Chapter 7 : Kenyataan tentang Oliver

2143 Words
 Keesokan harinya, pada pagi hari. Kevin sedang tidur di ranjang kamarnya yang empuk dan nyaman, dengan kondisi tubuh yang dibalut oleh banyak perban, hasil dari pertarungan yang dialaminya kemarin malam, ditambah luka pukul dari ibunya yang tidak mengetahui bahwa Kevin sedang terluka, karena pada waktu itu kondisi rumah sedang gelap, dan Kevin datang dengan cara menyelinap.  Pada pagi hari itu, ibu Kevin masuk ke kamar sambil membawakan sarapan untuk anaknya, kemudian setelah meletakan sarapan di meja, sang ibu berbicara kepada Kevin.  “Kamu itu kan punya handphone, kenapa setiap kali ibu menghubungi selalu saja tidak pernah diangkat. Jadi kan Ibu tidak tahu kalau kamu kemarin mengalami kecelakaan.” Ucap sang ibu menegur Kevin.  Sepertinya, kemarin malam, untuk menutupi kebenaran tentang luka-luka di tubuhnya, Kevin membuat alasan bahwa luka-luka itu disebabkan oleh kecelakaan, sehingga ibunya tidak akan tahu tentang pertarungan Kevin melawan monster, atau mengenai urusan berbahaya lainnya yang Kevin lakukan. Jadi Mulai sekarang, Kevin harus bisa mengatur jadwalnya dengan lebih baik lagi.  Lalu Kevin menjawab perkataan dari ibunya, “Sudah kubilang aku tidak mau membuat ibu khawatir, jadi aku tidak mengangkat telepon dari ibu. Sudahlah, jangan khawatirkan aku, aku akan baik-baik saja.” Ucap Kevin.  “Bagaimana ibu tidak khawatir?? Dengan luka-lukamu yang seperti itu, kamu bahkan tidak mau dibawa ke Rumah sakit!”  “Itu tidak perlu, aku pasti akan segera sembuh.”  “Hmm, kamu ini ... Kamu mulai sama seperti ayahmu. Selalu saja membuat ibu khawatir ... Pokoknya mulai dari sekarang, kamu tidak boleh lagi pulang malam.” Ucap sang ibu sambil berjalan keluar dari kamar itu.  “Fyuuh.”  Beralih ke tempat lain, yaitu gedung yang merupakan kantor pusat perusahaan NeoGen, ukuran gedung itu sangat tinggi dan luas, arsitektur’nya pun cukup megah, dengan logo NeoGen yang terpampang secara jelas di bagian paling atas gedung tersebut. Letak gedung tersebut berada di kawasan elit ibukota, dengan dikelilingi oleh bangunan-bangunan megah lainnya.  NeoGen merupakan perusahaan yang memproduksi banyak produk untuk kegiatan sehari-hari, yang tentunya tidak memerlukan listrik sebagai energinya, karena setiap produk NeoGen memiliki energi tersendiri yang jauh lebih hemat serta ramah lingkungan. Namun dibalik semua itu, sebenarnya NeoGen mendapatkan energi untuk produknya dari tanduk para monster yang setiap malam diburu oleh para prajurit pemburu monster milik NeoGen. Itu artinya, NeoGen memanfaatkan fenomena kemunculan monster dari celah dimensi untuk menghasilkan keuntungan pribadi.  Saat ini, di dalam gedung tersebut, Cross yang merupakan pemimpin dari pasukan pemburu monster NeoGen, terlihat sedang berjalan di lobby, dia mengenakan pakaian casual yang dapat menonjolkan otot-ototnya. Cross berjalan hingga masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai paling atas. Dia berniat untuk datang ke ruangan CEO, sambil membawa sebuah perangkat tablet di tangannya, sepertinya ada suatu hal penting yang ingin ditunjukan oleh Cross kepada sang CEO.  Sesampainya dia di lantai paling atas, Cross segera berjalan lagi, dia melewati meja sekretaris dan langsung mengetuk pintu ruangan CEO, setelah itu orang yang berada di dalam sana segera mempersilahkannya untuk masuk.  Saat Cross masuk, dia disambut oleh sang CEO yang sedang berdiri di dekat meja kerjanya sembari membaca buku, sosok sang CEO terlihat tampan dan masih muda, dengan setelan jas hitam rapi yang dikenakannya, membuat dirinya semakin terlihat elegan, apalagi postur tubuhnya tinggi dan proporsional. CEO tersebut bernama Ivan Chesni, plakat yang bertuliskan namanya terpajang dengan jelas di atas meja kerja ruangan tersebut.  “Oh, Cross. Ternyata itu kau ... Selamat siang.”  Setelah masuk ke dalam ruangan itu, Cross langsung menunjukan layar tablet yang dibawanya kepada Ivan sang CEO. “Selamat siang Tuan, aku membawakan informasi mengenai orang mencurigakan yang muncul dalam proses perburuan kami 2 hari yang lalu.”  “Hmm. Coba aku lihat.”  “Namanya adalah Kevin Icardi, dia bekerja sebagai seorang pegawai kantoran di sebuah perusahaan suku cadang. Sekilas tidak ada yang aneh dari kehidupannya, namun setelah kami mencaritahu tentang latar belakangnya lebih dalam lagi, kami menemukan sebuah fakta yang mengejutkan.”  “Apa itu?” Tanya Ivan.  “Dia merupakan anak dari Alan Icardi, yakni salah satu ilmuan yang dulu pernah bekerja di perusahaan ini, namun dia dinyatakan hilang dan tewas dalam kecelakaan kerja lapangan sekitar 15 tahun yang lalu.”  “Hmm, aku kenal Alan Icardi, dia merupakan ilmuan yang sangat hebat. Bersama dengan dua temannya yang bernama Rengga dan Rudolf, mereka bertiga dikenal sebagai trio ilmuan dewa.”  “A- anda mengenal mereka?? Ta- tapi kejadian itu kan sudah lama sekali. Apa jabatan anda pada saat itu?” Cross merasa takjub sekaligus penasaran.  “Aku sudah menjadi seorang CEO selama 17 tahun.” Jawab Ivan.  “A- apa? Ma- maaf jika aku tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi, berapakah umur anda sekarang?”  “Umurku 40 tahun.”  “Wah. Tapi anda masih terlihat muda.”  “Hmm, terima kasih atas pujiannya. Aku sering melakukan perawatan rutin, sekali-kali kau juga harus mencobanya.” Ucap Ivan.  “I- iya, Suatu hari, aku akan mencobanya Tuan.”  “Hmm, oh iya, tentang masalah Kevin, aku serahkan sepenuhnya kepadamu ... Mungkin dia ingin mencaritahu lebih banyak mengenai informasi seputar ayahnya, oleh karena itu dia ikut campur dalam urusan kita. Jangan sampai pria amatir itu mengganggumu lagi ya, lain kali kau harus membuatnya kapok, sehingga dia akan kembali menjalani kehidupan normalnya seperti biasa.”  “Baik Tuan, aku siap melaksanakannya.” Ucap Cross sembari pergi meninggalkan ruangan tersebut. Kemudian, Ivan berjalan ke dekat jendela dan dia menatap ke arah langit. “Hmm, Kevin Icardi ... Apakah dia akan menjadi pembawa masalah? Sama seperti ayahnya.” Gumam Ivan.  Hari sudah mulai sore. Beralih lagi kepada Kevin, yang saat ini masih berbaring di ranjang kamarnya. Selama seharian penuh dia terus memikirkan tentang Oliver, yakni monster gargoyle yang sudah menyelamatkannya kemarin. Kevin masih kebingungan, apakah dia harus mempercayai Oliver atau tidak? Karena walaupun Oliver telah menyelamatkannya, tapi tetap saja dia adalah seekor monster.  Maka dari itu, untuk menghilangkan rasa penasarannya, Kevin memutuskan untuk menyelidiki Oliver lebih lanjut, dengan cara memata-matai tindak tanduknya dari kejauhan. Kevin segera bangkit dari tempat tidurnya, lalu dia melepaskan perban yang membalut tangan serta kakinya, sehingga kini dia bisa bergerak lebih bebas.  Sebagian besar luka-luka di tubuh Kevin sudah hampir sembuh. Karena Semenjak kecil, Kevin memang sudah memiliki imun yang kuat dan proses penyembuhan yang cepat, namun selama ini dia tidak menyadari bahwa hal itu merupakan efek dari kekuatan monster yang ada di dalam tubuhnya. Dan sekarang dia baru sadar mengenai hal itu, tapi tetap saja walaupun begitu, kekuatan monster di dalam tubuh Kevin belum bangkit sepenuhnya, sehingga dia masih belum bisa bertarung atau menandingi kekuatan dari para monster.  Ketika hari sudah mulai malam, Kevin memberitahu ibunya bahwa dia akan tidur lebih awal malam ini, sehingga dia segera mengunci kamarnya. Namun setelah itu dia menyelinap keluar lewat jendela kamarnya, untuk pergi ke tempat Oliver. Dia pergi dengan mengendarai sepeda motornya menuju ke apartemen milik Oliver untuk mulai menyelidiki perilaku si monster gargoyle yang tidak memakan daging manusia itu.  Singkat cerita, sesampainya Kevin di lantai bawah apartemen tersebut, dia segera naik ke atas sembari menyalakan alat pendeteksi monster, karena siapa tahu Oliver sedang berubah menjadi monster, atau ada hawa nafsu membunuh yang dikeluarkan oleh Oliver.  Lalu Kevin terkejut karena layar alat pendeteksi itu menunjukan bahwa ada 3 titik merah yang sedang berada di kamar apartemen Oliver, walaupun 3 titik merah itu hanya muncul sebentar dan kembali redup, namun hal itu sudah cukup untuk membuat Kevin berasumsi bahwa Oliver sedang mengundang teman-teman gargoyle ke kamar apartemennya, maka dari itu Kevin langsung saja berprasangka buruk.  Setelah berada di dekat tempat tujuannya, Kevin segera berdiri di balik tembok yang jauh di seberang pintu kamar apartemen Oliver, dengan sabar dia menunggu sembari terus memperhatikan pintu kamar tersebut, dia tidak ingin gegabah dalam bertindak, karena Kevin tahu bahwa dirinya masih belum bisa melakukan perlawanan kepada para monster, selain itu Kevin juga tidak mau memanggil pihak berwajib atau pemburu monster, karena dia takut keadaan akan menjadi lebih runyam, oleh karena itu dia memutuskan untuk terus menunggu.  Beberapa saat kemudian, hal yang Kevin tunggu akhirnya tiba, 2 orang pria keluar dari pintu bersama dengan Oliver. Mereka bertiga mengenakan pakaian santai dan tampak seperti akan pergi ke suatu tempat, namun ekspresi wajah mereka bertiga terlihat tegang.  Kevin yang melihat hal itu segera mengikuti mereka dari belakang sambil tetap menjaga jarak supaya keberadaannya tidak ketahuan. Oliver dan kedua pria itu turun ke lantai bawah, lalu mereka semua masuk ke dalam sebuah mobil yang terparkir disana, dan selanjutnya mereka beranjak pergi meninggalkan apartemen tersebut. Sedangkan Kevin segera mengendarai sepeda motornya untuk terus mengikuti mereka, karena Kevin masih memiliki kecurigaan bahwa Oliver kini sedang pergi untuk melakukan perburuan manusia bersama teman-temannya itu.  “Hmm, kemana mereka akan pergi ya?” Kevin bertanya-tanya dalam benaknya.  Singkat cerita, mobil yang dikendarai oleh Oliver tiba di sebuah kawasan dekat perairan dengan banyaknya kotak kontainer yang berjajar disana, mereka berada di sebuah kawasan dermaga yang sangat luas dan cukup sepi karena keadaannya sudah larut malam. Namun rupanya sedang ada sebuah aktivitas berkumpulnya sekelompok orang di bagian pojok dermaga tersebut. Sehingga suasana di titik lokasi itu jadi sedikit terasa ramai seperti sedang diadakan pesta.  Orang-orang yang berkumpul disana terdiri dari pria dan wanita yang berpakaian seperti anak punk atau preman, dengan sepeda motor besar yang berjajar di sekitar tempat mereka berkumpul, juga suara gelak tawa serta obrolan-obrolan yang saling bersahutan sehingga membuat suasana disana menjadi lebih hidup.  Oliver datang bersama 2 orang pria yang sedari tadi telah bersamanya, kedatangan mereka disambut dengan meriah oleh semua orang yang berkumpul disana. Sedangkan dari kejauhan, Kevin sedang bersembunyi sambil terus memperhatikan Oliver, yang terlihat cukup canggung ketika berada di tempat itu.  Kemudian, setelah Oliver berdiri di tengah-tengah tempat itu, kedua orang yang tadinya datang bersama Oliver segera bergabung dengan mereka yang sedari tadi berkumpul disana, lalu kedua orang itu berdiri menghadap Oliver sembari memberikan tatapan sinis kepada Oliver. Kemudian dalam seketika, suasana disana berubah menjadi hening karena mereka semua tiba-tiba menghentikan aktivitas masing-masing, lalu mereka semua berdiri menghadap dan mengelilingi Oliver dengan ekspresi wajah serius. Sedangkan Oliver hanya diam dan berdiri saja dengan badan tegap seakan dia tidak takut kepada mereka semua. Suasana disana tiba-tiba berubah menjadi tegang.  Dan Kevin yang melihat hal itu, langsung merasa heran sekaligus penasaran, sebenarnya apa yang sedang dilakukan oleh Oliver di tengah kerumunan orang-orang berbahaya yang tampak seperti kelompok geng itu?  Lalu tiba-tiba ada seorang pria kekar yang mengenakan rompi dan celana jeans lusuh, yang mulai berjalan mendekati Oliver dan berdiri di hadapan Oliver, sehingga mereka berdua jadi saling menatap wajah satu sama lain. Pria itu sepertinya merupakan sosok pemimpin sekaligus orang yang paling ditakuti serta disegani oleh semua orang yang ada disana. Postur tubuh pria itu tinggi kekar, dengan wajah yang terlihat garang, dan rambut yang dibalut oleh bandana. Kehadirannya itu mampu membuat Oliver sedikit bergidik, namun Oliver berusaha untuk tidak menunjukan rasa takutnya, dia tetap memberikan tatapan serius kepada pria kekar itu.  Kemudian si pria kekar berkata, “Oliver.”  “George.” Ucap Oliver, sepertinya mereka berdua memang sudah saling mengenal. Lalu seketika sebuah pukulan yang cukup keras dilayangkan oleh George ke wajah Oliver, sehingga menyebabkan tubuh Oliver langsung jatuh dan kemudian dia menahan rasa sakit dalam keadaan bersujud. Kevin yang melihat Oliver dipukul, sontak langsung merasa terkejut.  Setelah memukul Oliver, kemudian George berkata, “Sudah kubilang, jangan ikut campur lagi ke dalam bisnisku. Tapi ternyata kau malah kembali berulah!”  Sambil meludahkan darah, Oliver bertanya balik. “Memangnya apa yang sudah kulakukan?”  “Kau adalah orang yang telah menghabisi Qyuzi si pemilik restoran! Dia merupakan gargoyle yang berada di bawah perlindunganku. Selain itu dia juga selalu taat membayar uang keamanannya padaku.”  “Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku yang telah menghabisinya?” Tanya Oliver sambil berusaha berdiri.  “Aku ini punya banyak informan yang tersebar di seluruh jalanan, bahkan aku juga tahu bahwa kau telah melindungi dan menolong seorang manusia yang seharusnya menjadi mangsa Qyuzi ... Karena dirimu, manusia itu jadi bisa selamat. Sekarang, bersiaplah untuk menerima hukuman dariku!” Ujar George. “Hukuman?”  “Ya, atas perbuatanmu itu, kau harus dihukum mati disini. Sebagai gargoyle yang tidak memangsa manusia, kau sudah mempermalukan bangsa gargoyle! Aku tidak akan membiarkanmu hidup lebih lama lagi.”  Lalu Oliver berujar. “Wow wow, tunggu dulu sebentar, mereka berdua yang mengajakku kesini bilang bahwa kau hanya ingin mengajakku berbicara. Dan jika aku tidak mau ikut, maka para anak buahmu akan menghabisi seluruh penghuni di gedung apartemenku.” Ucap Oliver.  “Ya, memang itulah yang akan terjadi, setelah aku menghabisimu disini, maka aku dan pasukanku akan menyerbu apartemenmu, dan menghabisi semua orang yang ada disana!” Ujar George sambil tersenyum, lalu diikuti oleh tawa dari semua orang yang ada di sekeliling Oliver.  Setelah menyadari bahwa George beserta para anak buahnya memiliki rencana yang buruk. Maka Oliver mulai marah. Lalu dia berkata.  “Takkan kubiarkan kalian melakukan hal itu!! Di apartemenku ada warga lansia dan anak kecil!”  “Memangnya apa peduliku tentang hal itu hah??!!! Kami akan memakan mereka semua!”  Setelah mendengar ucapan dari George tersebut, Oliver segera membuka bajunya, lalu seketika Wujud Oliver berubah menjadi monster gargoyle kekar dengan tanduk hijau dan rambut duri. Oliver bersiap untuk melawan George dan semua gargoyle yang berada disana, dengan amarah yang memuncak di dalam dirinya.  Sedangkan George juga tak mau kalah, dia juga segera membuka bajunya dan berubah wujud menjadi monster gargoyle kekar yang ganas, dengan tanduk yang menyerupai mahkota di kepalanya dan otot-otot yang lebih besar dari Oliver.  George berkata dengan suara yang besar. “Ayo kita selesaikan pertarungan ini secara cepat, sebelum keberadaan kita terdeteksi oleh para pemburu monster.”  “RAAAAAAHHHHH!!!” Oliver segera berlari ke arah George.  Dengan penuh emosi mereka berdua saling menyerang dalam wujud monster yang sangat ganas dan beringas, keduanya memiliki kekuatan yang besar dan kemampuan bertarung yang sangat berbahaya. Dengan otot dan cakar di tangan mereka, yang merupakan senjata utama bagi monster gargoyle.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD