Bab 8

1623 Words
Rara ketiduran di bangku antik yang terbuat dari papan kayu Ulin tebal, bangku antik yang hampir terkikis oleh waktu. Barang antik salah satu koleksi pak Soeryo Atmodjo papa Rara. salah satu barang antik yang ada di rumah itu. Saat sang papa baru pulang kerja, melihatnya Rara terlelap, diambilkan ya selimut untuk menyelimuti anak kesayangan buah dari cintanya bersama Annisa sang istri yang kini tak pernah tau keberadaannya. Rara terbangun ketika sang ayah mencium kening Rara sehabis menyelimutinya. "Heeem,....papa baru pulang." Kata Rara sambil mengucek mata. "Iya, kalau ngatuk kenapa gak bobok di dalam?" "Nunggu papa..... papa bawa apa?" "Gak bawa apa-apa,... Rara laper ya?" si Rara hanya mengangguk. "Kalo gitu kita keluar. Rara pengen maem apa.. papa juga lapar nich." Mendengar kata bahwa papanya belum mangan. Matanya langsung melotot dan berkata: "Jam segini papa belum maem, tenaganya diforsir untuk kerja, gak memikirkan kondisi kesehatannya, inget papaaaaaa sayaaaaaang.. kesehatan ituuuu penting!!, kalau gak papa sendiri yang menjaga itu siapaaa?. inget paaa, mama itu gak ada di rumah, gak ada yang memperhatikan papa, terus papa juga gak suka kalau rumah ini ada pembantu.. jadi papa sendiri yang harus menjaganya.. papa sendiri yang ngelarang Rara terus mengikuti papa,terus papa gak perhatikan kesehatan papa sendiri terus kalau tatiiiiit pas Rara gak ada di rumah siapa yang merawat papaaaaaa.?” Rara berdiri lalu menarik tangan kiri sang papa "lho...lho...lho..lho.. mau kemana kita?" "Maem laaaah paaaa!!" "Masak mau ke warung, anak papa cuman pakai beginian ?... Nanti dikira orang papa bawa anak tiri yang si sia-sia oleh bapak tirinya." Canda sang papa. "o..iya lupa.. papa tunggu ajjjjja di situ, jangan ke mana-mana.. Rara ganti dulu." Pesan Rara kepada papanya. Dalam hati pak Soeryo Atmodjo papa Rara: "Anak papa yang manis, dari kecil sampai dewasa seperti ini gak berubah, kalau sama papanya." Melihat anak semata wayang buah cintanya dengan pujaan hati yang sampai kini tak tau keberadaannya. saat memakai gaun malam, berwarna marun gelap, memakai lipstik pink tipis transparan dan rambut terurai bebas tanpa sentuhan Make up.. hatinya merasa damai. "Ya ampun mau kondangan kemana ini anak papa?" Rara hanya tersenyum tipis, menggandeng sang ayah lalu pergi menghampiri mobil. "Kali ini biar Rara yang bawa mobilnya, karena sangat berbahaya kalau seusia papa bawa mobil dengan perut kosong." Mendengar apa yang dikatakan bidadari kecilnya yang kini sudah dewasa. Pak Soeryo Atmadja tersenyum. Dibukanya pintu mobil dan sang pdi persilahkannya masuk. Ketika dalam perjalanan sang ayah, bertanya: "Parfum baru ya?" "Iya,.. kenapa pa?..gak suka aromanya ya?" "Suka banget, saat papa mencium aroma ini seperti bersama seorang putri berada di taman istana. Aromanya gimana gitu?.. Papa gak bisa jelaskan.. tapi wah banget.. bener-bener berada di taman bunga bersama tuan putri raja." Puji sang papa tulus. "Ini rekomendasi dari Olien katanya, cocok kalau Rara pakai parfum aroma ini." Jawab Rara. "Oleh-oleh kemarin dari Paris ya?" "He'em.. parfum ini tidak ada di pasaran pa, karena sang designer hanya merancang, memproduksi khusus di buat di boutique sang perancang mode, dan Rara berkesempatan foto dengan perancang model dunia yang tersohor dengan desainnya." Kata Rara tersenyum bangga. atas pujian tulus dari sang papa. Sesampai di restoran langganan itu, Rara dan papanya lagi ngobrol, sang pemilik restoran menghampiri meja mereka berdua. "Selamat malam." Sambut sang chef Argand. "Wah lama kita gak bertemu nih". Kata pak Soeryo Atmodjo. Mereka ngobrol sebentar kemudian sang chef pemilik restoran pamit untuk menyambut pelanggan yang lain. Restoran ini cukup terkenal, dan sering dipakai acara pernikahan yang berkonsep pesta taman. cukup menampung undangan hingga 1000 Orang. berada di belakang restoran ini, sedangkan restoran sendiri terkenal dengan masakan khas sajian ala sang chef Argand. Selesai makan malam, disini memang bisa santai sesuai keinginan pelanggan. "Pa." Sapa Rara. pak Soeryo menoleh dan memandang Rara dengan tatapan penuh perhatian dan cinta. "Kemarin, waktu Rara, balik dari Paris ke Indo, Rara duduk di samping mama, dan berbincang-bincang tentang banyak hal." Kata Rara. "Rupanya anak papa bener-bener masih mengharapkan pelukan Mamanya, sampai-sampai menganggap orang yang mirip dengan mamanya dianggap sebagai mamanya." Pikir pak Soeryo Atmodjo. "Pa..kok melamun?" Sapa Rara lagi. "Mungkin mirip kali?" "Iya sih...tapi saat Rara berbincang sama dia di pesawat, Rara merasakan kehangatan dari setiap kata-katanya dan Rara merasakan itu,lembut kalem, pokoknya bikin hati Rara damai." Lanjutnya. "Siapa namanya." Tanya papa. "Dia memperkenalkan diri dengan nama Rani…Maharani dan katanya dia juga punya anak perempuan namanya Rara juga. katanya juga tinggal di Indo, hanya saja Rara gak sempat tanya alamatnya." "Yah.. kebetulan paling." Kata papa. "Iya juga sih.. Mudah-mudahan Rara bisa ketemu lagi sama dia." _____ Malam itu pikiran Rara gelisah banget, dia duduk di kursi depan meja rias. dipasangnya foto masa kecilnya di depan meja rias, gak seperti biasanya, hanya keluar saat dia ingin memandang wajah ibunya. Sejak pertemuannya dengan Bu Rani. wajah mama Annisa terbayang terus setiap Rara memejamkan mata.. Sementara itu pak Suryo Atmodjo sendiri juga mendapat info dari teman sekantornya dulu bahwa Annisa berada di kota ini beberapa hari ini, sesuai yang diceritakan Rara buah hati yang sejak kecil merindukan kasih sayang mamanya. Disisi lain dalam waktu yang bersamaan. Annisa sama gelisahnya, sejak ia bertemu langsung dengan putri yang terlantarkan 25 tahun yang lalu. "Berpuluh-puluh tahun aku mengharapkan bisa bertemu, namun ketika anak yang kurindukan berada di depan mataku aku tak sanggup mengakuinya. Bahkan aku telah membohonginya." Kata ini berkecamuk dalam hati Annisa. Entah apa lagi yang dipikirkan ketiga anak manusia ini. Yang pasti sampai matahari terbit mereka bertiga tak bisa memejamkan mata. _______ "Mas kok tau kalau aku di sini." Tanya Annisa heran. Ketika itu dia baru saja di apartemen tempat tinggal selama mengambil studi di kota itu. "Ke ujung langit ketujuh pun aku bakal tau, kau ada dimana." Jawab Alfian alias Billal dengan nama panjang. Raden Billal Winangun Djoyo Binangun Karso. "Tapi aku sudah punya suami dan punya anak." Jawab Annisa. Tapi gak bisa disembunyikan bahwa sejak awal mengakui bahwa dia adalah cinta pertama Annisa. Yang kandas akibat tak direstui orang tua. "Dari awal sudah kukatakan bahwa cinta kita tak terpisahkan." Kata ini diucapkan pertama kali mereka bertemu. Kata Alfian dengan nama asli Billal anak petani tembakau dan juragan sapi, yang selalu dibully oleh teman-teman akibat penampilannya yang super rapi ala era tahun 60an, yang gak pernah update dengan model kekinian. Gayanya yang ke ningrat-ningrat dan sulit menerima kalangan yang tak selevel menambah si Billal sulit mendapatkan teman dalam lingkungan Masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai perbedaan yang pastinya terdiri dari berbagai strata, ekonomi, ras, suku bangsa, agama dan budaya yang berjalan dengan apa adanya. Sehingga cintanya pada Annisa Pun jadi terhalang. Namun demikian secara diam-diam dia mengikuti kemanapun Annisa sang cinta pertamanya pergi, disitu dia ada. Begitupun saat Annisa telah bertunangan dengan Soeryo Atmodjo papa Rara. Sempat waktu itu ketika Alfian alias Billal duduk di bangku SMA, saat itu liburan tengah semester Rara diajak ke kampung tempat tinggal Billal dan bertujuan untuk diperkenalkan kepada kedua orang tua Billal, namun belum kesampaian niat mereka berdua, orang tua Billal juragan pemilik lahan terluas di kecamatan dan juragan sapi terkaya se kecamatan itu dengan terang-terangan bahwa Ndoro Ronggo Warsito Djoyo Binangun dan istri mengatakan tidak mencari menantu yang gak jelas bibit bebet bobotnya. Annisa masih teringat waktu itu setelah mendapat penolakan dari orang tua Billal, dia berjalan hingga larut malam baru menemukan tumpangan pulang ke kota asalnya dengan penuh kekecewaan. Masih segar dalam ingatannya, begitu setianya Billal mengikuti dirinya, tanpa harus tegur-sapa dan hanya puas cukup memandang dirinya dari kejauhan, walau Annisa telah memiliki kekasih, bahkan telah menjadi milik Soeryo Atmodjo papa Rara. Setelah ayah Billal meninggal, dia baru berani mengambil sikap untuk tetap berjuang mendapatkan cinta pertamanya, yaitu Annisa walaupun kini sudah ada yang memilikinya. "Aku akan menemanimu selama kau menempuh studi disini." Kata Alfian si Billal dengan nama panjang Raden Billal Djoyo Binangun Karso. Sambil menatap mesra sang dambaan. Hati Annisa berdebar tak menentu. Gejolak rasa yang pernah ada kini membuih melebihi hingga mengambang di awang- awang. Mengisi di ruang hati kosong, hati tempat cintanya si Billal pernah singgah di sana. Kehadiran Billal membuat pikiran Annisa kembali ke masa lalu, kala indahnya cinta pertama itu melenakan mereka berdua. Tanpa tanya, tanpa kata sepakat, dan jauh dari fakta semua seakan tak pernah ada. Yang mereka rasa hanya cinta mereka nyata pernah dan takkan sirnah. Dan dalam sekejap terpadu menjadi satu, antara cinta, rindu, gairah dan tanpa hambatan terlebih saat itu. "Maafkan aku." Bisik Bilal. "Sudah terlanjur menyatu." Bisik Annisa. Terulang..terulang dan terulang hingga pada suatu siang kala itu. Tanda cinta terlarang itu, membuahkan hasil dari hubungan mereka berdua. Penyesalan selalu datang dikemudian hari. Seorang bayi laki-laki nggemesin dan lucu. Sebagai jerat untuk kembali ke pangkuan Soeryo, dan Rara nyata telah kehilangan kasih sayang dari sang mama. "Sabar ya sayang, mama pasti kembali." Kata ini yang selalu terucap kala Rara menangis, saat sakit. Hari-hari dalam penantian tanpa kabar dilaluinya dengan sabar. Pertumbuhan Rara kecil semakin membutuhkan dan mulai suka berlarian kesana kemari. perhatiannya, hingga dia rela mengorbankan sebagian aktifitas. Kemanapun dia pergi, disana Rara ada. Bersama baby sister. Sebagai ganti pelukan kasih sayangnya, walau sesaat. Disisi lain, dia yang dinantikan kehadirannya. Untuk bersama membesarkan buah cinta mereka. Ternyata sudah punya kesibukan yang sama. Tangis bocah itu tiada henti, panas badannya semakin tinggi kata yang mulai keluar dari bayi itu."papa pa..pa..pa." Terus terucap dari dari bocah kecil manis, dan sudah mulai bisa bernyanyi walau setiap kata belum jelas terucap. "Sabar ya sayang, papa pasti pulang." Kata Annisa. Setiap kali badannya panas, dan jatuh sakit, Kata "PapaPapa...papapapapa." Terus terucap dari bocal ganteng buah dari cinta terlarang Annisa & Bilal. Setiap kali. Ketika sang Arjuna yang membuatnya, lupa segalanya itu datang, dengan alasan mengenal buah hatinya kepada keluarga besarnya. Kelak agar bisa membawa ibu yang melahirkan bocah lucu itu masuk dalam keluarga besarnya. Janji manis itu tak kunjung datang. Dan akhirnya Annisa Pun kecewa. Ketika dia menyusul sang Arjuna ke kampung halamannya. Ternyata dia menikah dengan wanita lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD