tiba .... DUUUUTT .... Kirei dan Jordan melihat satu sama lain. Seketika tawa pun pecah. "Mas, maafin aku ... aku gak sengaja." Kirei menggigit bibir bawahnya. "Hahahaha ... cantik-cantik, kok, kentutnya gede. Tiga tahun kita bersama, baru kali ini Mas denger suara kentutmu. Mas kira, cewek cantik gak pernah kentut." Jordan tak berhenti tertawa. Aduh, malu-maluin aja. Aku lupa kalau aku dan Mas Jordan udah menikah. Aku lupa kalau di sampingku ada Mas Jordan. "Ini bukan salahku, Mas, tapi salah anakmu. Dia yang kentut." Kirei menunjuk perutnya sendiri, berusaha mencari alasan. Sontak tawa Jordan semakin menggelegar. "Mana ada janin bisa kentut segede gitu. Suara kentutmu jelek banget hahaha." Wajah Kirei memerah bak udang rebus. Dia menahan malu sekaligus tawa. "Gak usah ditahan kalau mau ketawa, nanti jadi penyakit," ucap Jordan. Kirei memukul suaminya dengan bantal. "Hahahaha." Malam yang dipenuhi dengan canda tawa. ****** Sebulan kemudian .... Kirei dan Jordan menempati rumah baru. Mereka ngontrak rumah yang letaknya dekat dengan kantor Jordan. Sengaja mereka ingin pisah rumah dengan orang tua agar bisa lebih mandiri, tidak melulu bergantung pada orang tua. "Mas, aku pengin degan. Pasti rasanya seger banget," rajuk Kirei saat waktu menunjukkan pukul 24.00 dini hari. "Tapi, Sayang, siapa yang jual degan malam-malam begini?" "Ya udah, deh, gak jadi." Kirei meringkuk membelakangi Jordan. Air matanya tiba-tiba meluncur tanpa dikomando. Jordan yang mengetahui itu, tak tega melihat Kirei menangis. Dia akhirnya mengalah. Jordan mengeluarkan motor matic dari garasi. Ia akan mencari degan dengan menggunakan motor agar lebih cepat. Kirei yang mengetahui suaminya berangkat mencari apa yang dia mau, langsung tersenyum bahagia. Wanita yang lagi ngidam, maunya memang suka aneh-aneh. ****** Dua jam kemudian .... "Sayang, Mas datang 'ni bawain apa yang kamu mau," ujar Jordan. "Iya, Mas, aku datang!" teriak Kirei. Kirei bergegas menghampiri suaminya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Jordan. "Mas, kamu kenapa? Kenapa kamu berdarah? Baju dan celanamu juga sobek-sobek gini." Kirei khawatir melihat keadaan suaminya. Jordan tersenyum melihat kekhawatiran di wajah istrinya. "Mas gak apa-apa, kok. Cuma jatuh aja tadi." "Jatuh di mana? Kenapa bisa jatuh?" "Tadi habis cari degan, ada bapak-bapak yang sembarangan buka pintu mobil di depan sana. Mas banting setir-lah, makanya jadi cium aspal deh," jelas Jordan. Kirei cepat-cepat mengambil kotak P3K untuk mngobati luka Jordan. Lukanya cukup banyak dan dalam. Di lengan dan kaki. Celana jeans yang Jordan kenakan juga sampai robek karena tergerus aspal. "Mas, maafin aku. Semua ini salahku." Kirei tergugu. Ia benar-benar merasa bersalah. "Udah, jangan nangis dan merasa bersalah! Mas juga gak apa-apa, kok." Jordan membelai rambut istrinya dengan penuh kasih sayang. Kirei merasakan kasih sayang yang begitu besar dari suaminya itu. Lagi pula, ini bukan kali pertama Kirei meminta makanan yang aneh-aneh kepada Jordan. Semenjak kejadian itu, Kirei tidak pernah minta hal yang macam-macam di tengah malam kepada Jordan. ****** Enam bulan kemudian .... Kamar bernuansa hijau ini membuat hati terasa sejuk. Kirei yang masih tertidur tiba-tiba terbangun. Ia merasakan sakit yang luar biasa di perutnya. "Aduh, sakiiit! Mas, tolong aku!" Jordan yang baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan celana boxer dan singlet, sontak terperanjat dan langsung membawa Kirei ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, Kirei langsung dibawa ke dalam ruang bersalin. Jordan pun ikut ke ruangan itu untuk mendampingi istrinya. "Ayo, Sayang, ayo tarik napasnya dan keluarkan. Ayo dorong, Sayang! huh, huh, huh!" Jordan menyemangati istrinya. "Apa yang ada lakukan di ranjang pasien?" tanya dokter pada Jordan. Seketika suasana hening. Jordan duduk di ranjang pasien dengan posisi akan melahirkan sedangkan Kirei--istrinya--masih berdiri di samping ranjang dengan memegangi perut. Melihat kelakuan suaminya. "Eh, maafkan saya, Dokter ... saya benar-benar nervous. Soalnya ini anak pertama," jawab Jordan cekikikan. Kirei yang tadinya merasa sakit, jadi ingin tertawa melihat tingkah suaminya. Dia masih biasa saja, tetapi suaminya bertingkah aneh. Wkwkwk. Jordan turun dari ranjang pasien dan membantu Kirei naik ke ranjang itu. Dokter geleng-geleng kepala. "Oya, sebaiknya Bapak tunggu di luar saja. Lebih baik Bapak pakai pakaian dulu," ujar perawat yang mendampingi dokter. Jordan baru menyadari, dia hanya memakai celana boxer dan baju singlet. Dia terlalu tegang sampai tak ingat memakai baju yang benar. Lagi-lagi Kirei cekikikan melihat tingkah suaminya. "Saya di sini saja, ya, Dok. Soalnya pengen nemenin istri. Malu juga, kan, kalau harus di luar dengan pakaian seperti ini," ucap Jordan. "Baiklah, tapi Bapak jangan bertingkah aneh-aneh lagi! Cukup pegang tangan istri Anda dan beri semangat!" jelas dokter. "Siap, Dok!" ******* "Oeee ... oeee ... oeee." Dua jam berlalu dan tangisan bayi yang ditunggu-tunggu pun hadir ke dunia. "Selamat, anak Bapak dan Ibu berjenis kelamin laki-laki." Jordan merasakan kebahagiaan yang tiada tara. Ia kini telah menjadi seorang ayah. Anggota keluarga baru dan tentu saja tanggung jawab baru tentunya. Bayi itu Jordan gendong setelah dibersihkan dan diberi pakaian oleh perawat. Tak terasa buliran bening keluar dari sudut mata Jordan saat melihat bayinya. Kirei yang melihat pemandangan itu turut bahagia. Dia tersenyum simpul. Beberapa saat kemudian, anggota keluarga lain datang ke rumah sakit. Semuanya terlihat bahagia. Cucu pertama dari kedua belah pihak. Bayi itu akhirnya diberi nama Zidan Abraham. Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD