Kelas Biologi part 2

1883 Words
Bevrlyne kini sadar jika penjelasan yang sudah dirinya lewatkan adalah pembahasan mengenai kodok dan katak. Ia cukup hafal mengenai ini, terlebih sebelumnya ia sudah membaca mengenai adaptasi, lalu membahas mengenai katak dan kodok. Meski itu adalah buku yang pernah ia baca beberapa bulan yang lalu, mungkin hampir satu tahun yang lalu. “Perbedaan katak dan kodok ... telur, ya telur yang beda bentuk.” Bevrlyne coba menggali memorinya lebih dalam. “Ya, lalu telur apa yang ada pada mangkuk kaca di hadapanmu?” tanya Mr. Howard seperti memberi kuis. Bevrlyne menoleh ke arah mangkuk kaca miliknya, itu mengumpul seperti biji berlendir. Tentu hanya dalam sekali lihat, Bevrlyne sudah mengenalinya, ia yang sudah mempelajari sesuatu tidak akan mudah lupa begitu saja. “Telur katak,” jawabnya. Ia tampak tak ragu untuk menjawab. “Kenapa telur katak?” Jelas jika pertanyaan ini mengharuskan Bevrlyne memberi penjelasan. “Ini berkumpul dan berpisah, telur kodok memiliki jalinan khusus seperti dibungkus pipa lendir transparan dan akan memanjang.” Bevrlyne menyentuh ujung mangkuk bagian atas, tampak enggan menyentuh banyaknya telur katak yang ada di dalam mangkuk sana. Mendengar jawaban yang sesuai, Mr. Howard mengangguk puas. “Lalu apa berikutnya?” tanyanya lagi, ini belum selesai. Bevrlyne selalu lulus dalam kelas biologi dengan nilai yang bagus, jadi jika hanya ini saja, jelas bukan apa-apa bagi murid yang selalu dapat nilai baik. “Kaki, katak biasa melompat, jadi kakinya panjang. Kodok pendek. Kodok melompat dalam jarak dekat, kadang berjalan.” Bevrlyne mengatakan perbedaan dua makhluk amfibi yang serupa itu. Dan ya, apa yang dirinya katakan adalah kebenarannya sehingga Mr. Howard cukup puas, meski begitu ia tidak memperlihatkannya karena ini masih belum selesai. “Dan sepertinya kau keturunan kodok, lihatlah betapa pendeknya kakimu.” Lagi-lagi semua tertawa dengan ejekan itu. Yang melontarkan ejekan adalah gadis yang sama, Helena. Padahal, Bevrlyne bisa dikatakan adalah gadis yang tinggi, ia memiliki tubuh yang normal dan serupa pada umumnya, jelas bahwa apa yang dirinya katakan hanya berupa ejekan saja, ia ingin membuat masalah dengan Bevrlyne karena sudah beberapa hari ini ia tidak berhasil bertemu bahkan sampai membuat masalah padanya. Karena ini adalah kesempatan, ia tidak akan melewatkannya. Mr. Howard mengisyaratkan untuk semua murid bungkam, lalu tatapannya kembali pada Bevrlyne. “Apa ada lagi?” tanyanya seolah Mr. Howard meminta lebih mengenai apa-apa saja yang Bevrlyne ketahui. “Kulit?” kata Bevrlyne seperti sedang menebak. “Ya, kenapa dengan kulit?” Mr. Howard membalas pertanyaan dengan pertanyaan lagi. “Katak punya kulit lembap, kulit mereka juga biasanya beracun. Banyak katak pohon yang memiliki racun berbahaya. Tapi kodok berkulit keras, kering dan bergerigi,” jelas Bevrlyne dengan gamblang. “Sama seperti kulitmu.” Helena tampak tak puas karena tak digubris oleh Bevrlyne sehingga dia terus melontarkan ejekan. Kali ini Mr. Howard memandangnya. Ia agak tak nyaman karena salah satu muridnya ikut-ikutan bicara, bahkan bukan hanya bicara, tapi tidak menurut apa yang dirinya perintahkan. “Miss Grey, apa ada yang mau Anda tambahkan? Kenapa kita tak mendengar apa yang ingin kau bagi dengan kami.” Mr. Howard secara tak langsung memberikan teguran dengan mengatakan kalimat tersebut pada Helena. Mendengar kalimat itu, Helena buru-buru menggeleng. “Tidak, sir. Maaf.” Ia berucap membalas dengan nada yang pelan. Bevrlyne menoleh sesaat pada Helena Grey. Gadis itu mengangkat jari tengah saat Mr. Howard tak memperhatikan. Bevrlyne cuek saja ketika mendapati isyarat yang tidak sopan itu, ia benar-benar tidak harus menanggapi dan mengambil pusing terhadap apa yang wanita itu lakukan. “Sepertinya Miss Drexell benar-benar menyimak.” Akhirnya Mrs. Howard memberikan pujian membuat Bevrlyne merasa lega karena ia tidak dicurigai lagi bahwa dirinya tidak menyimak kelas. “Lain kali, aku ingin kau langsung menjawab ketika namamu dipanggil.” Mr. Howard menambahkan. Meski penjelasan Bevrlyne tak berurutan, bahkan tampak seperti kesimpulan dan berupa garis besar yang diambil dari materi sebelumnya, tapi semua yang dia katakan cukup memuaskan sehingga Mr. Howard mengurungkan niat untuk memberikan tugas tambahan pada Bevrlyne. “Aku mengerti, maaf.” Bevrlyne membalas dengan pelan. “Nah, kalau begitu mari kita lanjutkan pelajarannya.” Setelah mengatakan itu, Mr. Howard berbalik badan lalu berjalan menjauh. “Buatlah kelompok dua orang, pria wanita berpasangan, aku yakin kalian lebih suka memilih sendiri daripada aku yang memilih untuk kalian. Ada waktu dua menit untuk memutuskan,” ucapnya, tapi para murid di dalam ruangan itu masih saja belum beranjak sehingga Mr. Howard lanjut berbicara. “jadi, apa yang kalian tunggu?” Mr. Howard mengatakan kalimat terakhir ketika semua murid masih diam di tempat. Maka para murid membawa mangkuk berisi telur dan katak beserta alat penelitian masing-masing. Ada yang berpindah bangku, ada yang tetap diam. Bevrlyne adalah salah satu yang berdiam diri saja. Ia tahu jika dirinya tak cukup bergaul untuk cukup membuat para lelaki mendekatinya, terlebih ia dan Velgard adalah murid yang terbaik dalam nilai mereka, keduanya cerdas dan selalu mendapat nilai teratas. Contohnya adalah apa yang terjadi sebelumnya, Bevrlyne masih ingat mengenai bacaan yang sudah ia baca tahun lalu. Daya ingatnya tidak buruk. Karena ia yang tidak suka bergaul, hampir semua murid yang satu kelas dengannya tidak mau mendekatinya. Meski begitu, Bevrlyne tak pernah ambil pusing, ia malah lebih senang seperti itu. Masalahnya, karena ia selalu sendiri, ketika guru meminta semua murid berkelompok untuk mengerjakan tugasーcontohnya seperti saat ini, Bevrlyne akan kesulitan untuk mencari teman atau kelompok yang mau bergabung menyelesaikan tugas. Pada akhirnya, saat ini Bevrlyne hanya diam saja menunggu ada orang yang mau bersama satu kelompok dengannya. Andaikan ada Erina yang baik itu bersamanya, maka ia tidak perlu mencari siapa saja untuk bergabung dengannya. Ya, bisa dikatakan Erina adalah salah satu wanita yang bisa Bevrlyne andalkan, gadis itu baik pada semua orang termasuk pada dirinya. Maka dari itu, Bevrlyne kadang mencarinya, sayang untuk hari ini ia tidak bisa menemukan Erina di dalam kelas, soalnya Erina memiliki jadwal kelas lain. Ketika beberapa murid pindah, Helena berjalan menuju bangku tempat Bevrlyne berada, di sana dia dengan sengaja menumpahkan mangkuk telur katak pada jaket Bevrlyne. “Aaahh.” Bevrlyne kaget ketika satu mangkuk penuh telur berlendir itu langsung membasahi jaket hitamnya, bukan hanya jaket, tapi itu mengenai kepala bagian kiri, pipi, telinga, leher lalu berakhir pada jaketnya. Tentu saja saat kejadian berlangsung, mereka yang perhatiannya teralihkan oleh hal tersebut langsung memperhatikan apa yang terjadi. Tentu saja setelah melihat Bevrlyne dipenuhi telur berlendir pada setengah bagian badannya, Semua orang di sana segera tertawa lepas. “Ups, sengaja.” Cengiran jahat terpampang jelas pada wajah Helena. Tentu saja ia tidak mau berpura-pura bahwa perbuatannya tidak disengaja, ia ingin lebih mempermalukan Bevrlyne lagi. “Kau tampak sangat cantik dengan itu, tidak perlu berterima kasih.” “Kau keterlaluan.” Bevrlyne berucap kesal. Bevrlyne merasa sangat marah karena apa yang Helena perbuat padanya, ia benar-benar malu saat ini. “Hah? Kenapa memangnya? Kau tak terima? Mau membalas?” Helena malah menantang. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang bergejolak muncul di dalam dirinya, kemarahan itu seperti memancing kekuatan aneh yang selama ini muncul dan pergi secara tiba-tiba. “Biar kubantu.” Helena hendak mengambil mangkuk berisi telur lainnya, tapi perbuatannya terhenti ketika tiba-tiba saja Bevrlyne mendorong Helena sampai jatuh terlentang di lantai. “Apa yang ... berani sekali kau ....” Belum sempat Helena berbicara, Bevrlyne langsung menindih tubuh Helena, hendak melepaskan pukulan, hal itu membuat Helena terkejut luar biasa karena ia tak percaya bahwa gadis yang selama ini ia ganggu hendak melakukan perlawanan, sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya. Bevrlyne memang berniat memukul Helena sungguhan, tangannya sudah terkepal, kekuatannya sudah terkumpul dan jelas apabila ia memukul Helena dengan berlapiskan kekuatannya, maka sudah dipastikan Helena akan terluka parah. Untunglah kejadian buruk itu segera terhindarkan tatkala tiba-tiba saja saat tangan Bevrlyne hendak terayun, beberapa tangan langsung meraih memegangi lalu menarik tubuhnya dari atas tubuh Helena. Tampak bahwa ada murid yang menahan dan menariknya menjauh dari atas tubuh Helena. Bevrlyne meronta berusaha melepaskan diri, ia tampak sangat marah akibat kejadian sebelumnya. Sementara setelah Bevrlyne menjauh dari tubuhnya, Helena segera beranjak berdiri dengan dibantu oleh teman-temannya, ia juga hendak bergerak melakukan pemukulan, sayangnya usahanya belum sempat terjadi karena tiba-tiba saja.... “Cukup!” Mr. Howard segera menengahi, Bevrlyne segera berhenti saat mendengar suara gurunya. “Aku tak berharap ada murid yang berkelahi di dalam kelasku,” ujar Mr. Howard lalu tatapannya beralih pada Bevrlyne. “Terutama dirimu, Miss Drexell. Aku benar-benar tak menyangka.” “Aku tidak bersalah, dia yang memulai!” Bevrlyne berseru dengan nada yang keras, jauh lebih keras dari yang seharusnya. Ia membela diri dengan kemarahan yang masih belum surut. “Aku tidak menghajar siapa pun, kau preman.” Helena membela diri. “Lepaskan aku. Akan kuhajar dia.” Bevrlyne hendak meronta lagi. “Berhenti kalian berdua,” tegas Mr. Howard yang kembali menengahi menghentikan perkelahian mereka. “Miss Drexell, tampaknya kelas sore kita masih akan berlangsung,” ucap Mr. Howard yang mengambil keputusan untuk menghukum Bevrlyne. Helena tentu tersenyum puas mendengar bahwa lawannya itu mendapatkan hukuman. “Tapi...” “Rasakan itu.” Helena mencibir, ia masih saja tersenyum sebelum kemudian senyumnya hilang saat mendengar kata-kata selanjutnya. “kau juga, Miss Grey. Tak ada yang berkelahi di kelasku.” Mr. Howard tampak kesal atas kejadian ini. “Apa? Kenapa aku juga? Ini tidak adil!” seru Helena yang tidak terima karena dirinya juga malah mendapatkan hukuman yang sama. “Tidak ada toleransi, kalian harus menjalani kelas sore jika tidak mau hal lebih buruk terjadi.” “Tapi, sir, aku ada acara setelah kelas usai.” Helena mencoba membujuk. Sementara Bevrlyne melepaskan diri dari pegangan orang-orang yang menahannya. Bevrlyne tak mendengarkan, ia langsung meraih tasnya lalu berjalan pergi meninggalkan kelas. Ia tahu apa akibatnya jika meninggalkan kelas, tapi ia sudah tak peduli lagi dengan kelas dan dengan semua keributan yang ada. Untuk yang saat ini, ia harus berusaha menjauh dari kerumunan, menjauh dari pasang mata yang bisa saja melihat dirinya yang berbeda. Ya, Bevrlyne sadar bahwa saat ini tiba-tiba saja kekuatan yang ada di dalam tubuhnya muncul begitu saja. Untunglah belum ada apa-apa yang datang ketika ia marah, meski begitu, ia tidak bisa berdiam diri lebih lama lagi di dalam kelas, ia takut kekuatan yang muncul secara acak akan menampakkan diri di dalam kelas biologi itu sehingga semua orang akan melihatnya. Mungkin bukan hanya akan melihatnya saja, tapi akan lebih buruk lagi, yaitu bisa saja kekuatan ini muncul terlalu kuat lalu berakhir melukai semua orang. Ia tidak terlalu peduli dengan nyawa orang-orang di sana, yang dirinya khawatirkan adalah bagaimana cara mempertanggungjawabkan semua apabila terjadi sungguhan. Karena insiden itu juga, kemungkinan besar kekuatannya akan terkuak oleh semua orang. Maka dari itu, untuk menghidari hal-hal yang sangat tidak diinginkan, Bevrlyne harus secepatnya menjauh. Saat ini ia berlari begitu cepat pergi menuju toilet wanita. Sensasi yang dirinya rasakan ketika kekuatannya muncul terasa begitu jelas, ia tahu bahwa kekuatan lain akan segera memperlihatkan diri. “Kenapa aku melawannya? Kukira aku selalu takut padanya. Lagi pula, aku hanya mendorongnya pelan. Tapi dia terdorong dengan kekuatan yang jauh lebih kuat dari kekuatan diriku yang berjumlah lima. Ini aneh, benar-benar telah terjadi sesuatu pada diriku.” Bevrlyne kembali mengingat ketika Helena benar-benar terlempar, padahal ia hampir tidak menggunakan kekuatannya untuk mendorong gadis itu. Sepertinya kekuatan fisik yang dirinya miliki menjadi lebih kuat dari seharusnya ketika sensasi kekuatan di dalam dirinya hendak keluar. Tentu ini buka sesuatu yang bagus, bisa-bisa terjadi sesuatu yang sangat buruk apabila tidak dikendalikan dengan benar. Sayang sekali Bevrlyne benar-benar tidak tahu cara mengendalikannya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD