Part 3. First Meet

1497 Words
Karin baru saja kembali dari butik yang menjual berbagai macam dress untuk pesta dan pernikahan. Sang boss meminta bantuannya untuk mencarikan dua buah gaun berwana putih untuk sang mantan istri. Pria itu berencana untuk melamar kembali sang mantan saat peresmian resort di Lombok seminggu lagi. Waktu yang ia miliki tidak banyak untuk bisa menyiapkan dua pasang gaun yang akan di peruntukkan untuk Naya, dan Mekka, putri sang boss dari istri pertama. Pemilik butik langsung menyanggupi begitu ia mengatakan bahwa permintaan tersebut berasal dari seorang bernama Malaka Hutama. Uang selalu saja bisa memecahkan permasalahan … pikir Karin. Untuk ukuran dress sendiri, Karin harus rela mendatangi rumah sang atasan untuk meminta contoh ukuran baju kepada orang tua Naya. Masih untung mereka ada di Jakarta, bukan di Yogya yang merupakan kota tempat Naya menetap selama beberapa tahun terakhir. Sedangkan untuk pakaian sang boss sendiri, lebih mudah ia urus karena Alka sudah memiliki tempat khusus selama ini. Ia juga memesan dua set yang akan dikenakan sang boss dengan putra ke dua nya, Tanaka. Karin mengetuk pintu ruangan sang boss. Dua kali sebelum suara pria berusia 39 tahun itu terdengar. Ia segera membuka pintu, kemudian melangkah masuk menghampiri meja kebesaran Alka. Meja yang terlihat kokoh yang terbuat dari kayu jati berkualitas terbaik. Sebagai pemilik perusahaan furniture, tentu saja Alka memiliki cita rasa tinggi untuk barang-barang yang berada di sekitarnya. Perhatikan saja ruang kerja pria tersebut. Semua nya memiliki unsur kayu jati yang dipoles hingga halus dan difinishing dengan warna coklat kayu yang mengkilap. Bahkan pigura tempatnya menyimpan foto pernikahan, serta foto kedua putra-putri nya juga ia pesan khusus ke pengrajin dengan bahan kayu jati grade A. “ Duduk Karin.” Perintah Alka saat mendapati Karin yang hanya berdiri di hadapannya. Karin tersenyum, kemudian menarik kursi dan menyamankan diri di kursi berbahan kayu jati dengan busa empuk hingga membuat siapa saja yang mendudukinya akan betah berlama-lama di situ. Tapi tentu saja itu tidak berlaku untuk Karin. Bagi Karin, sebisa mungkin ia tidak berada di dekat pria yang memberinya aura mencekam. Bukan karena tampang sang boss yang garang. Bukan sama sekali. Justru sebaliknya, sang boss adalah pria matang dengan tubuh dan wajah menawan. Hanya saja dia tahu sepak terjang Alka yang menyukai kesempurnaan hingga tak segan-segan mendepak seseorang yang dia nilai tidak pantas bekerja dengannya. Pria yang jarang bicara banyak, dan tertawa lepas itu juga paling tidak suka melihat perempuan yang suka menggoda pria. “ Bagaimana ?” tanya Alka. Ia bisa menerka Karin akan melaporkan perkembangan tugas tambahan yang ia berikan pada wanita tersebut. “ Sudah beres, Pak. Gaun untuk ibu dan Mekka akan siap dalam waktu 4 hari. Begitu pun dengan tuksedo untuk Bapak dan Tanaka,” jelas Karin. Ia merasa lega tidak menemukan kendala untuk mengurusnya. Alka mengangguk puas. “ Terima kasih, Karin.” Karin tersenyum senang. Sebagai seorang sekertaris sudah tugasnya menyiapkan semua yang di butuhkan sang bos. “ Pastikan Ibu tidak tahu kejutan yang akan saya berikan.” Alka menatap tajam sang sekertaris. Senyum di bibir Karin perlahan surut. Ia mengangguk. Kembali dengan wajah tegang ketika harus berhadapan dengan sang bos. Bulu kudu nya langsung berdiri mendapati tatapan penuh ancaman Alka. Ia menelan ludah dengan susah payah. Mencoba mengingat apakah ia melupakan sesuatu ketika mengurus persiapan untuk acara lamaran sang bos. sepertinya tidak. Dia hanya berhubungan dengan salah satu teman kerja Naya di Lombok untuk mengurus persiapan di sana, dan sudah dengan jelas memberi tahu pria bernama Reygan itu agar tidak membocorkan pada siapa pun. Terlebih lagi Naya. “ I-iya-Pak. Ibu-tidak-akan-tahu,” jawab Karin terbata-bata. Alka mendesah lega. Memundurkan tubuhnya untuk bersandar pada sandaran kursi. Kedua tangan pria itu terlipat di depan tubuh. “ Baiklah. Sekali lagi terima kasih.” Kode pengusiran Alka bisa dengan mudah Karin tangkap. Ia segera berdiri, kemudian mengangguk kecil sebelum undur diri meninggalkan ruang kerja sang boss. Kembali ke meja kerjanya, Karin segera berkutat kembali dengan layar PC. Ada beberapa kontrak kerja dari kolega perusahaan yang harus ia teliti sebelum ia mintakan tanda tangan pemilik perusahaan. Nyala pada ponsel yang sengaja ia silence membuat Karin mengalihkan fokus. Melihat nama sang Mama yang terpampang membuat wanita itu mendesah. Apa lagi … batin Karin. Meskipun enggan, ia tetap meraih benda persegi itu atau sang Mama akan terus meneror hingga ia mau mengangkat panggilan dari nya. “ Ya Ma … “ jawab Karin dengan nada malas yang jelas terdengar. Wanita itu bahkan tidak beruasaha menyembunyikan rasa enggan ketika menerima panggilan dari sang Mama. Dari ujung sambungan, Karin bisa mendengar dengusan sang Mama. Wanita yang sudah melahirkannya itu pasti sedang kesal. “ Apa yang Mama dengar benar ?” tanya sang Mama langsung ke pokok permasaahan yang akan ia bahas. Karin terdiam. Mencoba memikirkan kabar apa yang sang Mama dengar. “ Memang apa yang Mama dengar ?” tanya Karin setelah berusaha perpikir tapi tetap tidak menemukan jawaban. Terdengar hela panjang sang Mama. “ Rama … “ Sang Mama menggantung ucapannya. Wanita itu hanya menyebut satu nama, dan Karin langsung tahu apa yang ingin sang Mama katakan. Ia sendiri belum menceritakan perihal kandasnya hubungan dengan Rama. Sepertinya ia harus mengacungkan kedua ibu jari kepada sang Mama yang sudah dengan cepat mendengar berita tersebut. “ Ya … benar.” Tegas Karin. Dia tidak perlu mendengar kelanjutan perkataan sang Mama. Dia tidak ingin mendengar apa pun lagi tentang pria itu. Pria yang tidak bisa menahan hawa nafsunya. Bukan pria seperti itu yang ia inginkan. Tidak ada lagi pria bernama Rama di hidup Karina Roseline. *** Karin membawa Naya masuk ke dalam ruang ballroom resort yang baru saja selesai dibangun sang bos dengan Naya sendiri sebagai penanggung jawab dari pihak kontraktor. Ruang yang dia dekor dalam waktu semalam hingga sang target tidak tahu akan mendapati sebuah kejutan hari itu. wanita yang berjalan bersamanya terlihat cantik dengan dress putih panjang yang sudah ia siapkan sesuai perintah sang atasan tentu saja. Begitu Karin merasa perhatian Naya teralih, dengan berjingkat supaya tidak menimbulkan suara berlebihan Karin berlahan mundur. Menjauh. Menyaksikan dari tempatnya berdiri bagaimana drama lamaran sang bos yang berakhir kacau ketika muncul satu orang pria yang tidak ia kenal dengan bunga di tangan dan melakukan hal yang sama. Melamar wanita yang sama. Gila. Karin menggelengkan kepala. Merasa luar biasa takjub. Dia sendiri baru saja kehilangan laki-laki yang ia gadang-gadang akan menjadi pelabuhan hatinya. Namun wanita di depan sana justru mendapati dua orang lelaki tampan yang menginginkannya menjadi istri. Dunia memang tidak selamanya adil. Kenapa tidak satu dari mereka melamarnya ? pikir Karin masih merasa takjub. Se special apa seorang Naya hingga mampu menahlukkan hati dua orang pria sekaligus. Sepertinya, dia harus belajar banyak dari Naya supaya tidak kembali gagal. Ia mendesah saat merasa kembali putus asa. Mungkin memang tuhan tidak mentakdirkannya bertemu belahan jiwa di dunia. Mungkin kelak di akhirat. Ia berbalik, kemudian melangkah menjauh. Tidak ingin melihat drama cinta segitiga. Lebih baik dia menikmati pemandangan laut lepas yang bisa meyejukkan mata dan pikiran. Cukup lama Karin menikmati pemandangan dari samping resort sebelum kakinya melangkah menuju rooftop. Tempat yang di rencanakan sang atasan untuk melaksanakan pernikahan setelah sang mantan menerima lamarannya. Ia menghela nafas. Entah bagaimana kelanjutan drama double lamaran tadi. Dia tidak tahu. Mungkinkah sang bos berhasil mewujudkan keinginan untuk kembali menikahi sang mantan istri, atau ia akan pulang dengan membawa kekecewaan ?. Kakinya berhenti melangkah hanya beberapa meter setelah menapaki rooftop yang sudah di dekor begitu cantik dengan rangkaian bunga di seluruh penjuru mata memandang. Di ujung sana, Karin bisa melihat sepasang mantan suami istri yang terlihat masih berbicara dengan serius. Kepala Karin menoleh ketika ekor matanya menangkap satu sosok berdiri dibalik dekor rangkaian bunga mawar dan baby breath putih. Wajah sendu sang pria membuatnya melangkah mendekat. Pria yang dia lihat sebelumnya dengan rangkaian bunga di tangan dan melamar Naya. Sepertinya sang wanita sudah menentukan pilihannya. Ia kembali melihat sepasang pria dan wanita yang kini sedang berpelukan. Sang pria mengecup kening sang wanita dengan bulir air mata yang menetes. Oh … ternyata sang bos juga bisa menangis. Pemandangan langka yang Karin dapatkan hari itu. Seorang Alka menangis karena seorang wanita. Sudah pasti wanita itu benar-benar istimewa hingga bisa menjungkir balikkan kehidupan pria seperti Malaka Hutama. " Mereka pasangan yang sempurna bukan ?" ucap Karin dengan tatapan lurus ke arah pasangan yang masih tenggelam dalam kebahagian. Keduanya saling mendekap seolah tak ingin ada jarak satu mili pun memisahkan mereka. Bibir keduanya tertaut. Ia bisa melihat sebesar apa cinta mereka berdua. " Mereka memang sudah ditakdirkan untuk bersama." Tambah Karin sebelum akhirnya menoleh ke samping, menatap pria yang pasti sedang patah hati kemudian mengulurkan tangan kanannya. " Aku Karin ... sekertaris pria itu." Karin tersenyum kecil dengan pilihan katanya. " Abi ... mantan wanita itu." Balas pria tersebut sembari menjabat tangan Karin. Mereka saling pandang, kemudian tergelak bersama. " Dinner ??" tawar Abi yang tak lama langsung diangguki Karin. Entah kenapa Karin merasa tawaran Abi sangat menarik hingga tanpa berpikir ia langsung menerima. Mungkin karena dia sendiri juga sedang patah hati. Sama seperti pria di sampingnya. Mungkin mereka berdua bisa saling menghibur untuk sedikit mengobati hati mereka yang sedang merana karena putus cinta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD